5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.
6. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang dan sudah dilaksanakan.
37
Dengan demikian guru agama Islam yang professional dengan berbagai kompetensi yang dimilikinya, merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin kompleks seperti sekarang ini.
C. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Guru akan melaksanakn tugasnya dengan baik atau bertindak sebagai pengaar yang efektif, jika ia mampu melaksanakan fungsinya sebagai guru.
Kemudian, apa sajakah tugas guru tersebut? Menurut Zakiyah Darajat, fungsi atau tugas guru meliputi, “pertama, tugas pengajaran atau guru sebagai
pengajar, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi atau guru
sebagai “pemimpim” manajer kelas.”
38
Al-Qur ‟an telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya dalam
pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian ilmu-ilmu Ilahi serta aplikasinya.
39
Isyarat tersebut, salah satunya, terdapat dalam firman-Nya berikut ini:
“Tidak mungkin bagi seorang yang diberi kitab oleh Allah,serta hikmah
dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia : ‘jadilah kamu
penyembahku bukan penyembah Allah.’ Akan tetapi dia berkata: ‘Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena
kamu mempelajarinya,’” Q.S Ali Imran3: 79.
37
Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, h. 172.
38
Zakiyah Darajat, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Sinar grafika Ofset, 2008, Cet. IV, h.265.
39
Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, penerjemah: Syihabuddin, Jakarta, Gema Insani Press, 1995, h. 169.
Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung mengisyaratkan bahwa tugas terpenting yang diemban oleh Rasulullah saw adalah mengajarkan al-kitab,
hikmah, dan penyucian diri sebagaimana difirmankan Allah ini:
“Ya Tuhan Kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan
mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan kita dan hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .” Q.S
Al-Baqarah2: 129. Keutamaan profesi guru sangatlah besar sehingga Allah menjadikannya
sebagai tugas yang diemban Rasulullah saw,
40
sebagaimana diisyaratkan lewat firman-Nya:
“Sungguh, Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul Muhammad di tengah-
tengah dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Kitab al- Qur’an dan Hikamh Sunnah. Meskipun sebelumnya, mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata. ” Q.S Ali Imran3: 164.
Dari gambaran ayat-ayat di atas, guru memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah:
1. Fungsi penyucian; artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia.
2. Fungsi pengajaran; artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar
mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
41
40
An-Nahlawi, Pendidikan Islam…, h. 169.
41
An-Nahlawi, Pendidikan Islam…, h. 170.
Dari kedua pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tugas guru agama Islam adalah tidak hanya sebaga pengajar yang beridiri di depan
kelas untuk mentransfer ilmu pengetahuan akan tetapi dia harus menjaga fitrah manusia sebagai insan kamil.
22
BAB III SEKILAS TINJAUAN KITAB
TA’LÎM AL-MUTA’ALLIM
A. Latar Belakang Penyusunan Kitab
Sejarah penulisan kitab Ta’lîm al-Muta’allim bermula dari kegundahan
pengarangnya, yaitu Syaikh al-Zarnûjî, saat melihat banyaknya para pencari ilmu pada masanya yang gagal memperoleh apa yang mereka cari,
sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam pendahuluannya bahwa “Banyak para pencari ilmu yang ternyata banyak di antara mereka yang mendapatkan
ilmu, tetapi ternyata tidak bisa mendapatkan manfaat dan buahnya ilmu, yaitu dapat mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang diperolehnya.”
1
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut al-Zarnûjî karena mereka salah jalan dalam mencari ilmu dan setiap orang yang salah jalan pastinya
akan tersesat dan tidak sampai pada tujuannya. Mereka tidak tahu syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam mencari ilmu sehingga mereka tidak
mendapatkan ilmu pengetahuan sebagaimana yang mereka harapakan.
2
Belajar sebagai sarana untuk memperoleh ilmu, haruslah melalui jalan dan persyaratan yang benar. Karena jalan yang benar dan persyaratan yang
terpenuhi dalam belajar adalah kunci untuk mencapai keberhasilan belajar. Maka dari itu dalam kitab
Ta’lîm al-Muta’allim al-Zarnûjî lebih memfokuskan pembahasannya pada jalan atau persyaratan metode yang
harus ditempuh guna memperoleh keberhasilan belajar. Oleh karena itu sudah
1
Al-Zarnûjî, Ta’lîm al-Muta’allim, Surabaya: Darul Ilmi, h. 2.
2
Al-Zarnûjî, Ta’lîm al-Muta’allim…, h. 2.