membaca Fatihah itu menjadi wajib hukumnya, sebab Fatihah itu menjadi sarana untuk terlaksananya kewajiban salat.
48
c. Ilmu ahwâl al-qulûb, yakni pengetahuan tentang kerohanian seperti tawakal, taubat, rida dan sebegainya. Ilmu ini wajib dipelajari
dikarenakan ilmu ini selalu dialami di setiap keadaan. d. Ilmu pengetahuan tentang kepribadian, baik yang terpuji maupun yang
tercela, seperti dermawan, kikir, takut, berani, kesombongan, rendah hati, iffah, israf berlebihan dan lain sebagainya. Sifat-sifat seperti
sombong, penakut, boros hukumnya haram. Dan kita tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat tersebut tanpa mempelajari sifat-sifat
tersebut dan kebalikan-kebalikannya.
49
e. Ilmu ketabiban, termasuk ilmu tentang kesehatan, obat-obatan dan penyakit. Menurut al-Zarnûjî mempelajari ilmu ini diperbolehkan
sebagaimana halnya ilmu pengobatan sebagaimana pada umumnya.
50
Di samping ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari dan yang boleh, al-Zarnûjî juga menunjuk beberapa ilmu yang haram untuk dipelajari,
seperti halnya mempelajari ilmu nujum meramalkan sesuatu berdasarkan ilmu perbintangan dan astrologi. Menurut beliau ilmu nujum tidak ada
manfaatnya justru membahayakan. Akan tetapi apabila ilmu ini dipelajari dan digunakan hanya sekedar untuk mengetahui arah kiblat dan waktu
salat maka hukumnya boleh.
51
5. Metode belajar
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia merupakan
sarana dalam menyampaikan materi pelajaran.
48
Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan para Filosofi Muslim …, h. 111. Lihat juga Al-
Zarnûjî, Ta’lîm al-Muta’allim…, h. 4.
49
Al-Zarnûjî, Pedoman Belajar…, h. 9.
50
Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan para Filosofi Muslim …, h. 112.
51
Al-Zarnûjî, Pedoman Belajar…, h. 11 dan 12.
Secara literal metode berasala dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta
yang berarti “melalui” dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi metode berarti jalan yang dilalui.
52
Sedangkan metode pendidikan menururt Samsul Nizar adalah “teknik yang digunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu
dalam proses mencari ilmu pengetahuan.”
53
Menurut Ahmad Tafsir, metode pendidikan ialah “semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.”
Kemudian menurut Abdul Munir Mulkan, sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar metode pendidikan adalah “suatu cara yang dipergunakan
untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.”
54
Jadi metode adalah cara guru dalam menyampaikan materi terhadap peserta didiknya.
Al-Zarnûjî dalam Ta’lîm-nya menawarkan kepada para pelajar untuk
menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Mengulang dan menghafal
Al-Zarnûjî menganjurkan agar selalu mengulang-ulang pelajaran yang telah diperolehnya, karena dengan cara mengulang-ulang maka
akan mudah diingat dan dihafal.
55
2. Memahami dan mencatat Al-Zarnûjî menganjurkan kepada para penuntut ilmu agar
membuat catatan sendiri. Akan tetapi sebelum mencatat sebaiknya dipahami terlebih dahulu dan mengulanginya berkali-kali. Karena bila
mencatat sesuatu yang belum dipahami akan membuat bosan, menghilangkan kecerdasan dan menyia-nyiakan waktu. Oleh karena
52
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 65.
53
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 66.
54
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 66.
55
Al-Zarnûjî, Pedoman Belajar…, h. 74.
itu anak didik harus bersungguh-sungguh memahami materi pelajaran lalu kemudian membuat catatan sendiri.
56
3. Mu żakarah
Metode mu żakarah ini bisa dikatakan metode soal-jawab antara
sesama pelajar. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan ingatannya terhadapa pelajaran-pelajaran yang sudah diterimanya.
57
4. Muna ẕarah
Muna ẕarah diambil dari kata naẕarun, artinya “pandangan.”
Metode ini bisa disebut dengan metode diskusi kelompok. Masing- masing anggota mempunyai pandangan atau pendapat tersendiri untuk
disampaikan kepada anggota yang lainnya.
58
5. Mu ṯarahah
Mu ṯarahah diambil dari kata ṯarahum, artinya menurut bahasa
“melontarkan.” Metode ini dapat dikapatan dengan metode diskusi kelas. Anggota yang satu mengkritik anggota yang lain. Dalam
metode ini berbeda dengan diskusi kelompok yang mana dalam diskusi kelompok dipimpin oleh salah seorang anggota sedang pada
diskusi kelas dipimpin oleh guru.
59
Metode mużakarah, Munaẕarah dan muṯarahah ini memiliki
kelebihan dibandingkan metode mengulang-ulang dan menghafal. Dalam metode diskusi ini, al-Zarnûjî memperingatkan agar dilakukan dengan
penuh kesadaran dan kehati-hatian dalam berpikir karena fungsi dari metode diskusi ini hanya untuk mencari kebenaran bukan mencari
kemenangan.
60
Metode yang ditawarkan oleh al-Zarnûjî ini sampai saat ini masih relevan dan sangat sering digunakan para guru dalam proses
pembelajaran.
56
Al-Zarnûjî, Pedoman Belajar…, h.76.
57
Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan para Filosofi Muslim …, h. 115.
58
Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan para Filosofi Muslim …, h. 115.
59
Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan para Filosofi Muslim …, h. 151.
60
Al-Zarnûjî, Pedoman Belajar…, h.76 dan 81.
6. Lingkungan pendidikan