Teori Konstruksi Sosial KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN

A. Teori Konstruksi Sosial

Bagi banyak orang media merupakan sumber untuk mengetahui suatu kenyataan atau realitas yang terjadi, bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah media akan dinilai apa adanya. Apa kata media dan bagaimana penggambaran media mengenai sesuatu, begitulah realitas yang mereka tangkap 1 Berita dari sebuah media bagi masyarakat umum dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan obyektifitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita ternyata menyimpan subjektivitas seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis data-data yang diperoleh di lapangan. Kenyataan ini seperti mengamini bahwa media berhasil dalam tugasnya merekonstruksi realitas dari peristiwa itu sendiri, sehingga pada akhirnya pembaca terpengaruh dan memiliki pandangan seperti yang diinginkan media dalam menilai suatu peristiwa. Melalui berbagai instrumen yang dimiliki, media berperan membentuk realitas yang tersaji dalam berita. Konstruksi terhadap realitas dipahami sebagai upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apapun.. Fakta atau realitas diproduksi dan dikonstruksi dengan menggunkan perspektif tertentu yang 1 Zulkarimein Nasution. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional: 2004. 1-10. akan dijadikan bahan berita oleh wartawan. Maka tidak mengherankan jika media memberitakan berbeda sebuah peristiwa yang sama karena masing-masing media memiliki pemahaman dan pemaknaan sendiri. 2 Seringkali berita sebuah peristiwa yang kita baca, kita tonton dan kita dengar berbeda dengan peristiwa sebenarnya yang terjadi dilapangan bila suatu ketika kita mendapat informasi langsung dari saksi maupun korban. Bahkan pemberitaan media yang satu dengan yang lain seringkali berbeda padahal berasal dari peristiwa yang sama bahkan waktu meliputnyapun bersamaan. Tanpa disadari, ternyata berita yang kita konsumsi setiap harinya dari media massa, baik cetak maupun elektronik adalah berita dimana fakta-faktanya sudah mengalami proses penciptaan atau pembangunan ulang konstruksi oleh media itu sendiri. Bukan merupakan fakta mentah yang sebenar-benarnya diperoleh dari narasumber suatu peristiwa, berita mengalami perubahan mengenai angle atau bagian apa yang ingin difokuskan media. Media mengkonstruksi fakta peristiwa disesuaikan dengan ideologi, kepentingan, keberpihakan media dalam memandang sebuah berita, apalagi bila berita tersebut memiliki akibat yang mungkin menguntungkan atau merugikan media berkaitan dengan pihak-pihak berpengaruh atas pemberitaan peristiwa itu. Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya, sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, tatapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk 2 Fahri Firdusi, Artikel: Berita Sebagai Konstruksi Media, artikel diakses pada 5 November 2007 dari http:fahri99.wordpress.com2007po2.html mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. 3 Teori dan pendekatan konstruksi atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan yang lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif. 4 Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman dalam teorinya ”The Social Construction Theory of Reality” proses mengkonstruksi berlangsung melalui interaksi sosial dialektis dari tiga bentuk realitas, yakni symbolic reality, objective reality, dan subjective reality yang berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan; eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. 5 Eksternalisasi penyesuaian diri, adalah sebagaimana dikatakan Berger dan Luckman usaha ekspresi diri manusia ke dalam dunia luar, keberadaan manusia tak mungkin berlangsung dalam suatu lingkungan interioritas yang tertutup dan tanpa gerak. Moment ini bersifat kodrati manusia. Ia selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia harus terus menerus mengekternalisasi dirinya dalam aktivitas. Objektivasi. Tahap obyektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah peroduk sosial berada pada proses instituniolisasi, sedangkan individu oleh Berger dan 3 Ibnu Hamad, Muhamad Qadari dan Agus Sudibyo. Kabar-Kabar Kebencian. Institut Studi Arus Informasi. PT. Sembrani Aksara Nusantara. Jakarta: 2001 h.74-75. 4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 202. 5 Deddy N. Hidayat, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran, Jakarta: Pascasarjana Ilmu Komunikasi UI, 2003, h. 7-8. Lukcman 1990: 49, dikatakan memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya, maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Obyektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka dapat dipahami secara langsung. 6 Internalisasi, adalah penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran subyektif sedemikian rupa sehingga individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau dunia sosial. Salah satu wujud internalisasi adalah sosialisasi bagaimana suatu generasi menyampaikan nilai-nilai norma-norma sosial termasuk budaya yang ada di kepala generasi berikutnya. 7 Dalam realitas obyektif yang merupakan hasil dari kegiatan eksternalisasi manusia baik mental maupun fisik, menurut Berger realitas obyektif berbeda dengan kenyataan subyektif perorangan, bahwa realitas obyektif besifat eksternal, berada diluar dan tidak dapat kita tiadakan dari angan-angan. Kemampuan ekspresi diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur-unsur dari dunia bersama ini, dan dalam realitas subyektif kehidupan ini menyangkut makna, intrepetasi, dan hasil relasi antara individu dengan obyek. 8 Dalam hidup ini menurut pandangan Berger dan Luckman, kehidupan sehari-hari terutama adalah kehidupan melalui dan dengan bahasa, bahasa tidak 6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h. 197-198. 7 Masnur Muslich, Kekuasaan Media Massa Menkonstruksi Realitas, Sebuah Kajian, artikel diakses pada 10 november 2007 di www. Kabmalang.go.id10112007. 8 Peter L. Berger, Thomas Luckman, Tafsir Sosial atas Kenyataan; sebuah risalah tentang sosiologi pengetahuan. Penerjemah Hasan Basri Jakarta : LP3ES, 1990, h. 49-50. hanya mampu membangun simbol-simbol yang diabstraksikan dari pengalaman- pengalaman sehari-hari, melainkan juga ‘mengembalikan’ simbol-simbol itu dan menghadirkannya sebagai unsur yang obyektif dalam kehidupan sehari-hari, sehingga yang menjadi titik perhatian dalam pandangan konstruksionis bukanlah pesan tetapi maknanya yang ditimbulkan dari pembuatan simbol-simbol. 9 Karena itu, Berger melihat bahasa mampu mentransendensikan kenyataan hidup sehari-hari secara keseluruhan dengan mengacu pengalaman yang menyangkut wilayah kenyataan yang berlainan. Bahasa disini didefinisikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari, tanda-tanda suara, gerakan ekspresi tulisan, yang dengan mudah dapat dilepaskan. Inilah yang menurut Berger dan Luckman sebagai kenyataan yang dipahami melalui bahasa simbolik kenyataan simbolik. 10 Menurut Peter Berger, realitas sosial tidak dibentuk secara ilmiah tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan tetapi sebaliknya realitas dibentuk semacam ini, realitas berwajah ganda atau prulal. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalaman, preferensi pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu dan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. 11 9 Peter L. Berger, Thomas Luckman, The Social Construction Theory of Reality, dalam Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. 2002, h. 39-41. 10 Peter L. Berger, Thomas Luckman, Tafsir Sosial atas Kenyataan; sebuah risalah tentang sosiologi pengetahuan. Penerjemah Hasan Basri Jakarta : LP3ES, 1990, h. 49-50. 11 Peter L. Berger, Thomas Luckman, The Social Construction Theory of Reality, dalam Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. 2002, h. 39-41. Media massa cenderung melakukan konstruksi realitas atas peristiwa yang diterimanya sebagai sumber berita. Tujuannya agar pembaca memilki pandangan hingga akhirnya menciptakan opini publik setidaknya diharapkan sesuai dengan pandangan frame media itu. Itulah tujuan media, menciptakan agar khalayak memiliki opini yang sama dan sesuai dengan pandangan media terhadap suatu peristiwa. Sadar atau tidak pembaca telah terperangkap oleh pola konstruksi media.

B. Teori Agenda Setting Media.

Dokumen yang terkait

Konstruksi Pemberitaan Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah Pada Tayangan Provocative Proactive (Studi Analisis Framing Tentang Konstruksi Pemberitaan Dalam Frame Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah Pada Tayangan Provocative Proactive di Metro TV)

0 47 112

Berita Penyerangan Jamaah Ahmadiyah (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Penyerangan Jamaah Ahmadiyah Pada Majalah Tempo dan Sabili)

3 52 102

SIKAP SURAT KABAR DALAM MEMBERITAKAN PERISTIWA KONFLIK (Analisis Isi Pemberitaan Carok Pada Koran Radar Madura Edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010)

2 10 56

Konstruksi Pemberitaan Media Online Tentang Kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK (Analisis Framing Pada News Media Online Detik.com & VIVA.co.id Edisi 26 Oktober - 31 Desember 2014)

0 6 1

Konstruksi Pemberitaan Pasca Reshuffle Kabinet Kerja Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) (Analisis Framing pada Beritasatu.com dan VIVA.co.id edisi 12-18 Agustus 2015)

2 6 77

Konstruksi Majalah Pria Tentang Pria Metroseksual (Analisis Framing Majalah Mens Health Indonesia Edisi Maret 2015 – Juni 2015)

2 14 23

SIKAP SURAT KABAR DALAM MEMBERITAKAN PERISTIWA KONFLIK (Analisis Isi Pemberitaan Carok Pada Koran Radar Madura Edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010)

0 4 56

Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo

3 23 130

Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika)

1 8 148

Konstruksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Pada Majalah Gatra Edisi Bulan Juli s/d Agustus 2005)

7 59 101