Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah guru. Oleh karena itu guru mempunyai tanggung jawab mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan tersebut, guru harus memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral maupun kebutuhan fisik peserta didik. 1 Keberhasilan pendidikan tergantung pada banyak faktor, namun yang terpenting di antara faktor-faktor tersebut adalah sumber daya pontensial guru yang sarat nilai moral dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Guru agama Islam sebagai salah satu komponen proses belajar mengajar memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai ―pengajar‖ yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai pembimbing untuk membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau belajar agama Islam. Artinya, guru agama Islam memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru dituntut mempunyai sifat-sifat yang ideal sebagaimana yang dikataka oleh Muhammad Nurdin bahwa: 1 Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005, h. 41 Guru dituntut mempunyai sifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih sayang, penyabar, dan menguasai materi yang akan diajarkan. Itulah sebabnya lembaga pendidikan yang berhasil tidak hanya berasal dari guru yang berkualitas secara intelektual, akan tetapi juga ditopang oleh kepribadian yang anggun secara moral dan intelektual. 2 Selain dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengajar guru agama juga harus memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. Dia harus mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya dan mampu memecahkan masalah anak didiknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Zakiyah Darajat. Menurutnya ―…Guru agama lebih dituntut lagi untuk mempunyai kepribadian guru. Guru adalah seorang yang seharusnya dicintai dan disegani oleh muridnya. Guru merupakan tokoh yang akan ditiru dan diteladani dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik ….‖ 3 Bagaimanakah sosok guru yang diharapkan yang bisa diterima oleh sitiap pihak, baik dari sudut pandang siswa, pemerintah orang tua maupun masyarakat? Menrut Mukti Ali, guru yang bisa diterima oleh setiap pihak adalah sebagai berikut: Dari sudut pandang siswa, guru ideal adalah guru yang memiliki penampilan sedemikian rupa sebagai sumber motivasi belajar yang menyenangkan. Pada umumnya siswa mengidamkan gurunya memiliki sifat-sifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih sayang, penyabar, manguasai materi ajar, mampu mengajar dengan suasana menyenangkan. Dari sudut pandang orang tua murid, guru yang diharapkan adalah guru yang dapat menjadi mitra pendidik bagi anak-anak yang dititipkan untuk dididik. Dari sudut pandang pemerintah, menginginkan agar guru itu mampu berperan secaar profesional sebagai unsur penunjang dalam kebijakan. Dari sudut pandang masyarakat luas, pada hakikatnya guru adalah wakil masyarakat di lembaga pendidikan, dan wakil lembaga pendidikan di masyarakat. 4 Guru mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Dia tidak hanya dituntut mampu melakukan transformasi seperangkat ilmu 2 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: Primashopie, 2004, h. 201. 3 Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 H. 98. 4 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003, h. 82. pengetahuan kepada peserta didik cognitive domain dan aspek keterampilan pysicomotoric domain, akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan hal-hal yang berhubungan dengan sikap affective domain. Karakter kependidikan yang berlandaskan pada pendekatan nilai-nilai atau sikap saat ini jauh sebagaimana diharapkan. Banyak dari guru hanya menonjolkan aspek kemampuan intelektualitas belaka cognitive dan meninggalkan nilai-nilai etika affective domain. Guru terkadang dipuji dan disanjung karena keteladanannya dan terkadang dicaci karena kelalaiannya sebagai sosok teladan bagi muridnya. Oleh karena itu guru di samping sebagai pengajar transfer of knowledge juga sekaligus sebagai panutan central figure bagi peserta didiknya. Dengan demikian, guru menurut Islam memiliki beban yang sangat berat, di samping beban profesional sebagai tenaga pengajar juga beban moral dalam membentuk kepribadian peserta didik. Karena itu, di samping menguasai ilmu yang diajarkan, guru juga harus membekali diri dengan akhlak yang terpuji. Pribahasa mengatakan ―Guru kencing berdiri murid kencing berlari.‖ Pribahasa tersebut sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Pribahasa tersebut sangat penting untuk dihayati maknanya bagi para guru. Begitu pentingnya akhlak yang terpuji bagi guru karena guru adalah panutan bagi peserta didiknya. Segala ucapan dan tingkah lakunya direkam oleh peserta didiknya terlebih lagi bagi anak kecil yang kelakuannya cenderung meniru apa yang dilihatnya. Di dalam hadis dijelaskan bahwa ulama –guru yang juga termasuk di dalamnya —merupakan perwaris para nabi. 5 Sedangkan nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak. 6 Untuk itu, seorang pendidik harus menyadari betul keagungan profesinya. Ia harus menghiasi dirinya dengan akhlak mulia dan menjauhi semua akhlak yang tidak terpuji 5 Abî Abdill ah Muhammad Ibn Ismâ‘il al-Bukhârî, Şahih Bukhâri, Saudi Arabia: Bait al- Afkâr ad-Dauliyah, 2008, Kitab Ilmu bab al- ‗Ilmu Qabla al-Qauli wa al-‗Amal, h. 21. 6 Mâlik Ibn Anas, Muwatta’, Saudi Arabia: : Bait al-Afkâr ad-Dauliyah, 2004, Kitab Husnul Khuluq, hadis No. 1723 h. 389. Banyak para filosof muslim memberikan perhatian yang sangat besar – lewat berbagai tulisannya —terhadap eksistensi guru, termasuk di dalamnya mengenai hak dan kewajibannya. Mereka banyak menulis tentang beberapa sifat yang harus dimiliki olehnya. Di antaranya adalah Burhanuddin al- Zarnûjî yang hidup sekitar akhir abad ke-12 dan awal abad ke-12 M pada masa Bani Abbasiyah. Al-Zarnûjî adalah sosok pemikir pendidikan Islam yang banyak menyoroti tentang etika dan dimensi spiritual dalam pendidikan Islam. Dalam karyanya al-Zarnûjî lebih mengedepankan pendidikan tentang etika dalam proses pendidikan. Beliau mengisyaratkan pendidikan yang penekanannya pada mengolah hati sebagai asas sentral bagi pendidikan. Al-Zarnûjî dalam kitabnya ―Ta’lîm al-Muta’allim‖ walaupun pada dasarnya ketentuan terhadap pribadi guru tidak dibahas secara eksplisit, akan tetapi untuk dapat memahami sosok seorang guru menurut beliau, dapat dipahami dari nasehat yang direkomendasikan bagi para penuntut ilmu dalam memilih guru. Karakter guru yang ditawarkan oleh al-Zarnûjî menurut hemat penulis perlu mendapat sorotan yang serius dan sungguh-sungguh. Hal itu, diharapkan bisa memberikan solusi alternatif bagi persoalan guru di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengenal lebih jauh tentang karakter guru versi al-Zarnûjî dan diri pribadinya, maka penulis memberi judul ―KONSEP PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENURUT AL- ZARNÛJÎ DALAM KITAB TA’LÎM AL-MUTA’ALLIM DAN RELEVANSINYA” B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kesadaran guru pendidikan agama Islam yang hanya memperhatikan kompetensi profesional dan mengenyampingkan kompetensi kepribadian. 2. Kurangnya kesadaran guru pendidikan agama Islam akan pentingnya akhlak yang mulia. 3. Kurangnya perhatian terhadap konsep pendidikan yang telah dikonsep oleh ulama terdahulu seperti al-Zarnûjî.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah