Pembahasan Metodologi Penelitian Distribusi Distribusi pasien anak dengan ADHD

22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan Mei - Juli 2012. Pada penelitian ini, data yang digunakan sejumlah 63 rekam medis pasien anak dengan diagnosis ADHD semua tipe di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada tahun 2010 – Juli 2012 dari 75 rekam medis yang didapat. Pada BAB ini akan dipaparkan pembahasan metodologi penelitian dan hasil penelitian dalam bentuk tabel atau grafik distribusi serta pembahasannya berdasarkan beberapa variabel. Variabel yang dibahas yaitu demografi berdasarkan usia terdiagnosis dan jenis kelamin, tipe ADHD berdasarkan gejala klinis, gejala penyerta, faktor predisposisi, pemberian terapi farmakologi, dan terapi psikososial.

4.1 Pembahasan Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi cross sectional yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan pasien anak dengan diagnosis ADHD di RSJ Dr. Soeharto heerdjan dalam beberapa variabel. Jumlah sampel dalam penelitian ini tidak mencapai target minimal 73 rekam medis. Keterbatasan jumlah sampel disebabkan oleh keterbatasan jumlah pasien ADHD, data yang didapatkan dalam buku registrasi tahun 2010 - Juli 2012 hanya 75 pasien dengan diagnosis ADHD F.90 semua tipe dan didapatkan 12 rekam medis tereksklusi karena data yang tidak lengkap dan penulisan diagnosis yang tidak sesuai. Peneliti tidak melakukan perpanjangan rentang tahun pada sampel dikarenakan tidak adanya pendataan pasien sebelum tahun 2010 di Instalasi Jiwa anak dan remaja RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Keterbatasan tersebut berkaitan juga dengan jenis sampel yang digunakan yaitu rekam medis, menyebabkan eksplorasi terhadap data yang dibutuhkan terbatas hanya pada data yang tercantum dalam rekam medis.

4.2 Pola distribusi demografi pasien anak dengan ADHD

4.2.1 Jenis Kelamin Tabel 4. 1 Distribusi Demografi Pasien Anak dengan ADHD Berdasarkan Jenis

Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki - laki 47 74,6 Perempuan 16 25,4 Total 63 100 Pada tabel 4.1, didapatkan jumlah pasien jenis kelamin laki-laki sebesar 47 orang 74,6 lebih banyak dari perempuan sebesar 16 orang 25,4. Dari hasil ini dapat dikatakan rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Barkley 2001 bahwa rasio anak laki-laki dibandingkan anak perempuan pada berbagai penelitian yaitu berkisar 2:1 sampai 10:1. 18 Pada anak laki-laki keluhan gangguan sikap dan perilaku lebih tampak sehingga lebih banyak orang tua pasien yang membawa anaknya ke tempat rujukan terapi. Keluhan ini lebih terlihat menyebabkan masalah di sekolah maupun lingkungan sekitar dibandingkan dengan keluhan inatensi ataupun impulsivitas yang lebih sering dikeluhkan anak perempuan. 6,19 Pada penelitian Martel didapatkan testosteron mempengaruhi keadaan inatensi pada anak ADHD. 20 Cosgrove KP dkk 2007 menyebutkan bahwa perempuan memiliki kadar serotonin dalam darah lebih tinggi dengan sintesis yang lebih lambat. 21 Keadaan ini dihubungkan dengan perilaku agresi anak termasuk labilitas afek yang dipengaruhi oleh kurangnya jumlah serotonin dalam celah sinaps. 2 Faktor-faktor tersebut yang kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian kami.

4.2.2 Usia diagnosis Tabel 4. 2 Distribusi Demografi Pasien Anak dengan ADHD

Berdasarkan Usia Diagnosis. Usia Jumlah Persentase 4 tahun 3 4,8 4- 6 tahun 23 36,5 7 - 12 tahun 35 55,6 12 tahun 2 3,2 Total 63 100 Pada penelitian kami, kelompok usia pasien saat diagnosis banyak ditemukan pada kelompok usia 7-12 tahun sebesar 35 orang 55,6 dan usia 4-6 tahun sebesar 23 orang 36,5. Pada penelitian yang dilakukan oleh Limoa dkk 2005 di RS Dadi dan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, didapatkan hasil bahwa penderita yang mengalami ADHD paling banyak pada kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 37 pasien 56,06, kemudian yang berusia 6-10 tahun sebanyak 26 pasien 39,39, yang berusia 11-15 tahun sebanyak 2 pasien 3,03, dan hanya 1 pasien 1,52 yang berusia 16-20 tahun. 22 Pengelompokan usia yang digunakan peneliti disesuaikan dengan tingkatan sekolah pada umumnya di Indonesia. Di Indonesia usia sekolah formal jenjang pertama yaitu Sekolah Dasar dimulai pada rentang usia 6 – 7 tahun, walaupun di beberapa tempat dengan ekonomi menengah anak dengan rentang usia 4 – 6 tahun sudah mengikuti sekolah semiformal yaitu Taman Kanak-Kanak. Dalam berbagai penelitian tentang ADHD tidak ditemukan pengelompokan usia yang sesuai dengan penelitian kami, sehingga perbandingan hasil penelitian secara jelas tidak dapat dilakukan. Hasil kami didukung dengan teori bahwa sebagian besar orang tua baru membawa anaknya untuk berkonsultasi saat anaknya mulai bersekolah formal. Pada saat itu, anak sudah mulai diminta untuk mematuhi aturan-aturan sekolah sehingga gejala ADHD yang muncul mulai menjadi masalah anak di sekolah atau di lingkungan sekitar. 7,8

4.3 Distribusi

tipe ADHD berdasarkan gejala klinis pada pasien anak dengan ADHD. Tabel 4. 3 Distribusi tipe ADHD berdasarkan gejala klinis pada pasien anak dengan ADHD Tipe ADHD Jumlah Persentase ADHD Tipe Inatensi 9 14,3 ADHD Tipe Hiperaktif-Impulsiv 11 17,5 ADHD Tipe Campuran 43 68,3 Pada tabel 4.3 didapatkan tipe ADHD terbanyak adalah tipe campuran sebesar 43 orang 68,3. Sedangkan tipe hiperaktif-impulsif sebesar 11 orang 17,5 dan tipe inatensi sebesar 9 orang 14,3. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Reynolds F dan Chu S 2006 pada 20 anak, yang mendapatkan tipe ADHD terbanyak adalah tipe campuran sebesar 9 orang 45. 23 Pada penelitian pasien dengan tipe gabungan menunjukkan bahwa mereka mengalami gejala hiperaktif danatau impulsif lebih awal dan biasanya selama tahun-tahun prasekolah. Pada usia ini, mereka dapat didiagnosis dengan tipe hiperaktif-impulsif. Namun, dalam sebagian besar kasus gangguan tersebut ditambah dengan pengalihan perhatian dan ketekunan dalam beberapa tahun masuk sekolah sehingga mereka akan didiagnosis dengan tipe gabungan. 24

4.4 Distribusi pasien anak dengan ADHD

berdasarkan keluhan penyerta. Tabel 4. 4 Distribusi Pasien Anak dengan ADHD Berdasarkan Keluhan Penyerta. Keluhan Jumlah Persentase Emosi Tinggi 11 17.5 Malas Belajar 4 6.3 Mudah lupa 9 14.3 Urutan keluhan penyerta pada penelitian kami yang diurutkan berdasarkan persentase pada tabel 4.2.2 yaitu emosi tinggi sebesar 11 orang 17,5, mudah lupa sebesar 9 orang 14,3, dan malas belajar sebesar 4 orang 6,3. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Reynolds F dan Chu S 2006 pada 20 anak didapatkan 13 anak 65 memiliki keluhan sensation seeking dengan emosi tinggi sebagai salah satu karakteristiknya. 23 Karakteristik ADHD yang lebih spesifik yang dinyatakan dalam urutan frekuensi tersering yaitu hiperaktivitas, gangguan motorik perseptual, labilitas emosional, defisit koordinasi menyeluruh, gangguan perhatian rentang perhatian yang pendek, distraktibilitas, gagal dalam menyelesaikan tugas, inatensi, buruknya konsentrasi, impulsivitas bertindak sebelum berpikir, perilaku yang berubah tiba- tiba, kurang memiliki organisasi, melompat-lompat di kelas, gangguan daya ingat dan daya pikir, ketidak mampuan belajar spesifik, gangguan bicara, dan pendengaran. 8

4.5 Faktor Predisposisi pada Pasien Anak dengan ADHD