Suatu agama biasanya dianut oleh berbagai ras dan suku bangsa yang berbeda dengan sebuah agama dapat menyatukan sekian banyak perbedaan dalam
sebuah keluarga besar dimana mereka menemukan kedamaian dan ketentraman.
21
e. Fungsi Transformatif Agama dalam hal ini berfungsi mengubah kesetiaan masyarakat dan
manusia adat kepada nilai-nilai yang kurang manusiawi dan membentuk manusia yang ideal. Bersamaan dengan itu pula transformasi yang berarti pula membina
dan mengembangkan nilai-nilai sosial adat yang pada intinya baik dan dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas.
22
3. Pengertian Keberagamaan
Keberagamaan adalah“…a person’s attitude toward religion in general; more specifically, the intensity of way in which a person is religious”.
Religiusitas merupakan sikap seseorang terhadap agama secara umum, bukan hanya terhadap salah satu aspeknya saja dari agama, lebih khusus lagi
religiusitas adalah intensitas cara seseorang dalam menjadi seorang beragama. Keberagamaan dalam penelitian sosial keagamaan lebih dikenal dengan
religiusitas. Sedangkan religiusitas itu sendiri lebih bersifat personal, yaitu melihat aspek-aspek yang berada di dalam hati nurani, lebih mengarah pada nilai-
nilai keagamaan yang diyakini oleh individu, kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
23
21
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 51
22
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 56.
23
Masri Singarimbun dan Sofyan effendi, Metodologi Pnelitian Survei Jakarta: LP3Es, 1989 Cet. Ke-1, h. 127.
Agama sebagai rangkaian manifestasi dari fenomena yang berkaitan dengan sesuatu yang dipandang sebagai sistim ilahiyah divine system
berdasarkan analisis Glock and Stark, keberagamaan muncul dalam lima dimensi: a.
Dimensi Keyakinan Dimensi keyakinan merupakan seperangkat kepercayaan beliefs yang
memberikan “premis eksistensial” untuk menjelaskan Tuhan, alam, manusia, dan hubungan diantara mereka. Kepercayaan ini dapat berupa makna yang
menjelaskan tujuan Tuhan, dan peranan manusia dalam mencapai tujuan itu purpose beliefs kepercayaan pada tingkat akhir dapat berupa pengetahuan
tentang perangkat tingkah laku yang dikehendaki agama dogma. Kepercayaan inilah yang didasari struktur etis agama.
24
b. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan ini mengacu pada pengetahuan agama, apa yang tengah atau harus diketahui seseorang tentang ajaran agamanya. Pada dimensi ini
penelitian dapat diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh mengerti agama Religious literacy pada pengikut agama atau tingkat ketertarikan mereka
mempelajari pengetahuan tentang agama yang mereka anut.
25
c. Dimensi Pengalaman
Dimensi pengalaman ini merupakan bagian keagamaan yang bersifat efektif, yakni keterlibatan emosional dan sentimen pada pelaksanaan ajaran agama
inilah perasaan keagamaan religious feeling yang dapat bergerak dalam empat tingkat; Konfirmatif merasakan kehadiran Tuhanapa saja yang diamatinya,
24
aufik Abdullah dan M. Rusli Karim ed. Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1989 Cet. Ke-1, h. 93.
25
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim ed. Metodologi Penelitian Agama, h. 93.
Responsif merasa bahwa Tuhan menjawab kehendaknya atau keluhannya,
Eskatik merasakan hubungan yang akrab dan penuh cinta dengan Tuhan ,
Partisipatif merasa menjadi kawan setia, kekasih wali Tuhan dan menyertai
Tuhan dalam melakukan karya ilahiyah atau darma bakti
26
d. Dimensi Ritual
Dimensi ritual merupakan tingkat sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritual agama. Dimensi ini meliputi pedoman-pedoman pokok
pelaksanaan ritus dalam kehidupan sehari-hari.
27
e. Dimensi Konsekuensi
Disebut juga dimensi sosial yang meliputi segala implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama. Dimensi inilah yang menjelaskan apakah efek ajaran
agama terhadap etos kerja, hubungan interpersonal, kepedulian sosial dan sebagainya.
26
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim ed. Metodologi Penelitian Agama, h. 93.
27
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim ed. Metodologi Penelitian Agama, h. 93.
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM FKMT AT TAQWA
A. Keadaan Geografis dan Demografis Lingkungan Majlis Taklim dan