73
10. PT. Sari Husada SHDA 11. PT. Sekar Laut SKLT
12. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology SMAR 13. PT. Siantar Top STTP
14. PT. Tunas Baru Lampung TBLA 15. PT. Ultrajaya Milk Industry Trading Company ULTJ
16. PT. Fast Food Indonesia FAST 17. PT. Sierad Produce SIPD
18. PT. Pionerindo Gourmet International PSPT
B. Analisa dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel 2007 dan SPSS 15.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis regresi linier berganda, yaitu ukuran perusahaan,
struktur aktiva dan profitabilitas sebagai variabel bebas dan struktur modal sebagai variabel terikat. Penjelasan lebih lengkap masing-masing variabel
adalah:
74
a. Struktur Modal Struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri. Semakin besar struktur modal perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar hutang jangka panjang yang
dimiliki perusahaan. Dalam periode tahunan, rata-rata struktur modal perusahaan makanan dan minuman mengalami fluktuasi. Hal ini dapat
dilihat dari gambar 4.1 berikut ini:
Sumber : Financial Report tahun 2007 - 2009, data diolah
Gambar 4.1 Struktur Modal
Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Tahun 2007-2009
Berdasarkan hasil perhitungan struktur modal masing-masing perusahaan industri makanan dan minuman pada gambar 4.1 rata-rata
mengalami turun naik dari tahun 2007-2009, pada tahun 2007 struktur
75
modal PT. Davomas Abadi, Tbk menenpati posisi struktur modal tertinggi yaitu sebesar 10,042. Hal ini terjadi karena DAVO
mempunyai kewajiban jangka panjang yang relatif lebih besar dibandingkan dengan modal yang dimiliki sendiri. Pada tahun 2008
nilai struktur modal tertinggi ditempati oleh PT. Sierad Produce, Tbk yaitu sebesar 26,815. Tingginya struktur modal SIPD disebabkan
bertambahnya kewajiban jangka panjang pada pihak ketiga sebagai akibat dari kerugian yang dialami oleh SIPD. Kerugian yang dialami
SIPD diakibatkan karena menurunnya produksi SIPD sebagai imbas dari virus flu burung sehingga banyak ternak yang mati, selain itu
kerugian juga disebabkan karena selisih kurs sebagai akibat dari rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal ini dapat diartikan
tingkat ekuitas dan kewajiban jangka panjang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dalam periode penelitian ini.
Pada tahun 2007 nilai rata-rata struktur modal sebesar 1,213. Nilai struktur modal perusahaan yang diatas rata-rata dimiliki oleh PT.
Davomas Abadi sebesar 10,042, PT. Indofood sebesar 1,602, PT. Sinar Mas sebesar 4,26, dan PT. Pionerindo sebesar 1,271 . Sedangkan 14
perusahaan lain berada dibawah rata-rata. Nilai rata-rata struktur modal tahun 2008 adalah sebesar 2,192.
Nilai struktur modal diatas rata-rata dimiliki oleh SIPD sebesar 26,815, SMAR sebesar 2,412 dan PSPT sebesar 4,878. Sedangkan nilai
76
struktur modal 14 perusahaan makanan dan minuman yang lain berada di bawah rata-rata.
Struktur modal pada tahun 2009 memiliki nilai rata-rata sebesar 1,354. Nilai rata-rata struktur modal yang berada diatas rata-rata
dimiliki oleh AISA sebesar 2,86; SIPD sebesar 12,624 dan PSPT sebesar 2,516. Sedangkan 15 perusahaan yang lain berada dibawah
rata-rata. Kenaikan struktur modal diakibatkan bertambahnya kewajiban
jangka panjang pada perusahaan industri makanan dan minuman. Sedangkan penurunan struktur modal disebabkan oleh kewajiban
jangka panjang pada perusahaan industri makanan dan minuman yang diteliti rata-rata mengalami penurunan.
Rata-rata struktur modal keseluruhan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah sebesar
158,644, menunjukkan bahwa perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya lebih banyak menggunakan modal sendiri.
Namun, jika dilihat dari masing-masing perusahaan makanan dan minuman ada 6 perusahaan yang memiliki struktur modal di bawah
50. b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan ditunjukkan dengan total penjualan bersih, karena hasil penjualan seperti yang nampak di dalam laporan laba rugi
menunjukkan aktivitas yang dinamis dan fundamental bagi
77
perusahaan. Total penjualan mencerminkan pula besarnya aktivitas
perusahaan, kadang-kadang posisi dalam industri merupakan motivator yang kuat sebagai dasar pertimbangan dan sasaran yang ditetapkan
untuk total penjualan
Sumber : Financial Report tahun 2007 - 2009, data diolah
Gambar 4.2 Ukuran Perusahaan
Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Tahun 2007-2009
Pada gambar 4.2 dapat dilihat pada perusahaan makanan dan
minuman yang diteliti pada periode 2007-2009 dapat dilihat bahwa rata-rata penjualan bersih selama tiga tahun mengalami kenaikan yang
stabil. Rata-rata ukuran perusahaan terendah tahun 2007 sebesar Rp. 1.209.259,899 trilyun, sedangkan rata-rata tahun 2008 sebesar Rp.
1.393.697,667 trilyun. Meningkatnya ukuran perusahaan dikarenakan peningkatan penjualan pada perusahaan makanan dan minuman. Hal
ini disebabkan karena meningkatnya konsumsi dari masyarakat
78
terhadap makanan dan minuman, sehingga mendorong perusahaan untuk terus mengadakan peningkatan kualitas dan kuantitas produk
dan berusaha membuat produk-produk baru guna memenuhi kebutuhan pasar.
Nilai ukuran perusahaan di atas rata-rata dari tahun ke tahun hanya dimiliki PT. Indofood Sukses Makmur INDF yaitu, tahun 2007
sebesar Rp. 12.702.240 trilyun, tahun 2008 Rp. 14.644.598 trilyun dan pada tahun 2009 Rp. 16.466.285 trilyun. Perusahaan yang mengalami
fluktuasi penjualan antara lain; CEKA pada tahun 2007 sebesar Rp.169.800 milyar turun menjadi Rp. 149.108 milyar pada tahun 2008,
tetapi tahun 2009 naik kembali menjadi Rp. 172.968 milyar; DLTA pada tahun 2008 memiliki ukuran perusahaan sebesar Rp. 306.073
milyar turun menjadi Rp. 277.673 milyar pada tahun 2009; SKLT turun menjadi Rp. 158.330 pada tahun 2009; ULTJ dari Rp. 478.794
pada tahun 2008 menjadi Rp. 408.794 tahun 2009; TBLA dan MLBI juga mengalami hal yang sama, pada tahun 2009 masing-masing
mengalami penurunan ukuran perusahaan sabagai dampak dari turunnya penjualan bersih. Sedangkan 13 perusahaan lain semua
mengalami peningkatan ukuran perusahaan penjualan bersih. c. Struktur Aktiva
Struktur aktiva atau struktur kekayaan perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara total aktiva tetap dengan total aktiva.
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-
79
masing komposisi aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap Syamsuddin, 2001:9.
Struktur aktiva juga dapat diartikan sebagai penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan yang nampak pada neraca sebelah
debet. Komposisi aktiva yang dimiliki oleh setiap perusahaan berbeda- beda menurut jenisnya. Semakin besar struktur aktiva, semakin besar
pula aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya. Struktur aktiva perusahaan makanan dan minuman dari
tahun 2007-2009 mengalami fluktuasi, seperti yang nampak pada gambar 4.3 di bawah ini.
Sumber : Financial Report tahun 2007-2009, data diolah
Gambar 4.3 Struktur Aktiva
Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Tahun 2007-2009
80
Dilihat dari hasil perhitungan struktur aktiva masing-masing perusahaan industri makanan dan minuman pada gambar 4.3 rata-rata
mengalami naik turun dari tahun 2007 hingga 2009. Pada tahun 2007 nilai rata-rata struktur aktiva adalah sebesar 0,465 nilai struktur aktiva
yang berada di atas rata-rata dimiliki oleh AQUA sebesar 0,546, ADES sebesar 0,87, MYOR sebesar 0,566, CEKA sebesar 0,597,
DAVO sebesar 0,604, ULTJ sebesar 0,581, TBLA sebesar 0,644, STTP sebesar 0,508 dan MLBI sebesar 0,688; sedangkan 9 perusahaan
lain yang diteliti mempunyai nilai struktur aktiva di bawah rata-rata. Nilai rata-rata struktur aktiva tahun 2008 adalah sebesar 0,497, dari
nilai rata-rata tersebut yang berada diatas rata-rata dimiliki oleh AQUA, ADES, MYOR, CEKA, DAVO, ULTJ, STTP, TBLA dan
MLBI. Sedangkan yang berada dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, SIDI, DLTA, SKLT, INDF, FAST, SMAR, SHDA, dan PSPT.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata struktur aktiva sebesar 0,487 dari nilai rata-rata tersebut yang berada diatas rata-rata tertinggi dimiliki
oleh AQUA sebesar 0,621, ADES sebesar 0,596, CEKA sebesar 0,603, DAVO sebesar 0,840, SMAR sebesar 0,548, ULTJ sebesar 0,744,
TBLA sebesar 0,708 dan MLBI sebesar 0,520. Sedangkan nilai struktur aktiva 10 perusahaan yang lain berada di bawah rata-rata.
d. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dengan seluruh jumlah modal yang bekerja didalamnya.
81
Profitabilitas dapat diketahui dengan cara membandingkan antara laba usaha EBIT dengan total aktiva.
Sumber : Financial Report tahun 2007-2009, data diolah
Gambar 4.4 Profitabilitas
Industri Makanan dan Minuman Tahun 2007-2009
Hasil perhitungan Profitabilitas masing-masing perusahaan industri makanan dan minuman pada rata-rata mengalami naik turun
dari tahun 2007-2009 hal ini dikarenakan laba usaha dari hasil penjualan terhadap total aktiva dari tahun ketengalami naik turun dari
tahun ke tahun dalam periode penelitian ini. Pada tahun 2007 profitabilitas tertinggi dimiliki oleh PT. Sekar Laut, Tbk sebesar 0,894,
tetapi pada tahun 2008 tingkat profitabilitas SKLT menurun drastis
82
menjadi – 0,606. Turunnya tingkat profitabilitas ditunjukkan dengan
nilai negatif
SKLT disebabkan
karena pertumbuhan
laba operasionalnya lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan
aktivanya yang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Nilai rata-rata profitabilitas tahun 2008 sebesar 0,097 profitabilitas
tertinggi dimiliki oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera, Tbk sebesar 0,403 dan profitabilitas terendah dimiliki oleh PT. Sekar Laut sebesar
– 0,606. Nilai rata-rata profitabilitas tahun 2009 sebesar 0,132 profitabilitas
tertinggi dimiliki PT. Sekar Laut sebesar 0,348 dan terendah dimiliki oleh PT. Ultra Jaya sebesar 0,023.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linier dari variable terikat dan variable bebas atau kedua-
duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati nol.
Uji normalitas data dengan menggunakan pengolahan SPSS 15.00 menghasilkan grafik sebagai berikut:
83
Gambar 4.5 Normal plot Y
Struktur modal
Sumber : Financial Report tahun 2007-2009, data diolah
Berdasarkan gambar 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah dengan garis diagonal menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas terhadap variabel terikat struktur
modal.
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Ex pec
te d
C um
Pr ob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Struktur.Modal
84
b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel
independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel
independen yang lain.
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
2.535 1.522
1.666 .102
Ukuran.Perusahaan -.093
.108 .119
.861 .394
.978 1.023
Struktur.Aktiva -1.219
.733 .237
1.613 .101
.923 1.084
Profitabilitas -.625
.916 .497
2.682 .038
.932 1.073
a Dependent Variable: Struktur.Modal Sumber : Out Put SPSS 15.00, Financial Report tahun 2007-2009 data diolah.
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dari hasil uji Variance Inflation Factor VIF pada hasil output SPSS tabel coefficients, masing-masing
variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka dapat dinyatakan model regresi
linier berganda tidak terdapat multikolinieritas antara variabel dependen dengan variabel independen yang lain sehingga dapat
digunakan dalam penelitian.
85
c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedatisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain.
Gambar 4.6 Hasil Uji Heterokedatisitas data Y
Sumber : Out Put SPSS 15.00, Financial Report tahun 2007-2009 data diolah
Pada gambar 4.6 diatas, scartterplot adalah hasil pengujian heterokedatisitas, dimana titik-titik data menyebar di atas dan di bawah
atau disekitar angka 0 pada sumbu x, serta di sebelah kanan maupun di sebelah kiri angka 0 pada sumbu y. Penyebaran titik-titik tidak
membentuk pola yang sistematis, hal tersebut mengidentifikasikan bahwa tidak terjadi heterokedatisitas atau tidak ada perbedaan variance
pada model regresi linier berganda sehingga model tersebut layak dipakai dalam penelitian.
Regression Standardized Predicted Value
4 3
2 1
-1 -2
R egr
es si
on St
ude nti
ze d
R es
idua l
4 2
-2
Scatterplot Dependent Variable: Struktur.Modal
86
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .625a
.427 .321
.92102 2.179
a Predictors: Constant, Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan, Struktur.Aktiva b Dependent Variable: Struktur.Modal
Sumber : Financial Report Tahun 2007-2009, data diolah
Tabel 4.3 Kesimpulan Hasil Uji Autokorelasi
Dw Kesimpulan
Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi
1,08 s.d 1,66 Tanpa kesimpulan
1,66 s.d 2,34 Tidak ada autokorelasi
2,34 s.d 2,92 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,92 Ada korelasi
Sumber : Algifari 2000: 89 Tabel 4. 2 menunjukkan hasil uji autokorelasi menggunakan uji
Durbin Watson model summary dari output SPSS release 15.00 diperoleh DW sebesar 2,179, angka tersebut terletak pada interval 1,66
s.d 2,34 tabel 4.3 sehingga tidak terjadi masalah autokorelasi, sehingga model tersebut layak dipakai dalam model penelitian.
87
3. Uji Regresi Linier Berganda Pengujian persyaratan analisis dan asumsi klasik dasar regresi yang
telah dilaksanakan sebelumnya memberikan hasil bahwa variabel-variabel yang terlibat didalamnya memenuhi kualifikasi persyaratan dan asumsi
klasik tersebut, penelitian dilanjutkan dengan melakukan pengujian signifikan model dan interpretasi model regresi.
a. Statistik Deskriptif
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
Struktur.Modal
54 -.75
4.88 .6259
.92396
Ukuran.Perusahaan
54 11.38
16.70 13.2028
1.18536
Struktur.Aktiva
54 .21
.93 .5053
.17959
Profitabilitas
54 -.61
.40 .1065
.14301
Valid N listwise
54 Sumber : Financial Report tahun 2007-2009, data diolah
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa: 1 Rata-rata nilai Ukuran Perusahaan adalah 13.203 nilai maximum
16.70 dan nilai minimum 11.38 dengan standar deviasi sebesar 1.185
2 Rata-rata nilai Struktur Aktiva adalah 0.505 nilai maximum sebesar 0.93 dan nilai minimum sebesar 0.21 dengan standar deviasi
sebesar 0.180
88
3 Rata-rata nilai Profitabilitas adalah 0.107 nilai maximum sebesar 0.40 dan nilai minimum sebesar - 0.61 dengan standar deviasi
0.143 4 Rata-rata nilai Struktur Modal adalah 0.626 nilai maximum sebesar
4.88 dan nilai minimum – 0.75 dengan standar deviasi 0.924
b. Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel 4.5 Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
2.535 1.522
1.666 .102
Ukuran.Perusahaan -.093
.108 .119
.861 .394
Struktur.Aktiva -1.219
.733 .237
1.613 .101
Profitabilitas -.625
.916 .497
2.682 .038
a Dependent Variable: Struktur.Modal
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 2,535 – 0,093X
1
– 1,219X
2
– 0,625X
3
+ e
Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut:
1 Jika diasumsikan nilai dari variabel X
1
ukuran perusahaan, variabel X
2
struktur aktiva, dan variabel X
3
profitabilitas adalah konstan atau sama dengan nol, maka nilai variabel Y struktur
modal adalah sebesar 2,535.
89
2 Variabel Ukuran Perusahaan X
1
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Struktur Modal Y dengan koefisien regresi
sebesar 0,093, yang artinya jika terjadi peningkatan variabel Ukuran Perusahaan X
1
sebesar 1 satuan maka Struktur Modal Y akan berkurang sebesar 0,093. Dengan catatan bahwa variabel lain
tetap konstan. 3 Pada variabel Struktur Aktiva X
2
mempunyai yang negatif terhadap Struktur Modal Y dengan koefisien regresi 1,219 yang
artinya jika terjadi peningkatan variabel Struktur Aktiva sebesar 1 maka akan menurunkan Struktur Modal sebesar 1,219. Dengan
catatan bahwa variabel lain tetap konstan. 4 Variabel Profitabilitas X
3
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Struktur Modal Y dengan koefisien regresi 0,625 artinya
jika terjadi peningkatan Profitabilitas sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Sruktur Modal Y sebesar 0,625. Dengan catatan
bahwa variabel lain tetap konstan.
c. Uji t-hitung uji Parsial T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual parsial terhadap variabel dependen. Hasil uji parsial ini dapat dilihat pada tabel
Coefficientsa. Nilai dari uji t hitung dapat dilihat dari p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t hitung pada
90
kolom t lebih besar dari t-tabel dihitung dari 2- tailed α = 5 df-k,k
adalah jumlah variabel independen . df = 54 – 3 = 51. Maka didapat t-
tabel sebesar 2,01.
Tabel 4.6 Hasil Uji t-test
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
2.535 1.522
1.666 .102
Ukuran.Perusahaan -.093
.108 .119
.861 .394
Struktur.Aktiva -1.219
.733 .237
1.613 .101
Profitabilitas -.625
.916 .497
2.682 .038
a Dependent Variable: Struktur.Modal
Hasil uji T-hitung pada tabel Coefficients di atas untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen, hasilnya diketahui sebagai berikut : 1 Pengaruh variabel Ukuran Perusahaan X
1
terhadap Struktur Modal Y,
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai p-value 0.394 0.05 artinya tidak signifikan, sedangkan T-hitung 0.861 T-tabel 2.01
artinya tidak signifikan. Hal ini berarti H
1
ditolak dan H
o
diterima. Artinya ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh
terhadap struktur modal. Tidak signifikannya ukuran perusahaan karena semakin tingginya biaya informasi tidak simetris para
manajer perusahaan karena organisasi perusahaan yang semakin
91
kompleks sehingga sulit mendapatkan pendanaan eksternal perusahaan
Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori, perusahaan dengan ukuran penjualan yang lebih besar memiliki akses yang lebih
besar untuk mendapat sumber modalnya, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari pihak krediturpun akan lebih mudah
semakin besar ukuran suatu perusahaan. Hal ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M. Sienly Veronica
Wijaya dan Bram Hadianto dalam Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol.7 no.1 Mei 2008 yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan tidak
memiliki pengaruh pada Struktur Modal. 2 Pengaruh variabel Struktur Aktiva X
2
terhadap Struktur Modal Y,
Variabel struktur aktiva memiliki p-value α yaitu 0.101 0.05
artinya tidak signifikan, sedangkan T-hitung 1.613 T-tabel 2.01 artinya tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti H
diterima dan H
1
ditolak. Artinya struktur aktiva secara parsial tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Tidak signifikannya struktur
aktiva disebabkan oleh proporsi aktiva tetap yang kecil dalam asset yang dimiliki perusahaan, sehingga ada tidaknya variabel ini tidak
mempengaruhi keputusan menentukan struktur modal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan landasan teori, total aktiva
adalah jumlah dari keseluruhan kekayaan perusahaan yang terdiri
92
dari aktiva tetap, aktiva lancar, dan aktiva lain-laim yamg nilainya seimbang dengan total kewajiban dan ekuitas Farah Margaretha,
2003:108. Total aktiva dalam penelitian ini diketahui dengan menjumlahkan aktiva lancar dan aktiva tidak lancar perusahaan.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Prima pada penelitian di industri konsumsi
pada tahun 2005, menunjukkan bahwa secara parsial struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal
3 Pengaruh variabel Profitabilitas X terhadap Struktur Modal Y, Variabel profitabilitas memiliki p-value 0.038 0.05 artinya
signifikan, sedangkan T-hitung 2.682 T-tabel 2.01 artinya signifikan. Hal ini berarti H
1
diterima dan H
o
ditolak. Artinya profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori “pecking order theory” yang dapat disimpulkan, bahwa profitabilitas mempunyai
pengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan
mengurangi ketergantungannya pada pihak luar, karena tingkat keuntungan yang tinggi memeungkinkan perusahan untuk
memperoleh sebagian besar pendanaannya dari laba ditahan. Hal ini akan berpengaruh terhadap penentuan komposisi struktur
modal.
93
Dari hasil uji regresi tersebut, juga dapat diketahui bahwa variable profitabilitas adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap
struktur modal. Hal ini dapat dilihat dari Standardized Coefficients sebesar 0,497.
d. Uji F-test Uji simultan dengan F-test ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
ANOVA. Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value
pada kolom sig. lebih kecil dari level of signifikan yang ditentukan, atau F-hitung F-tabel.
Tabel 4.7 Hasil uji F-hitung
ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 2.832
3 .944
2.813 .035a
Residual 42.414
50 .848
Total 45.246
53 a Predictors: Constant, Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan, Struktur.Aktiva
b Dependent Variable: Struktur.Modal
Hasil analisis uji F-hitung pada tabel 4.7 di atas, menunjukkan p- value 0.035 0.05, artinya signifikan. Selain itu, dengan
membandingkan F-hitung dengan F-tabel dengan taraf kesalahan 5 dan degree of freedom df 1 = 3 4-1 dan df 2 = 50 54-4 maka
94
diperoleh F-tabel sebesar 2.79. Nilai F-hitung sebesar 2.813 F-tabel 2,79, artinya signifikan. Signifikan disini berarti H
1
diterima dan H
o
ditolak. Artinya ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya oleh M. Sienly Veronica Wijaya dan Bram Hadianto dalam Jurnal Ilmiah
Akuntansi Vol.7 no.1 Mei 2008 “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal”. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan
dan Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal, Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal dan
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Struktur Modal.
e. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen ukuran perusahaan, struktur
aktiva, dan profitabilitas menjelaskan variabel dependen struktur modal.
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi R
2
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .625a
.427 .321
.92102 2.179
a Predictors: Constant, Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan, Struktur.Aktiva b Dependent Variable: Struktur.Modal
95
Output SPSS tersebut memiliki nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan Adjusted R Square sebesar 0.321. Artinya 32,1
variabel dependen struktur modal dijelaskan oleh ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas, dan sisanya 67,9 dijelaskan
variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam variabel ini, antara lain: leverage operasi, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, pajak,
sikap manajemen, kondisi pasar dan fleksibilitas keuangan. Menurut Sugiyono dalam Meidi Chandra 2009:131, jika R
semakin mendekati angka 1, maka hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat. Dari hasil penelitian ini diketahui nilai
R=0.625 menunjukkan hubungan ukuran perusahaan X
1
, struktur aktiva X
2
, profitabilitas X
3
dan struktur modal Y mempunyai hubungan yang kuat. Korelasi yang positif menunjukkan menunjukkan
bahwa hubungan antara Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas dengan Struktur Modal searah.
4. Interpretasi Berdasarkan hasil penelitian tersebut pada uji T parsial diketahui
bahwa variabel Ukuran Perusahaan X
1
secara parsial tidak berpengaruh terhadap struktur modal Y, hal ini ditunjukkan dengan nilai p-value
α yaitu 0.394 0.05 dan T-hitung T-tabel, yaitu 0.861 T-tabel 2.01
artinya tidak signifikan. Ukuran perusahaan juga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap struktur modal ditunjukkan dengan koefisien
96
regresi yang negatif, berarti kenaikan ukuran perusahaan akan diikuti dengan penurunan struktur modal.
Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori, perusahaan dengan ukuran penjualan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk
mendapat sumber modalnya, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari pihak krediturpun akan lebih mudah semakin besar ukuran suatu
perusahaan. Hal ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M. Sienly Veronica Wijaya dan Bram Hadianto dalam Jurnal Ilmiah
Akuntansi Vol.7 no.1 Mei 2008 yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan tidak memiliki pengaruh pada Struktur Modal.
Pada variabel Struktur Aktiva X
2
, hasil uji parsial menunjukkan p- value
α yaitu 0.101 0.05 artinya tidak signifikan, sedangkan T-hitung 1.613 T-tabel 2.01 artinya tidak signifikan. Struktur aktiva berpengaruh
negatif terhadap struktur modal ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif artinya semakin kecil struktur aktiva yang dimiliki
perusahaan, semakin kecil aktiva tetap yang dijadikan jaminan hutang oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan landasan teori, total aktiva adalah jumlah dari keseluruhan kekayaan perusahaan yang terdiri dari
aktiva tetap, aktiva lancar, dan aktiva lain-lain yamg nilainya seimbang dengan total kewajiban dan ekuitas Margaretha,2003:108. Total aktiva
dalam penelitian ini diketahui dengan menjumlahkan aktiva lancar dan aktiva tidak lancar perusahaan.
97
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Prima pada penelitian di industri konsumsi pada tahun 2005,
menunjukkan bahwa secara parsial struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
Hasil uji Profitabilitas X
3
secara parsial berpengaruh terhadap Struktur Modal Y hal ini ditunjukkan dengan p-value 0.038 0.05
artinya signifikan, sedangkan T-hitung 2.682 T-tabel 2.01 artinya signifikan. Tetapi dari hasil uji regresi menunjukkan tanda negatif artinya
semakin besar keuntungan perusahaan yang dapat ditanamkan kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal sendiri akan menurunkan
struktur modalnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori “pecking order theory” yang dapat disimpulkan, bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan mengurangi
ketergantungannya pada pihak luar, karena tingkat keuntungan yang tinggi memeungkinkan
perusahan untuk
memperoleh sebagian
besar pendanaannya dari laba ditahan. Hal ini akan berpengaruh terhadap
penentuan komposisi struktur modal. Pada hasil uji F simultan diketahui bahwa Ukuran Perusahaan X
1
, Struktur Aktiva X
2
dan Profitabilitas X
3
secara bersama-sama berpengaruh terhadap Struktur Modal Y. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai p-value 0.035 0.05, artinya signifikan, F-hitung F-tabel yaitu 2.813 2,79, artinya signifikan.
98
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya oleh M. Sienly Veronica Wijaya dan Bram Hadianto dalam Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol.7
no.1 Mei 2008 “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Likuiditas
dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal”. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan dan Struktur Aktiva tidak
berpengaruh terhadap Struktur Modal, Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal dan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap
Struktur Modal.
99
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan