Kualitas tidur lansia di desa Parsuratan Kecamatan Balige

dan lain-lain. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Stanley Beare 2007 bahwa terdapat sekitar 43 lansia telah diidentifikasi memiliki gaya hidup yang kurang gerak yang turut berperan terhadap intoleransi aktivitas. Penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizky 2011 hasil penelitian yang diperoleh data aktivitas fisik lansia sebagian kecil active 15 sedangkan pada penelitian ini aktivitas fisik lansia diperoleh sebagian besar active 42,9 dimana 22 78,6 responden melakukan gerak badan sperti jogging dan senam 1 jam tapi kurang dari 3 jam. Hal ini dipengaruhi karena perbedaan kriteria responden dimana kriteria responden pada penelitian Rizky 2001 meliputi : Subjek dengan gangguan kesadaran, subjek dengan lesi otak stroke, tumor, infeksi, trauma, demensia, parkinson, subjek peminum alkohol kronis, subjek penderita depresi, subjek penderita epilepsi, subjek dengan riwayat hipertensi, subjek dengan riwayat diabetes mellitus, subjek dengan riwayat kolesterol dan subjek dengan retardasi mental sedangkan kriteria pada penelitian ini reponden masih mampu melakukan aktivitas fisik, tidak sedang berada dibawah pengawasan atau terapi dokter dan tidak dalam kondisi sakit.

2.2. Kualitas tidur lansia di desa Parsuratan Kecamatan Balige

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar lansia di desa Parsuratan Kecamatan Balige mengalami kualitas tidur baik 57,1 dan sebagian lagi mengalami kualitas tidur yang buruk 42,9. Hal ini menunjukkan kualitas tidur lansia yang baik lebih banyak dibandingkan kualitas tidur lansia yang buruk. Universitas Sumatera Utara Kondisi ini memungkinkan dimana pada tinjauan pustaka Potter Perry, 2001 dalam Syarif, 2005 dilaporkan kualitas tidur lansia yang baik dikarenakan mereka dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikososialnya, sehingga memiliki pola tidur yang tidak berbeda dengan masa sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian terdapat lansia di desa Parsuratan Kecamatan Balige mengalami kualitas tidur yang buruk 42,9. Hasil penelitian ini sejalan dengan tinjauan pustaka dalam buku Maryam,dkk 2008 kebiasaan atau pola tidur pada lansia dapat berubah, tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari. Menurut Miller 1995 dalam Syarif 2005 menyatakan bahwa lansia yang sehat memiliki pengalaman pada perubahan siklus tidurnya, seperti membutuhkan waktu yang lama untuk tertidur, lebih sering terbangun di malam hari, membutuhkan waaktu yang lama ditempat tidur tetapi lamanya waktu tidur lebih sedikit dari masa sebelumnya, sehingga para lansia merasa kualitas tidur mereka tidak memuaskan. Foley dkk 1995 dan Taylor dkk 2001 dikutip dari : Fichten dkk, 1995 dalam Batubara, 2005, menyatakan bahwa lansia pada umumnya mengalami perubahan pada kuantitas dan kualitas tidurnya dan perubahan ini merupakan dampak perubahan yang berkaitan dengan pertambahan usia dan proses penuaan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat lansia 57 mengalami penurunan lamanya tidur 5 jam, terdapat lansia 42,9 dengan frekuensi tebangun 3-4 kali dan terdapat lansia 21,4 tidak merasa puas dengan tidurnya. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syarif 2005 diperoleh responden lansia sebagian besar mengalami kualitas tidur buruk 50,4 dan sebagian lagi mengalami kualitas tidur baik 49,6 serta mengalami gangguan tidur. Namun hasil penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Batubara 2005 diperoleh hampir semua 84,9 lansia mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hanya sebagian kecil lansia 15,1 yang mempunyai kualitas tidur yang baik perbedaan ini mungkin karena populasi lansia yang yang diteliti adalah bukan lansia yang sehat dan yang masih mampu melakukan aktivitas saja seperti sampel responden pada penelitian ini. Hasil penelitian berdasarkan parameter tidur dilaporkan bahwa lamanya waktu tidur pada malam hari kurang dari 5 jam 57,1, responden melaporkan 35,7 waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur adalah antara 16 -30 menit, frekuensi terbangun pada malam hari umumnya 3-4 kali 42,9, responden yang mengatakan kepuasan terhadap tidurnya pada tingkat sedang 35, sewaktu bangun tidur 67,9 responden mengatakan merasa segar, pada saat beraktivitas setelah bangun tidur di pagi hari 35,7 mengatakan gangguan tidak berenergi dan tidak bersemangat berada tahap sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Craven Hirnle 2001, Lueckenotte 2000 dan White 2001 dalam Syarif 2005 menyatakan bahwa perubahan tidur yang dialami lansia adalah jumlah waktu untuk tidur berkurang, sering terbangun dimalam hari. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian juga menunjukkan data demografi dimana terdapat lokasi tempat tinggal 100 pemukiman padat dan suhu dingin, hal ini sejalan dengan tinjauan putaka Stanley Beare 2007 dimana suara bising yang bersifat kadang- kadang misalnya suara kendaraan yang melintas dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan tidak dapat mengingatnya dipagi hari. Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur, namun mereka juga menyatakan suhu kamar atau ruangan dibawah 28°C dapat membuat nyaman pada saat tidur.

2.3 Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia