Lingkungan pendidikan Tinjauan Pendidikan dalam Kitab Ta’lîm al-Muta’allim

6. Lingkungan pendidikan

Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang akan membentuk karakter berpikir, pandangan hidup dan perilaku pelajar. Lingkungan yang dimaksud di sini ialah lingkungan yang berupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak. Pengaruh lingkungan tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula negatif. Dalam dunia pendidikan kita mengenal tiga aliran yang dapat mempengaruhi terhadap perkembangan pendidikan anak, yaitu: a. Aliran “Nativisme”. Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa bakat atau unsur pembawaan itu sangat mempengaruhi perkembangan individu. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasarpembawaan. b. Aliran “Empirisme”. Aliran ini dipelopori oleh John Lock yang berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan sedangkan faktor pembawaan tidak memiliki pengaruh sama sekali. c. Aliran “Konvergensi”. Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini mengakui kedua aliran sebelumnya. Oleh karena itu, menurut aliran ini, pendidikan sangat perlu, namun bakat pembawaan yang ada pada anak didik juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran ini lebih menekankan tentang pentingnya pendidikan. 61 Sejalan dengan hal di atas, al-Zarnûjî mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, yaitu adanya faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Beliau mengutip hadis Nabi sebagai berikut: ِهِناَسِجَمُيَو ِهِناَرِصَ ُ يَو ِهِناَدِوَهُ ي ُهاَوَ بَاَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُ ي َاإ ٍدْوُلْوَم ْنِماَم 62 61 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2006, Cet. IV, h. 173. 62 Imâm Abî al-Husain Muslim Ibnu Al-Hajjaj bin Muslim al-Qasyairî an-Naisaburî, Shahîh Muslim Riyadh: Darus Salam 1998, h. 1157-1158. “Tidaklah setiap anak terlahir kecuali dalam keadaan fitrah Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Dalm kaitannya dengan teori kependidikan dapat dikatakan, bahwa “fitrah” mengandung implikasi kependidikan yang berkonotasi kepada paham convergent . Karena “fitrah” mengandung makna kejadian yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus al-Din al- Qayyim yaitu Islam. Namun potensi dasar ini bisa diubah oleh lingkungan sekitarnya. 63 Pada hakikatnya, hadits tersebut tidak hanya terfokus pada gerakan peyahudian, penasranian, atau pemajusian, tetapi lebih luas lagi, yaitu menyangkut seluruh gerakan yang menyimpangkan anak dari fitrahnya yang suci. Karena itu orang tua dituntut untuk waspada agar dirinya tidak terjerumus pada gerakan tersebut dan anak kita mencontoh perilaku hidup kita. Misalnya, orang tua harus mewaspadai bacaan atau majalah anak- anak yang dapat menjerumuskan anak pada kesesatan atau penyimpangan. Selain orang tua, guru dan teman juga sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik. Oleh karena itu al-Zarnûjî menganjurkan kepada para pelajar untuk selektif memilih guru ataupun teman. Sebaiknya para pelajar memilih teman yang rajin belajar, bersifat wara’ dan berwatak istiqamah lurus dan mudah paham tanggap. Dan jangan memilih teman yang malas, penganggur, suka berbuat onar dan suka memfitnah. 64 Hal ini dianggap sangat penting oleh al-Zarnûjî dikarenakan banyak orang yang baik-baik berubah menjadi rusak disebabkan oleh kesalahan mereka dalam memilih teman. Anak yang tumbuh di dalam keluarga yang menyimpang, belajar di lingkungan yang sesat dan bergaul dengan masyarakat yang rusak, maka anak akan menyerap kerusakan itu, terdidik dengan akhlak yang paling buruk, di samping menerima dasar-dasar kekufuran dan kesesatan. 63 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres, 2002, Cet. I, h. 7-8 64 al-Zarnûjî, Pedoman Belajar…, h. 31. Kemudian dia akan beralih dari kebahagian kepada kesengsaraan, dari keimanan kepada kemurtadan dan dari Islam kepada kekufuran. Jika semua ini telah terjadi, maka sangat sulit mengembalikan anak kepada kebenaran, keimanan dan jalan mendapakan hidayah. 46

BAB IV KONSEP PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENURUT