Etiologi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

pengajar semakin sering melaporkan gejala yang dinilai berlebih pada anak yang pada umumnya disertai dengan masalah kesulitan belajar dan perilaku lainnya. 3

2.1.2 Epidemiologi

Laporan yang didapat untuk angka prevalensi ADHD sangat beragam. Prevalensi ADHD di dunia diperkirakan berkisar 2-9,5 pada anak usia sekolah. 4 Dikutip dari laporan penelitian Varaone 2003 mengenai prevalensi ADHD, bahwa penelitian Wolraich dkk di US pada usia 4-12 tahun mendapatkan angka sebesar 11,4 pada tahun 1996 dan 16,1 pada tahun 1998. Penelitian Graetz dkk di Australia pada usia 6-17 tahun mendapatkan angka sebesar 7,5. 10 Dikutip dari laporan pertemuan WHO regional Timur Tengah, bahwa menurut Walker SP 2007 pada negara berkembang diestimasikan prevalensi sebesar 3-11 dan cenderung menurun pada kasus remaja hingga dewasa. 7 Wihartono dkk, 2007 dalam penelitiannya pada tujuh sekolah dasar di Kabupaten Bantul Yogyakarta didapatkan angka 5,37 dengan rasio laki-laki banding perempuan 10:1. 11 Pada laporan sepuluh macam kasus terbanyak di klinik tumbuh kembang anak dan remaja RSU Dr. Soetomo 2005 didapatkan kasus ADHD 3 dari jumlah penderita baru rawat jalan. 12 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung IS pada beberapa sekolah dasar di delapan kecamatan Jakarta Pusat dari tahun 2000-2001 didapatkan angka 4,2 dengan rasio laki-laki banding perempuan 5:1. 13 Prevalensi yang berbeda dapat disebabkan oleh berbagai hal. Adanya perbedaan budaya, perbedaan kriteria diagnosis yang digunakan, perbedaan operasional yang digunakan, dan faktor lainnya. 6

2.1.3 Etiologi

Pada awal tahun 1900 gejala impulsif, disinhibisi, dan hiperaktif pada anak dikelompokkan dalam sindrom hiperaktif yang sebagian besar diidentifikasi mengalami kerusakan neurologis yaitu ensefalitis. Pada tahun 1950an sekelompok anak-anak dengan koordinasi buruk, ketidakmampuan belajar, dan emosi yang labil didapatkan tidak mengalami kerusakan saraf tertentu “kerusakan otak minimal”. 5,8 Banyak teori yang menunjukan faktor penyebab dari ADHD antara lain faktor genetik, faktor disfungsi serebri, faktor neurotransmiter, faktor psikososial, dan faktor-faktor lainnya. 2,8  Faktor Genetik Genetik diduga sangat berpengaruh dan menjadi penyebab tersering ADHD, dengan estimasi heritabilitas sekitar 60-80. 2 Pada anak dengan kembar monozigot, didapatkan sekitar 55-92 anak dengan ADHD dibandingkan dizigot. Anak dengan saudara kandung yang mengalami ADHD juga diduga memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami ADHD daripada populasi umum. ADHD juga kemungkinan lebih besar didapatkan dari orang tua biologis yang memiliki riwayat ADHD daripada orang tua angkat, dengan kemungkinan 50. Risiko ADHD juga lebih tinggi pada anak yang memiliki orang tua yang mengkonsumsi alkohol ataupun riwayat gangguan kepribadian antisosial. 4,8 Kasus ADHD diduga memiliki hubungan dengan aktivitas Dopamin DA. Sistem gen DA yang berkaitan antara lain, gen reseptor DA D2, DA D4, dan DA D5, serta gen transporter DA DAT-1 yang berhubungan dengan peningkatan pengambilan kembali DA. 2 Pada sistem gen lain diduga adanya penyimpangan pada katekolamin serta metabolisme serotonin. 6  Faktor Disfungsi Serebri Beberapa peneliti menggunakan teknik neuroimaging untuk mempelajari otak anak dengan ADHD. Teknik pertama adalah MRI Magnetic Resonance Imagine dengan volume analisis untuk mengetahui ukuran tiap lobusnya secara spesifik. Pada anak dengan ADHD ditemukan ukuran pada lobus prefrontal kanan, nucleus caudatus kanan, globus pallidus kanan, dan vermis serebelum yang lebih kecil dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. 4,5 Fungsi utama dari lobus prefrontal adalah kognisi dan kontrol perilaku, pasien dengan lesi pada daerah ini sulit untuk berkonsentrasi pada satu aktivitas dan sangat mudah teralihkan oleh stimulus baru. Fungsi dari nucleus caudatus dan globus pallidus sebagai nuklei utama ganglia basalis berperan dalam inisiasi dan modulasi pergerakan, jika terdapat lesi akan menimbulkan impuls yang berkaitan dengan pergerakan yang lebih atau berkurang. Fungsi vermis serebelum adalah mengontrol dan mengkordinasikan otot serta mengontrol kekuatan gaya yang diinduksi oleh gerakan, dan lesi pada bagian ini dapat menyebabkan kelainan cara berjalan. 14 Teknik kedua untuk menganalisis secara fungsional adalah PET Positron Emission Tomography. Pada ADHD didapatkan penurunan aliran darah dan metabolisme di beberapa bagian otak termasuk lobus prefrontal dan ganglia basal. 2,5  Faktor Neurotransmiter Disebutkan beberapa neurotransmiter dikaitkan dengan keadaan ADHD diantaranya dopamin, norepinefrin, dan serotonin. 2,5 Dikutip dari buku ajar psikiatri FKUI, Barkley dkk, menyatakan adanya peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron akibat perubahan hipersensitivitas transporter dopamin di daerah limbik dan lobus prefrontal pada kasus ADHD. 4 Dikutip dari buku Essentials of Psychiatry Willey J, pada penelitian Markowitz dan Coccaro 1995 menyatakan defisit serotonin dikaitkan dengan keadaan agresif dan afek labil. 2 Beberapa pengobatan ADHD mengarah pada hipotesis tentang gangguan adrenergik dan sistem dopaminergik ini. Secara keseluruhan tidak ada bukti yang jelas tentang pengaruh neurotransmiter tunggal, namun banyak neurotransmiter yang saling berpengaruh dalam ADHD. 8  Faktor Psikososial Anak-anak yang berada di lembaga yang hiperaktif dan memiliki perhatian yang buruk cenderung mengalami gejala ADHD. 8 Dalam laporan Bowlby J. Forty Juvenile Thieves, kemungkinan ada pengaruh dari perasaan kehilangan khususnya kehilangan ibu yang menyebabkan adanya rasa kehilangan yang berkepanjangan sehingga timbulnya gangguan antisosial. 6,8 Kejadian gangguan keharmonisan keluarga, stress psikis, anak yang ditelantarkan orang tua, atau bahkan praktek kedisiplinan yang berlebih bisa menjadi faktor predisposisi. 2 Saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD, diduga adanya interaksi kompleks antara neuroanatomi dan neurokimia. Beberapa kondisi diduga sebagai faktor predisposisi ADHD antara lain, terpaparnya alkohol, timbal, atau kokain saat kehamilan, adanya trauma neurologis saat persalinan, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, adanya infeksi otak, trauma kepala, kejang, sindrom tourette, riwayat retardasi mental, dan lain sebagainya. 6,8

2.1.4 Gambaran Klinis dan Diagnosis