Menurut komite pengawas perpajakkan KPP ada dua belas titik rawan praktek makelar kasus dan penyelewengan dirjen pajak, misalnya
proses pemeriksaan,penagihan dan pengadilan pajak, yaitu: 1.
Proses pemeriksaan, penagihan, account representative, dan pengadilan pajak
2. Keberatan pajak
3. Banding pajak
4. Pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak
5. Penuntutan
6. Persidangan
7. Wajib pajak bermain dengan konsultan pajak
8. Oknum pajak merangkap sebagai konsultan pajak
9. Oknum pengadilan pajak
10. Main melalui rekayasa akuntansi
11. Main melalui fasiltas pajak
12. Main melalui peraturan pajak
4. Etika Pegawai Pajak Fiskus
1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang
lain.
Pegawai harus mengembangkan sikap kerja sama dan toleransi dalam melaksanakan tugas, yang meliputi:
a. Saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda, sehingga terbina kerukunan antar
17
pegawai maupun dengan pihak lain yang akan menimbulkan
suasana kondusif dalam melaksanakan tugas
b. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing sehingga terbina
kerukunan antar pegawai
c. Saling menghormati budaya dan adat istiadat orang lain sehingga
terbina kerukunan antar pegawai maupun dengan pihak lain
2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel
a.
Bekarja secara profesional meliputi yaitu:
Integritas, yaitu ukuran kualitas moral pegawai yang diwujudkan dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara. Disiplin, yaitu pencerminan ketaatan pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku.
Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan penguasaan atas bidang tugas pegawai sehingga mampu
melaksanakan tugas secara efektif dan efisien b.
Bekerja secara transparan, yaitu setiap pegawai bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Namun demikian, kerahasiaan jabatan
sesuai
c. Bekerja secara akuntabel, yaitu pegawai harus bertanggung jawab
dan bersedia untuk diperiksa oleh pihak yang berwenang atas
18
setiap keputusan atau tindakan yang diambil dalam rangka
pelaksanaan tugas
3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki direktorat jendral
pajak
a.
Mengamankan data atau informasi
Termasuk dalam pengertian data dan atau informasi adalah semua dokumen hardcopy, media elektronik softcopy, maupun data
pada aplikasi portal DJP. Semua data dan informasi hanya digunakan untuk kepentingan
pelaksanaan tugas dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi atau golongan
b. Mengamankan used id dan password serta tidak membocorkan
kepada pegawai dan atau pihak lain yang tidak berhak
c. Memusnahkan dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan
prosedur d.
Tidak mengijinkan orang yang tidak berhak dalam ruangan kerja.
4. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau
pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya. Pelayanan
prima merupakan nilai sikap dan perilaku setiap pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas terbaik.
5. Menaati perintah kedinasan
Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang mengenai atau yang ada hubungannya dengan kedinasan
19
6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik
rektorat jendral pajak DJP memiliki barang inventaris yang
merupakan fasilitas bagi pegawai agar dapat menunjang pelkasanaan
tugas dengan efektif dan efisien.
7.
Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertip kantor
Pegawai berada ditempat kerja sesuai dengan ketentuan mengenai jam kerja dan menfaatkan jam kerja tersebut untuk melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Mentaati kententuan jam kerja agar tidak dipahami bahwa pegawai hanya berada ditempat kerja
pada jam kerja yang ditentukan. 8.
Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajak 5.
Penagihan Pajak
Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa menyatakan bahwa:
“Penagihan pajak adalah serangkain tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur
atau memperingatkan, melaksanakan pengihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.
Dalam UU No.16 tahun 2000 disebutkan bahwa dasar penagihan
pajak adalah Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan SKP, Surat Keputusan
20
Keberatan SKK, Surat Putusan Banding SPB, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
6. Syarat Pemungutan Pajak