berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun Hidayat, 2006.
Menurut Stamburg Olsen 1997 dalam Syarif 2005, beberapa variabel dan parameter yang berhubungan dengan tidur adalah waktu yang dihabiskan
ditempat tidur, kuantitas tidur atau total waktu yang dibutuhkan untuk tidur, waktu atau persentase yang dihabiskan pada tahapan-tahapan tidur, waktu yang
diperlukan untuk tertidur, kesulitan atau kemudahan dalam tertidur, kebiasaan tidur, penggunaan obat-obat untuk tidur, kepuasaan terhadap tidur, kemudahan
atau kesulitan untuk terbangun di pagi hari, rasa segar saat bangun dari tidur, kecapekan dan rasa berenergi saat beraktivitas. Persepsi mengenai kualitas tidur
ini sangat bervariasi dan individual dapat dikaji dengan cara subjektif yaitu hasil dari ungkapan individu terhadap apa yang dirasakan sebelum dan sesudah tidur.
Waktu yang dibutuhkan lansia untuk tidur normalnya kurang lebih 6 jamhari dimana Tahap REM 20-25 , tahap IV NREM menurun dan kadang-
kadang absen dan sering terbangun pada malam hari Tarwoto dan Wartonah , 2010.
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualiatas tidur lansia yaitu : penyakit fisik, obat-obatan dan substansi, pola tidur yang biasa dan mengantuk
yang berlebihan pada siang hari, lingkungan, latihan fisik dan kelelahan, serta
asupan makanan dan kalori.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit fisik.
Setiap penyakit
yang menyebabkan
nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati dapat menyebabkan masalah
tidur dengan perubahan itu seseorang mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Contoh penyakit yang menggagu tidur lansia adalah hipertensi,
nokturia, sindrom kaki tidak berdaya, penyakit jantung koroner, gangguan pernapasan dan lain-lain Potter, Patricia 2005.
Obat-obatan dan substansi. Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584
obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, 281 menyebabkan kelelahan Busysse, 1991.
Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol penyakit kroniknya Potter, Patricia 2005. Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan
tidur antara lain: diuretik menyebabkan insomnia, antidepresan menyupresi REM, kafein meningkatkan saraf simpatis, beta -bloker menimbulkan insomnia dan
Narkotika menyupresi REM Tarwoto dan Wartonah, 2010.
Lingkungan. Ukuran, kekerasan, dan posisi mempengaruhi kualitas tidur.
Tidur tanpa ketenangan adanya suara keras atau tingkat kebisingan yang tinggi, tingkat cahaya yang tinggi dan suhu ruangan yang tidak nyaman dapat
mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Suara juga mempengaruhi tidur, Webster dan Thompson 1986 menyatakan tingkat suara yang diperlukan untuk
membangunkan orang tergantung pada tahap tidur Potter, Patricia 2005.
Latihan fisik dan kelelahan. Seseorang yang kelelahan menengah
biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan
Universitas Sumatera Utara
adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Kelelahan yang berlebihan akibat kerja yang meletihkan atau penuh stress dapat membuat sulit
tidur Potter, Patricia 2005.
Asupan makanan dan kalori. Hauri dan Linde 1990 menyatakan orang
tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Makan yang berlebihan pada
malam hari tidak dapat dicerna dengan baik akibatnya dapat mengganggu tidur Potter, Patricia 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep Penelitan
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di Desa Paersuratan Balige.
Lanjut usia lansia adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih UU No.13 Tahun 1998. Stanley Beare 2006 menyebutkan
bertambahnya usia seseorang, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupnya akan ikut
terpengaruh termasuk aktivitas fisiknya. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk
memenuhi kebutuhan hidup Tarwoto dan Wartonah, 2010. Menurut Depkes, 2010 aktivitas fisik lansia adalah setiap kegiatan yang membutuhkan energi
untuk melakukannya seperti berjalan, menari, mengasuh cucu dan lain sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur melibatkan gerakan
tubuh yang dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan untuk kesegaran jasmani.
Menurut Stamburg Olsen 1997 dalam Syarif 2005, Persepsi mengenai kualitas tidur sangat bervariasi dan individual dapat dikaji dengan cara
subjektif yaitu hasil dari ungkapan individu terhadap apa yang dirasakan sebelum dan sesudah tidur. Beberapa variabel dan parameter yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara