Hampir rata-rata dari jamaah tersebut menyadari jika mreka melakukan pelanggaran terhadap tuntunan agama adalah sebagai suatu kesalahan, dan mereka
juga menyadari ada konsekuensi dari pelanggaran-pelanggaran tersebut, khususnya tentang akhirat, umumnya para jamaah sangat yakin sekali dengan
adanya kehidupan setelah kematian, hal itu telah mereka ketahui sejak mereka kecil, kemudian peran majlis taklim adalah memberikan persepsi yang factual
tentang konsekuensi tersebut, sesuai dengan konteks mereka sebagai Ibu rumah tangga, sebab pemahaman yang mereka bawa sejak kecil tentang pahala dan dosa
berbeda dengan pandangan yang seharusnya dimiliki Ibu rumahtangga tentang hal itu, dengan demikian Majlis Taklim menunjukan konteks yang jelas mengenai hal
itu, misalkan keberadaan mereka yang harus mendidik anak-anak, adalah suatu sikap yang baik, namun jika mereka membuat pendidikan anak-anak mereka
terbengkalai maka mereka akan mendapat hukuman, karena dianggap tidak melaksanakan amanat Allah.
B. Peran FKMT Terhadap Peningkatan Keberagamaan Ibu-ibu Rumah tangga
Kehidupan sosial keagamaan jamaah FKMT Masjid AT-Taqwa Rw. 09 Kelurhaan Bintaro Jakarta Selatan berdasarkan hasil penelitian yang penulis
lakukan menunjukan bahwa dari aspek akidah, syariah, muamalah dan kultur keislaman sudah menunjukan tingkat yang baik. Baik aspek akidah, syariah,
muamalah dan kultur keislaman. Nuasa Islami sudah terasa kental di Keluran Bintaro Jakarta Selatan, meskipun sedikt-sedikit ada saja peristiwa yang
merupakan penyimpangan dari nilai-nilai agama seperti perjudian, minum-
minuman keras dan perbuatan asusila. Namun dari seluruh responden sebanyak 10 orang responden menunjukan bahwa tingkat penyimpangan nilai-nilai agama
secara umum sangat minim. 1. Dimensi Keyakinan
Aspek akidah jamaah Majlis Taklim sudah dengan mantap mengimani adanya Allah dengan segala sifat-sifat Allah yang melekat dalam dzat-Nya.
Jamaah Majlis Taklim menyakini bahwa Allah SWT itu ada. Allah itu Esa. Allah memiliki sifat iradat dan kudrat. Jamaah Majlis Taklim juga mengimani adanya
rizki yang merupakan wewenang Allah SWT. Seperti dikemukakan oleh Ibu Hj. Fatmasari:
“Allah itu pasti ada, dan Allah itu pasti bisa melihat apa saja yang dikerjakan orang-orang, cuman kita saja yang nggak bisa melihatNya.”
8
Kepercayaan Jamaah Majlis Taklim terhadap sifat-sifat Allah yang lain juga cukup mantap. Jamaah Majlis Taklim mengimani adanya takdir dari Allah
yang tidak bisa dilawan oleh apapun dan siapapun juga. Takdir baik dan takdir buruk yang menjadi kekuasaan Allah SWT. Hal ini tidak lepas dari materi-materi
yang disampaikan dalam pengajian dan ceramah-ceramah rutin setiap minggunya. Selain iman kepada Allah, Jamaah Majlis Taklim juga sudah mengimani
adanya malaikat-malaikat Allah. Mereka juga mengenal nama-nama malaikat seperti malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Rakib, Atid, Munkar, Nakir, Ridwan,
Atid, dan Malik. Tugas Jibril menyampaikan wahyu, Mikail membagi-bagi rizki, Rakib Atid menjaga manusia, Israfil meniup sangkakala, Izrail mencabut nyawa,
8
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Fatmasari, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 22 Maret 2007.
Ridwan menjaga pintu surga, Malik menjaga pintu neraka, Munkar dan Nakir menanyai manusia di alam kubur.
Kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebagai wahyu Allah, Jamaah Majlis Taklim juga sudah mengimaninya. Pengetahuan
tentang kitab-kitab kepada siapa diwahyukan juga sudah dimengerti oleh para responden. Umumnya mereka paham tentang kitab-kitab Al-Quran, Zabur, Taurat,
dan Injil. Kitab suci Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikait Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab Zabur diturunkan oleh Allah melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Daud AS. Kitab Taurat kepada Nabi Musa AS. Kitab Injil kepada nabi Isa AS.
Sebagaimana diungkapkan Ibu Hj. Murtono: “Di pengajian kan sudah sering dikasih tahu sama Ustadzah,
rukun iman itu ada enam, kalo kita nggak penuhi yang enam itu, kata Ustadzah berarti kita bukan orang mukmin yang beriman.”
9
Kepada rasul-rasul allah yang diangkat sebagai utusan allah, Jamaah Majlis Taklim sudah mengimaninya. Rasul-rasul Allah yang tugasnya
menyampaikan wahyu kepada umatnya. Nama-nama rasul Allah juga sudah Jamaah kenal dengan baik.
Iman kepada hari akhir juga telah mereka yakini. Jamaah Majlis Taklim sudah yakin bahwa suatu saat nanti akan ada kiamat. Jamaah Majlis Taklim juga
yakin bahwa di hari akhir kelak akan ada pembalasan bagi orang-orang jahat akan masuk neraka. Jamaah Majlis Taklim yakin hal itu, Disamping itu Jamaah Majlis
9
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Murtono, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 01 Maret 2007
Taklim juga yakin adanya takdir baik dan takdir buruk. Jamaah Majlis Taklim mengimani kalau takdir itu merupakan kehendak Allah.
Dalam persoalan takdir ini, banyak demensi berhubungan dengan posisi manusia di hadapa Allah sebagai Maha Penguasa. Erat dengan kewenangan Allah
SWT untuk menentukannya Iradat-Nya. Meskipun ada hal-hal yang menjadi kewenangan manusia, artinya sesuatu yang akan terjadi tergantung dari usaha
manusia itu sendiri. Seperti dikemukakan oleh Ibu Zubaedah:
“Manusia itu segala sesuatunya sudah di atur sama Allah, mulai lahir, mati, jodoh, apalagi rizkinya, biarpun kita usaha kaya
apa, kalo Allah belum ngizinin, ya… kita ngak bisa apa-apa.”
10
2. Dimensi Pengetahuan Salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan sosial yang sangat
berpengaruh adalah pendidikan. Dengan pendidikan manusia mampu berpikir lebih maju dari sebelumnya. Manusia berpendidikan mampu berkreasi lebih
dibandingkan dengan manusia yang tidak berpendidikan hingga mampu menciptakan perubahan social, ekonomi dan budaya. Pendidikan bisa didapat
dimana saja, pendidikan yang pertama kali didapat oleh seseorang itu adalah pendidikan dalam keluarga lalu pendidikan dalam keluarga lalu pendidikan di
sekolah dan juga pendidikan di lingkungan, contohnya pendidikan pada suatu organisasi seperti pengajian Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09.
Keikutansertaan anggota majlis taklim dalam pengajian sangat antusias. Ini diketahui dari catatan buku kehadiran jamaah. Dimana pengajian dilaksanakan
10
Wawancara pribadi dengan Ibu Zubaedah
,
Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 29 Maret 2007
setiap hari kamis jam 13.00 WIB siang. Jamaah terlihat dari setiap kegiatan yang diadakan dengan selalu dipenuhi oleh jamaah. Ini menunjukkan bahwa anggota
pengajian Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09 mengerti akan pentinganya menuntut ilmu baik yang formal ataupun non-formal. Dengan sering mengikuti
pengajian mereka akan bertambah wawasan dari segi agama dengan tujuan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu penyebaba terjadinya perubahan social pada umumnya dari masyarakat itu sendiri dan untuk menghindari dampak negatif dari perubahan
social, salah satu cara dapat dilakukan adalah dengan lebih memahami agama. Peran Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09 yang sangat dasar dan
membuat banyak sekali perbedaan pada peningkatan keberagamaan jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09 adalah hasil dari pengajian rutin
tentang baca tulis Al-Quran, fakta yang penulis peroleh di tempat penelitian maupun keterangan dari responden menunjukkan bahwa lembaga non-formal ini
Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09 telah berhasil merubah 70 jamaah yang semula tidak mampu baca tulis Al-Quran menjadi jamaah yang mampu baca
tulis Al-Quran. Seperti diungkapkan Ustadzah
Mulyani
: “Dari jumlah jamaah kurang lebih seratus orang, tadinya
hanya kurang lebih dua puluh lima orang yang lancar baca tulis Al Qur’an, tetapi sekarang sudah hampir delapan puluh jamaah yang
mampu melek huruf Al Qur’an, dan melancarkan supaya lebih menguasai, dan sisanya sedang dalam proses belajar”
11
Majlis Taklim sebagai lembaga non formal yang memang bergerak dalam
Ta’lim atau edukasi selalu berperan dengan semangat membimbing dan
11
Wawancara Pribadi dengan Ustadzah Mulyani, Pembina Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 8 Maret 2007.
mengarahkan, begitu juga yang terjadi dalam Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09, dimana ibu-ibu rumah tangga sebagai Objek pendidikannya, sehinga
materi-materi yang diajarkan di Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09 lebih mengarahkan kepada pembentukan sikap dan perilaku ibu rumahtangga yang ideal
dalam Islam, dan menurut pengakuan responden memang sedikit banyak edukasi tersebut dirasakan oleh Ibu-ibu rumah tangga jamaah Forum Komunikasi Majlis
Taklim RW. 09 sebagai sebuah tuntunan menuju kesadaran, hal ini diungkapkan oleh Ibu Sulis:
“Sejak saya ikut pengajian si RW. 09, saya sekarang jadi tahu kalo saya harus bakti sama suami, apalagi kalo denger Ustadz
ceramah masalah siksanya, saya ngeri jadinya”
12
Pendidikan di Majlis Taklim juga memicu ketakwaan para Ibu-ibu Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09 hal ini terlihat dari peningkatan
frekuensi ibadah atau shalat yang semakin swering diikuti ibu-ibu. Segala yang telah dicapai tidak membuat puas oleh pengurus maupun
jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim RW. 09, masih banyak aspek yang lain yang harus dikembangkan dan disampaikan pada jamaahnya dalam hal ini
pengurus dan jamaah bersama-sama berusaha memperbaiki segala kekurangan yang ada, terutama dalam hal kualitas keberagamaan Jamaahnya.
a. Syahadatain Pada umumnya Jamaah Majlis Taklim Rw. 09 Kelurahan Bintaro Jakarta
Selatan telah mengerti tentang kalimat Laa ilaaha illa Allah yang bermakna tiada Tuhan selain Allah. Mereka mengerti bahwa kalimat laa ilaaha illa Allah
12
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sulis, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 5 April 2007.
merupakan kalimat sahadat yang berarti sebagai ikrar atau bersaksi bahwa dirinya mengakui dengan penuh kesadaran bahwa Allah itu Esa. Allah itu satu. Allah itu
tunggal. Tiada Tuhan selain Allah. Dalam bahasa yang lain mereka memahami bahwa hanya Allah yang wajib diakui sebagai tuhan, Tuhan yang wajib disembah,
Tuhan sebagai tempat pengabdian dirinya. Seperti dikatakan Ibu Hj. Salbiah:
“syahadat itu
asyhadu an laa ilaaha illa Alllah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah,
kalo kita masuk Islam harus baca syahadat dulu, kata Ustadz berarti kita sudah nyaksi-in kalo Allah
kita itu Cuma satu dan Nabi Muhammad Nabi terakhir, jadi kita nggak boleh syirik, sebab dosanya nggak bisa diampuni. Setiap
pengajian kita juga berdo’a dan baca syahadat bareng-bareng”
13
Disamping itu mereka juga mengerti bahwa laa ilaaha illa Allah merupakan bagian dari rukun Islam yang ke-lima. Kalimat laa ilaaha illa Allah
yang dirangkaikan dengan Muhammad rasul Allah adalah kalimat Syahadatain artinya dua kesaksian. Yang pertama sebagi kesaksian kepada Allah sebagai tuhan
yang Maha Esa, dan kedua kepada Muhammad sebagai utusan Allah. Para responden sebagai bagian dari Jamaah Majlis Taklim yang menjadi
subjek penelitian, umumnya memahami tentang kedudukan Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir. Sebagai utusan Allah Muhammad rasul Allah
menerima wahyu dari Allah melalui malikat Jibril berupa kitab suci Al-Quran. Mereka menyakini bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah
melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad rasul Allah. b. Shalat
13
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Salbiah, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007
Jamaah Majlis Taklim memahami bahwa sebagai rukun Islam yang pertama Syahadatain juga perlu diikuti dengan pengamalan rukun Islam yang
yang lain seperti rukun kedua yaitu shalat lima waktu. Para responden umumnya memahami bahwa shalat yang diwajibkan oleh Allah kepada umat Islam yaitu
shalat. Shalat zuhur sebayak 4 rakaat, shalat ashar sebanyak 4 rakaat, shalat magrib sebanyak 3 rakaat, shalat isya sebanyak 4 rakaat, sedangkan shalat shubuh
2 rakaat. Di samping itu mereka juga mengenal shalat-shalat sunnah seperti shalat
sunnah rawatib, shalat dhuha, shalat istikharah, shalat hajat, shalat tahajud dan shalat sunnah lainnya. Intensitas pelaksanaan shalat juga turut didukung oleh
peran serta majlis yang selalu menanamkan nilai-nilai shalat dalam ritual bersama maupun keterangan-keterangan dalam ceramah pengajian., seperti di ungkapkan:
“alhamdulillah ibu sudah penuh melaksanakan shalat wajib lima waktu, ya…sedikit-sedikit juga nambahin dengan shalat sunat,
kalau yang wajib si… mesti kan takut siksanya entar di neraka serem kaya yang Ustadz terangin di Majlis”
14
Dalam melaksanakan shalat, Jamaah Majlis Taklim dengan segala aktifitas keseharian belum sepenuhnya mampu berjamaah dalam lima waktu di masjid-
masjid yang ada. Hanya sebagian kecil saja Jamaah Majlis Taklim yang aktif melakukan shalat jamaah untuk shalat lima waktu. Umumnya Jamaah Majlis
Taklim shalat di lingkungan rumahnya sendiri, jarang jamaah ke masjid atau mushollah. Hal ini karena adanya kesibukan kerja dan keperluan lainnya.
c. Ibadah Puasa
14
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Salbiah, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007
Pada umumnya para responden telah melaksanakan ibadah puasa wajib yaitu ibadah puasa bulan ramadhan. Namun demikian ibadah puasa mereka masih
bervariasi dalam arti ada yang sudah bisa melaksanakan dengan sempurna berdasarkan fiqih, dan ada yang belum.
Selain itu, selama bulan ramadhan para responden juga telah melaksanakan shalat terawih baik shalat tarawih baik dengan berjamaah maupun
sendirian. Saat berbuka puasa responden menyatakan beberapa kali mengadakan
buka puasa bersama dengan Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09 Kelurhaan Bintaro Jakarta Selatan.
Selama bulan suci ramadhan umumnya responden menyatakan lebih rajin mengikuti ceramah-ceramah, pengajian atau amaliyah ramadhan yang lain seperti
tadarus Al-Quran di masjid dan musholla. Para responden juga menyatakan bahwa ustadz dan jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa di
lingkungan Rw. 09 Kelurhaan Bintaro Jakarta Selatan secara bersama-sama dan masal menyelenggarakan pengajian-pengajian di seluruh penjuru masyarakat
secara merata, bahkan pada bulan ramadhan frekuensi kegiatannya biasanya lebih banyak, sehingga suasana bulan suci ramadhan menjadi terasa hidup dan syiar
Islam begitu terasa menggema di seluruh Rw. 09 Kelurhaan Bintaro Jakarta Selatan.
d. Zakat Responden pada umumnya sudah pernah mendapatkan pengetahuan
tentang hukum-hukum zakat sebagai rukun Islam. Baik dari ulamakyai,
ustadzah, terutama pada pengajian-pengajian yang dilaksanakan Majlis Taklim. Mereka juga sudah mengerti barang-barang apa saja yang wajib dizakati. Namun
sebagian yang lain lagi mengatakan kurang mengerti tentang barang-barang apa saja yang wajib dizakati.
Masalah batasan atau binatang atau perniagaan yang wajib dibatasi atau di sebut batas nishab juga belum semua responden mengerti. Mereka sebagian besar
kurang mengerti tentang batas nisab bagi barang, binatang, harta perniagaan yang wajib dizakati, paling-pa,ling jika mereka akan menunaikan kewajiban tersebut
mereka menyarahakan perhitungan nishab dan lain sebagainya kepada ustadz- ustadz dan guru-guru mereka dari Majlis Taklim.
Seperti diungkapkan oleh Ustadzah Mulyani: “Biasanya kalo masalah yang agak susah, kaya menghitung
berapa zakat yang harus dikeluarkan, apalagi kan jamaah di sini banyak yang jadi pedagang, paling entar mereka minta dari kami
PengurusUstadz dari Majlis Taklim-Pen. untuk mengurusnya, bahkan kadang sampai urusan membagikan.”
15
Namun demikian, sikap jamaah dalam perihal zakat cukup patut mendapat acungan jempol , sebab rata-rata responden pernah mengerluarkan zakat secara
langsung kepada yang berhak, disamping itu juga, sebagain responden pernah menyampaikan zakatnya langsung kepada badan amil zakat di lingkungan
setempat. e. Ibadah Haji
Pada umumnya responden menyatakan bahwa dirinya ingin menuaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah. Mereka juga di samping memiliki keinginan
15
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Mulyani, Pembina Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 08 Maret 2007
untuk berhaji, mereka mau belajar memahami materi-materi yang berhubungan dengan hukum haji, hal ini terbukti dari antusiasme mereka ketika materi tentang
Haji biasanya disampaikan pada bulan-bulan Dzulhijjah, atau semangatnya mereka ketika menjenguk salah satu jamaah yang baru pulang dari menunaikan
ibadah haji, sebab biasanya hal itu menjadi tradisi yang telah umum di wilayah ini. Responden juga menyatakan bahwa ibadah haji banyak manfaatnya.
Pemahaman agama Jamaah semenjak mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan oleh Majlis Taklim At Tqwa dikatakan cukup meningkat, dikarenakan
semakin banyaknya pengamalan-pengamalan agama yang mereka dapat sehingga membawa ke arah pemahaman mereka terhadap agama.
3. Dimensi Pengalaman Manusia aktif bukanlah mereka yang semata-mata melakukan segala
keinginannya. Untuk bertindak tepat manusia harus mencari pengetahuan dan informasi. Dia harus rela menunda ganjaran atau imbalan pribadi sehubungan
dengan realisasi tujuan-tujuan kemasyarakatan yang sempurna.
16
Sikap kemasyarakatan warga RW.09 boleh dikatakan baik, jarang sekali terlihat nilai-nilai a-moral yang dialami warga sekitar, mereka lebih “reriyungan”
atau bersikap gotong royong, apalagi jamaah anggota FKMT ─terutama yang
berusia lanjut, semakin dewasa biasanya seorang wanita akan lebih bijak, arif dan semakin menjauhi konflik-konflik dan pertentangan apalagi dalam sebuah
perkumpulan yang merasa mempunyai satu tujuan, mereka telah sadar untuk saling membantu dan mengerti satu sama lain, dan semakin kuat pula ikatan
16
Margaret M. Paloma, Sosiologi Kontemporer, Terj. Tim Pnerjemah Yosogama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, cet-4, h.356.
emosional mereka, bahkan pada sisi religiusitas yang terjadi pada anggota FKMT; semakin tua mereka semakin ingin mendekatkan diri kepada Allah, sehingga sikap
seperti itu dapat menekan perilaku-perilaku yang mungkin merugikan dalam lingkungan social, hal ini seperti diungkapkan Ibu Hj. Murtono:
“enggak tahu ya… kenapa, rasanya kalau sudah lanjut begini kok mau berbuat yang aneh-aneh itu merasa segan, dan kayaknmya enggak pantes
gitu lo mas, malahan jadi tenang kalau banyakin shalat, ngaji, ya…pokoknya yang bisa bikin kita dekat sama Allah lah…”
17
Dalam masyarakat Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan interkasi keberagamaan yang tampak dan banyak diikuti oleh warga masyarakat adalah
majlis taklim, Hampir di setiap Rw. ada satu majlis taklim yang merupakan media pendidikan keislaman. Salah satunya adalah Forum Komunikasi Majlis Taklim
Rw. 09 ini. Majlis taklim menyelenggarakan pengajian rutin beberapa kali dalam sepekan. Pengajian yang dilaksanakan oleh FKMT Rw. 09 ini dilaksanakan
berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, dengan materi-materi kajian yang telah disusun oleh pengurus dan pengajar, pengajian rutin diadakan untuk belajar
membaca dan menghafal. Dari lingkungan masjid juga sering dialunkan ayat-ayat suci Al-Quran
melalui pengeras suara yang ada di masjid. Biasanya alunan ayat-ayat suci Al- Quran di pedengarkan menjelang datangnya shalat wajib yang lima. Menjelang
saat-saat adzan akan tiba, ayat-ayat suci Al-Quran dialunkan untuk menyebut datanganya seruan Allah SWT, yaitu adzan shalat wajib. Selesainya alunan ayat-
yat Al-Quran barulah adzan dikumandangkan oleh muadzin dari pengurus atau
17
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Murtono, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 01 Maret 2007
takmir masjid. Adzan biasanya dikumandangkan melalui pengeras suara, sehigga pada saat yang bersamaan menggemalah suara adzan dari seluruh masjid dan
mushollah yang ada di sekitar Rw. 09 Kelurhaan Bintaro Jakarta Selatan 4. Dimensi Ritual
Menurut ulama
fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang
bertujuan memperoleh keridhaan Allah SWT. Dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat. Sedangkan ibadah berdasarkan pelaksanaanya secara garis besar dapat
dikelompokan ke dalam tiga bentuk, yaitu; pertama ibadah Jasmaniah-Ruhiah Ruhaniah yaitu ibadah yang memadukan pekerjaan ibadah ruhani dan fisik,
seperti shalat, puasa dan lain-lain. Kemudian yang ke dua adalah ibadah Ruhian- Maliah harta-benda, yaitu ibadah yang menggabungkan ibadah ruhani dan harta
benda seperti zakat. Kemudian yang ke tiga adalah ibadah ruhiah-jasmaniah- maliah, yaitu ibadah yang menggabungkan ketiga-tiganya ibadah ruhiah,
jasmaniah, dan maliah, seperti ibadah haji.
18
Ritual yang dilakukan oleh masyarakat terutama oleh kaum ibu anggota FKMT adalah ibadah-ibadah yang tertanam melalui hal-hal yang kecil yang
menyangkut kehidupan sehari-hari mereka, seperti cara berpakaian, sebab bagaimanpun juga cara berpakaian bagai kaum hawa adalah sebuah kewajiban,
hal inilah yang mula-mula di tanamkan dalam ritual mereka, walaupun hal itu tidak tertulis dalam kode etik, tetapi keadaan lingkungan yang semakin religius
telah menanamkan hal itu.
18
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam,
Jakarta: Kencana, 2003, h. 137-138.
Meskipun kaum hawa belum semuanya menggunakan busana khas kaum muslimah yakni busana jilbab atau kerudung. Namum demikian, secara umum
kaum hawa telah mengenakan pakaian yang sudah menutup sebagian besar auratnya. Model busana pakain yang dipakainya yang sesuai dengan model khas
ibu-ibu. Kaum remaja model busana khas remaja pula. Justru yang unik terjadi pada kaum remajanya, di mana busana muslimah yang menjadi trendnya amat
bervariasi. Dikalangan remaja model busana muslimnya tergantung dari selera taste
masing-masing remaja. Ada sebagian remaja yang mengenakan busana muslim yang agak ketat dan ketat. Bahkan perpaduan antara pakaian bawah dan atas
berbeda-beda. Sebagian ada yang menggunakan pakaian bawah dengan rok long dress
, ada sebagian lain yang menggunakan celana panjang dan model jeans. Perpaduan pakaian atas dan bawah memang menjadi trend sendiri di kalang
remaja khususnya pakaian atas ada bermacam-macam gaya. Dalam peribadatan sehari-hari, warga RW. 09 mengaku lebih taat setelah
dewasa apalagi sudah punya anak besar-besar, bahkan cucu, hal itu di dukung peran FKMT, mereka mengaku sebelumnya tidak begitu taat, beberapa waktu
terkadang mereka melalaikan kewajiban, entah Karena pekerjaan, capek, sakit dan lain-lain, seperti diungkapkan ibu Fatimah:
“Dulu sebelum saya sering ikut pengajian ya… namanya masih muda, kurang ada masukan dan belum ada yang mengingatkan ya…saya
terkadang ninggalin shalat, apalagi kalau lagi pergi jauh di jalan, enggak kaya sekaranga di Majlis Taklim saya sudah diajari Jama’-Qoshor.”
19
19
Wawancara pribadi dengan Ibu Fatimah, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007
Religiusitas atau keberagamaan merupakan sikap seseorang terhadap agama secara umum, bukan hanya terhadap salah satu aspeknya saja dari agama,
lebih khusus lagi religiusitas adalah intensitas cara seseorang dalam menjadi seorang beragama.
Keberagamaan pada jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa di lingkungan Rw. 09 dalam pengamatan penulis lebih bersifat
personal, yaitu melihat aspek-aspek yang berada di dalam hati nurani, lebih mengarah pada nilai-nilai keagamaan yang diyakini oleh individu, kemudian
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, namun pernyataan di atas tidak selamanya terjadi. Hal ini dapat kita lihat ketika perilaku keberagamaan yang di
alamai oleh responden sebagai subjek penelitian, kemudian masing-masing personal tersebut bertindak kolektif dalam jamaah Majlis taklim, maka
keberagamaan yang terjadi ditengah-tengah lembaga tersebut adalah terjadi bersamaan antara jamaah satu dengan yang lain.
Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09 memiliki peran dalam peningkatan keberagamaan jamaahnya, hal itu mengingat peran suatu
lembaga juga didasarkan pada statusnya, Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09 sebagai lembaga pendidikan non formal, dengan
segala nilai-nilai dan norma yang diembannya, dengan status yang dimilikinya Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09 menjadi sandaran
bagi sebagian kelompok masyarakat, ditambah lagi dengan status education yang melekat padanya.
5. Dimensi Konsekuensial Dalam Islam dimensi konsekuensial identik dengan “amal soleh”. Yang
artinya perbuatan kebaikan sebagai perwujudan dari keimanan dan ibadah dalam bentuk nyata atau manifestasi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Keyakinan, perasaan, penghayatan, dan pemahaman seseorang dalam beragama tercemin dalam pengamalan sebagai intinya orang beragama. Dengan
kata lain konsekuensi seseorang dalam beragama bukan hanya terletak pada beribadah dengan tuhannya, tapi juga bagaimana ibadah kehidupan sehari-hari,
nyata di dalam masyarakat. Pengamalan agama tercemin dari pribadi yang berpartisipasi dalam
peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapakan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan
ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial. Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09
mengakui bahwa dimensi konsekuensial sangat berpengaruh erat terhadap perilaku sosial, karena wujud dari pengamalan agama adalah perilaku sosial.
Menurut mereka dengan berperilaku prososial mereka telah menjalankan salah satu dari konsekuensi beragama, karena spritualitas dalam Islam memiliki
dua aspek yaitu merupakan hubungan pribadi antar manusia dengan Allah, sedangkan terhadap sesama manusia dan amsyarakat akan melahirkan hak-hak
dan kewajiban sosial. Tidak ada seorang yang secara spiritual hanya mencari keselamatan bagi
dirinya sendiri dengan mengasingkan diri dari masyarakat, ikatan-ikatan sosial
terjalin kuat dengan pribadinya. Agama bukanlah sekedar doa dan ibadah yang dibaca atau dilakukan berulang-ulang, melainkan merupakan kehidupan sosial
nyata yang dijalani sesuai dengan tujuan hidupnya. Jamaah Majlis Taklim sebagai manusia yang disertai oleh kebutuhan
untuk berinteraksi juga tidak lepas dari hal tersebut, tetapi ketika interaksi yang mereka alami dianggap sebagai sebuah bentuk pengamalan ibadah yang berkaitan
dengan keberagamaan mereka, jika begitu keadaanya tentunya mereka sadar dan selalu menyertakan nilai-nilai ibadah agama dalam setiap interaksi yang mereka
alami. Ada banyak sekali teori sosial yang menyebutkan fungsi agama dalam
masyarakat, diantaranya untuk mempertahankan kohesi sosial, yaitu agama ditempatkan sebagai perekat sosial untuk menekan potensi antagonistik antar
individu, juga untuk menekan konflik, hal ini diungkapkan Wilson. kemudian beberapa fungsionalis lain berpendapat agama sebagai kontrol sosial paling utama
dalam hubungan sosial.
20
Jamaah Majlis Taklim yang sebagian adalah ibu-ibu rumah tangga tidak terlepas dari konflik dalam kaitannya sebagai individu sosial, sebab
bagaimanapun juga interaksi terjadi setiap hari, sehingga menimbulkan akibat- akibat positif dan negatifnya. Permasalahan ekonomi praktis sering menjadi
pemicu konflik antar Ibu rumah tangga dengan Ibu rumah tangga lainnya maupun menjadi sebab dari konflik dalam sebuah keluarga, dalam hal ini dengan suami
20
Bryan S. Turner, Agama dan Teori Sosial, Penerjemah Inyiak Ridwan Musir, yogyakarta: IRCiSoD, 2003, h.189.
sebagai partner hidup dalam rumah tangga, hal ini seperti diungkapkan oleh ibu Hindun:
“Namanya orang rumah tangga itu pasti terkadang ada kurang dan lebihnya, kalu lagi pas kebutuhan banyak tapiu ekonominya lagi
pas-pasan sebenarnya kalu nggak ingat sama agama bisa jadi rebut sama suami”.
21
Hal di atas dialami oleh sebagaian besar ibu-ibu rumah tangga pada
umumnya. Keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa pada manusia merupakan alur
pokok di dalam berperilaku, sebab pada dasarnya niat ini dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa di dalam realitasnya merupakan pandangan hidup
seseorang yaitu norma-norma yang dijunjung tinggi yang menentukan pemilihan suatu keadaan kehidupan yang dianggap yang paling baik.
Ustadzah Mulyani, Pembina Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa mengatakan:
“bahwa karena keyakinan kepada Allahlah mereka jamaah dan dia selalu berusaha untuk mengerjakan apa yang diperintahkanNya dan
meninggalkan apa yang dilarangNya, salah satunya berperilaku prososial seperti menurut Nabi dalam hadisnya”.
22
Ditambahkan oleh Ibu Fatimah, bahwa keyakinan kepada Allah sangat
mempengaruhinya untuk berperilaku prososial: “Saya itu kalau ngeliat jaman sekarang banyak sekali orang
susah, tiap hari aja di rumah saya banyak banget orang minta-minta, ya… sebenarnya kalau mau kejam si…saya tega-tega aja untuk nggak
21
Wawancara pribadi dengan Ibu Hindun, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 01 Maret 2007.
22
Wawancara Pribadi dengan Ustadzah Mulyani, Pembina Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007
ngasih, tapi kalau ingat Allah, dan juga emang kasihan, orang lihat orang nggak mampu beli makan aja saya kasihan.”
23
Karena adanya keyakinan kepada Allahlah maka dirinya terdorong untuk melakukan perbuatan yang mengarah pada kehendakNya.
Manusia selalu mempunyai dua aspek keberagamaan yang kemanapun akan dibawanya, aspek tersebut biasanya bersifat transenden kepada Tuhan dan
sekaligus peranan dalam hubungannya dengan manusia. Jika aspek ketuhanan biasa berada pada keadaan jiwa personal masing-masing Jamaah Mjalis Taklim
dan lebih cendrung dipengaruhi oleh emosi keberagamaan yang berifat takut kepada hal yang gaib. Kemudin aspek yang ke dua yang lebih empiris dan
biasanya membutuhkan banyak interpretasi karena kaitannya dengan berbagai dilema dan warna yang dialami dalam hidup, yang secara garis besar sebenarnya
merupakan aspek sosial yang berkaitan dengan interaksi dan hubungan kepada sesama manusia.
Jamaah Majlis Taklim sebagai manusia yang disertai oleh kebutuhan untuk berinteraksi juga tidak lepas dari kebutuhan untuk bermasyarakat, tetapi
ketika interaksi yang mereka alami dianggap sebagai sebuah bentuk pengamalan ibadah yang berkaitan dengan keberagamaan mereka, sehingga jika begitu
keadaanya tentunya mereka sadar dan selalu menyertakan nilai-nilai ibadah agama dalam setiap interaksi yang mereka alami.
23
Wawancara pribadi dengan Ibu Fatimah, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007
Ada banyak sekali teori sosial yang menyebutkan fungsi agama dalam masyarakat, diantaranya untuk mempertahankan kohesi sosial, yaitu agama
ditempatkan sebagai perekat sosial untuk menekan potensi antagonistik antar individu, juga untuk menekan konflik, hal ini diungkapkan Wilson. kemudian
beberapa fungsionalis lain berpendapat agama sebagai kontrol sosial paling utama dalam hubungan sosial.
24
Religiusitas seseorang dapat dilihat dari frekuensinya dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang dilakukannya. Ibadah-ibadah dalam Islam yaitu, shalat, puasa,
zakat, dan sebagainya. Diantara ibadah di dalam Isalm, shalat yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan.
Shalat sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang positif, salah satunya berperilaku prososial. Kalaupun ada seseorang yang rajin
dalam melakukan shalat tetapi perilaku prososialnya tidak tinggi itu dikarenakan shalatnya baru pada tahap ritual saja belum pada tahap mempraktekkannya pada
masyarakat. Dengan shalat mengandung pengabdian kepada Allah. Ibu Sulis, salah satu Jamaah FKMT Masjid Attaqwa mengakui bahwa
pengaruh shalat dalam berperilaku prososial sangat tinggi. Dia merasakan dalam dirinya bahwa ada dorongan kuat untuk lebih peduli terhadap sesama pada saat
frekuensi shalatnya tinggi. Namun, pada saat mulai lalai terhadap shalat, dia merasa menjadi individu yang sangat egois.
Seperti diungkapkan olehnya:
24
Bryan S. Turner, Agama dan Teori Sosial, Penerjemah Inyiak Ridwan Musir, yogyakarta: IRCiSoD, 2003, h.189.
“Kalau lagi Rajin shalat itu apa-apa aja bawaannya enak, dan kayanya iman kita juga semakin tebal, kalau rajin shalat kayanya kita
pingin selalu nambah ibadah kita, jadi enak shodakoh, nggak ada pikiran sayang-sayang atau gimana…nggak kaya dulu waktu belum
begitu rajin shalat, ya…alhamdulillah sekarang ada peningkatan.”
25
Pendapat di atas dibenarkan oleh Ustadzah Mulyani, Pembina Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa. Menurutnya, shalat adalah
tiang agama. Keimanan seseorang dilihat pada frekuensinya dalam meng “amal” kan shalat. Dalam shalat manusia mensucikan dirinya menjadi bersih dan
memohon dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tidak baik, sehingga setiap individu selalu berusaha menjadi individu yang baik, salah satunya dengan melakukan
perbuatan-perbuatan prososial.
26
Seperti yang telah ditulis pada bab sebelumnya bahwa dimensi Experiensial adalah menunjuk pada tingkat seseorang merasakan dan mengalami
perasaan-perasaan dan pengalaman keberagamaan. Berdasarkan hasil penelitian baik berupa angket ataupun wawancara
mendalam, diketahui bahwa peningkatan religiusitas turut meningkatkan terhadap perilaku prososial, Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh ahli fenomenologi
terkemuka Van Deer Leeuw, bahwa pengalaman seseorang dengan yang suci akan melahirkan suatu sikap dan seperangkat praktek.
27
Ibu Sulis salah seorang Jamaah Majlis Taklim mengataka bahwa perasaan takutnya kepada Allah sangat mempengaruhi dia untuk berperilaku prososial.
25
Wawancara pribadi dengan Ibu Sulis, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007
26
Wawancara Pribadi dengan Ustadzah Mulyani, Pembina Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 08 Maret 2007
27
Thomas F. O’Dea. Sosiologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995, h. 36.
Contohnya, pada saat temannya membutuhkan pertolongan, maka dia akan berusaha menolong semampunya, karena apabila ia tidak menolong, ia takut Allah
akan memberikan musibah yang lebih besar kepadanya. Seprti di ungkapkan olehnya:
“saya si mas biar lagi pas-pasan kalau ada teman atau siapa…yang minta bantuan atau pinjaman saya tetap kasih, kata ustadz-
kan minjemin orang pahalanya lebih besar dari shadaqoh, terus saya takut kalau saya kurang amal harta saya jadi nggak berkah dan jadi
dikurangi sma Allah
28
Dalam hal yang berkaitan dengan dimensi keberagamaan yang menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-
jaran agamanya. Pemahaman agama yang menyangkut manusia seutuhnya yaitu pengetahuan yang menyangkut keseluruhan pribadi seseorang, mulai dari latihan-
latihan amaliah sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam
semesta, serta manusia dengan dirinya sendiri. Pemahaman agama Jamaah sangat berpengaruh erat pada perilaku
prososial. Dengan pemahamana agama yang dianut, akan menimbulkan kesadaran beragama dalam perilaku sehari-hari Jamaah . dengan kesadaran beragama itulah
Jamaah FKMT menjadikan agama sebagai pedoman dan petunjuk untuk menentukan mana yang baik dan benar dalam sikap, perilaku, dan perbuatannya.
Dengan demikian mereka akan terdorong untuk berbuat yang baik dan menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang agama.
28
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sulis, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 5 April 2007.
Ditambahkan oleh Ibu Fatimah, bahwa memang benar pemahaman agamanya mempengaruhinya dalam berperilaku prososial.
Ibu Fatimah berpendapat bahwa: “ orang yang banyak ilmunya itu akan kuat imannya, rajin ibadahnya, dan
banyak amal solehnya. Perumpamaan orang yang banyak ilmunya tetapi tidak banyak beramal bagaikan pohon yang tumbuh subur tetapi tidak berbuah”
29
Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09 mengakui bahwa dimensi konsekuensial sangat berpengaruh erat terhadap
perilaku sosial, karena wujud dari pengamalan agama adalah perilaku sosial. Menurut mereka dengan berperilaku prososial mereka telah menjalankan
salah satu dari konsekuensi beragama, karena spritualitas dalam Islam memiliki dua aspek yaitu merupakan hubungan pribadi antar manusia dengan Allah,
sedangkan terhadap sesama manusia dan amsyarakat akan melahirkan hak-hak dan kewajiban sosial.
29
Wawancara pribadi dengan Ibu Fatimah, Jamaah Forum Komunikasi Majlis Taklim Masjid AT-Taqwa Rw. 09, 15 Maret 2007.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan FKMT AT TAQWA berperan dalam meningkatkan keberagamaan ibu-ibu