aspek pendekatan terapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat, terapi psikososial, dan pemberian psikoedukasi kepada orang tua, pengasuh, maupun guru.
4
Berdasarkan berbagai perkembangan teori yang ada tentang ADHD pada anak, peneliti ingin mengetahui gambaran kasus ADHD yang terdapat di Instalasi
Jiwa anak dan remaja RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Hasil penelitian yang didapat, diharapkan bisa menjadi data baru bagi instansi terkait serta menjadi langkah awal
dan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Gambaran demografi, klinis, faktor risiko, dan terapi pasien anak dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010
– 2012. Pertanyaan penelitian yang kami pilih pada kasus :
Bagaimana gambaran demografi, klinis, faktor risiko, dan terapi pasien anak dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010
– 2012?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran demografi, klinis, faktor risiko, dan terapi pasien anak dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010
– 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui distribusi demografi pasien anak dengan ADHD berdasarkan
jenis kelamin dan usia terdiagnosis.
Mengetahui distribusi tipe ADHD berdasarkan gejala klinis pada pasien anak dengan ADHD.
Mengetahui distribusi keluhan penyerta yang terjadi pada pasien anak dengan
ADHD.
Mengetahui distribusi pasien anak dengan ADHD yang memiliki faktor
predisposisi riwayat berat badan lahir ringan, riwayat trauma kepala, dan riwayat kejang.
Mengetahui terapi farmakologis dan terapi psikososial yang diberikan pada
pasien anak dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 – 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mendeteksi gangguan ADHD pada anak secara dini melalui sajian data penelitian gambaran pasien anak
dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010 – 2012.
2. Instalasi Jiwa anak dan remaja RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
Mendapatkan data mengenai gambaran pasien anak dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010
– 2012. Gambaran tersebut meliputi demografi jenis kelamin dan usia terdiagnosis, tipe ADHD berdasarkan gejala klinis,
keluhan penyerta, faktor predisposisi, terapi psikofarmakologi, dan terapi psikososial.
3. Perguruan Tinggi
Mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tugas perguruan tinggi sebagiai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai
universitas riset dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan. Mendapatkan data awal mengenai gambaran demografi, klinis, faktor
risiko dan terapi pasien anak dengan ADHD di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010
– 2012.
4. Peneliti
Menambah pengetahuan tentang masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Khususnya masalah gangguan perkembangan pada anak dan
remaja yaitu Attention DeficitHyperactivity Disorder. Menambah keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian,
Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama menjalani pendidikan di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
2.1.1 Pengantar
Attention DeficitHyperactivity Disorder ADHD atau yang dalam bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH sudah
banyak diidentifikasi dalam literatur dalam berbagai istilah.
8
Pada abad sembilan belas Heinrich Hofmann mendiskripsikan gejala berkurangnya perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas sebagai kasus Fidgety Phill.
6
Menurut American Psychiatric Association 2000, ADHDGPPH adalah gangguan neurobehavioral
yang ditandai dengan kurangnya tingkat perhatian dan hiperaktivitas yang mengakibatkan gangguan fungsional di bidang akademik, keluarga, dan sosial yang
biasanya dimulai pada masa anak-anak dan sering berlanjut sampai dewasa.
9
Pada beberapa anak gejala yang muncul dapat mendominasi gejala lainnya, salah satu dari hiperaktivitas atau kurangnya perhatian.
2
Gejala-gejala ini akan timbul lebih sering, menetap, dan lebih berat dibanding anak seusianya. Gejala ini
pada umumnya muncul sebelum anak berusia tujuh tahun, tetapi kebanyakan orang tua menganggap gejala yang muncul pada anak mereka adalah suatu hal yang wajar
sesuai perkembangannya. Terlebih jika gejala ini muncul pada usia di bawah 4 tahun, karena hiperaktivitas, impulsivitas, ataupun defisit perhatian seringkali
dianggap sebagai hal yang wajar di usianya.
4,8
Seringkali orang tua baru menyadari adanya gejala saat anak memasuki usia sekolah formal, saat perilaku mereka menyebabkan masalah di sekolah atau tempat
lain.
8
Pada keadaan itu anak dituntut untuk mulai bisa mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah dengan menjaga sikap dan perilaku mereka.
4
Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan penelitian tentang kasus ADHD, orang tua dan para