Dengan demikian, tidak ada bahan objektif yang telah didapatkan seorang wartawan. Sebab, semua yang ditulis wartawan dipengaruhi oleh orientasi, misi,
visi dan kebijakan media yang bersangkutan. Pandangan, persepsi terhadap suatu kejadian akan diwarnai oleh ”kacamata” wartawan tersebut.
Ada 3 Proses agenda Setting:
18
1. Media Agenda dimana isu didiskusikan dalam media. 2. Public Agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan
khalayak. 3.
Policy Agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari pentingnya isu tersebut.
Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting menetapkan agenda
sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting.
C. Konseptualisasi Framing
Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. mulanya, frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan
18
“http:en.wikipedia.orgwikiAgenda-setting theory, tgl 21 Desember 2005
perilaku strips of behavior yang membimbing individu dalam membaca realitas
19
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan
dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah
tampak. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol,
bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.
20
Abrar menyebutkan bahwa pada umumnya terdapat empat tehnik membingkai berita yang dipakai wartawan, yaitu ketidaksesuaian sikap dan
perilaku, empati, pengemasan dan asosiasi. Sekurangnya, ada tiga bagian berita yang menjadi objek framing seorang wartawan, yakni:judul berita, fokus berita,
dan penutup berita.
21
Dengan frame, jurnalis memroses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan
disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media.
Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realitas dalam arti obyektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet. Ke-4 h. 161-162
20
Eriyanto, Analisis Framing, h. 66-77
21
Ana Nadya Abrar, Media dan Minimnya Semangat Kesetaraan Jender. Majalah Pantau, Yogyakarta. Edisi 8 Maret 2000, Yogyakarta. H. 73
berbeda dengan realitas objektif tertentu. Karena realitas pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaliknya dikonstruksi.
22
Framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti,
atu lebih diingat, untuk mengiring interpretasi khlayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, agian mana yang ditonjolkan dan
dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.
23
Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap penting, dan mana yang tidak penting. Artinya, peristiwa itu penting dan bernilai berita, bukan
karena secara inheren peristiwa itu penting. Media dan wartawanlah yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga peristiwa tersebut dinilai sebagai
penting. Dalam memframing sebuah berita, media harus melihat dua aspek penting yang menjadi dasar bagaimana sebuah realitas dari peristiwa itu dibangun
dan akhirnya ditulis dengan Frame yang dianutnya seperti yang dituliskan Eriyanto, yaitu:
Pertama, memilih faktarealitas. Fakta dipilih berdasarkan asumsi bahwa
wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam melihat fakta selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih included dan apa yang
dibuang excluded. Bagian mana yang ditekankan dalam realitas, bagian mana
22
Eriyanto, Analisis Framing, h. 139
23
Nugroho, Eriyanto, Frans Suadiarsis Politik Media Mengemas Media. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999 h.21
dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu
dan melupakan fakta yang lain hingga peristiwa itu dilihat dari sisi tertentu akibatnya bisa jadi berbeda antara satu media dengan media yang lain.
Kedua, menuliskan fakta, berhubungan dengan bagaimana fakta dipilih itu
disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa dengan bantuan aksentuasi foto dan gambaran apa dan sebagainya.
Bagaimana fakta yang dipilih ditekankan denagn pemaaian perangkat tertentu seperti: penempatan yang mencolok headline bagian depan atau belakang,
pengulangan. Label tertentu ketika menggambarkan peristiwa yang diberitakan. Asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan pemakaian kata
yang mencolok, gambar dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.
24
Ada beberapa model framing yang telah diperkenalkan, namun didalam penelitian ini model framing yang digunakan adalah model framing milik
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita.
Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
25
Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana
seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalan skema tertentu. Framing
di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang
24
Analisis Framing h. 69-70
25
Ibid h. 256
unikkhusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol salam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu
isuperistiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.
Kedua, konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat
pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih
melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi,
dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
26
Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata sebagai persoalan
internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang.
Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan, dan
menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan khalayak yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktik kerja profesional wartawan.
Model Pan dan Kosicki merupakan modifikasi dari dimensi operasional analisa wacana Van Dijk, sedang rumusan yang kedua adalah milik Gamson dan
26
Eriyanto, Analisis Framing h. 252-253
Mogdiliani.
27
Model framing yang diperkenalkan Pan dan Kosicki dapat diasumsikan bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat
organisasi ide yaitu dimana frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan, sumber, latar informasi,
pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan.
28
Struktur Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Tabel 01
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS 1. Skema Berita
Headline, lead, latar cara wartawan
informasi, kutipan sumber,
menyusun fakta pernyataan, penutup
SKRIP 2. Kelengkapan Berita
5 W + 1H Cara wartawan
mengisahkan Fakta
TEMATIK 3.Detail
Cara Wartawan 4. Koherensi
Paragraf, proposisi, kalimat,
Menulis Fakta 5. Bentuk Kalimat
hubungan antar kalimat 6. Kata Ganti
RETORIS 7. Leksikon
Kata, idiom, gambarfoto,
Cara wartawan 8. Grafis
Grafik menekankan fakta
Metafora
Sumber: Eriyanto, h. 25
27
Alex Sobur. Analisa Semiotika dan Analisa Framing Bandung: Rosdakarya, 2002. h.175
28
Ibid h. 175
Berikut penjelasan mengenai keempat struktur yang menjadi model dari analisis framing model Pan dan Kosicki:
1
Struktur Sintaksis
Struktur sintaksis menunjuk kepada pengertian susunan dari bagian berita headline, lead, latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan teks berita
secara keseluruhan. Segi sintaksis seringkali muncul dalam bentuk pireamida terbalik. Struktur ini dapat memberi petunjuk mengenai wartawan memaknai
peristiwa dan hendak kemana berita tersebut dibawa. Headline
merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita. Headline
mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan.
Lead pada umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan
perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti kata yang
ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah
mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Ini merupakan cerminan ideologis,
dimana komunikator dapat menyajikan latar belakang atau juga tidak tergantung kepentingan mereka.
Bagian lain yang penting dari berita adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini menjadi perangkat framing yang kuat atas tiga hal, yaitu mengklaim
validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya
kepada pejabat yang berwenang dan mengecilkan pendapat atau pamdangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga
pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang. 2
Skrip
Yaitu laporan berita yang disusun sebagai suatu cerita. wartawan juga mempunyai cara agar berita yang ditulis menarik perhatian pembaca. Wartwan
mempunyai strategi daan cara bercerita tertentu. Segi cara bercerita ini dapat menjadi pertanda framing yang ingin ditampilkan. Skrip salah satu strategi
wartawan dalam mengkonstruk berita. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana dari suatu informasi penting yang disembunyikan.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W=1H who, what, when, where, why,
dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan. Kategori informasi ini yaang diharapkan diambil oleh
wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing
yang penting. 3
Tematik
Yaitu berhubungan bagaimana fakta ditulis. Penempatan dan penulisan sumber berita kedalam teks secara keseluruhan. Dalam menulis berita seorang
wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Tema itulah yang akan dibuktikan dengan susunan atau bentuk kalimat tertentu, proposisi, atau hubungan
antar proposisi. Dalam suatu peristiwa tertentu pembuat teks dapat memanipulasi
penafsiran pembaca tentang suatu peristiwa. Struktur tematik yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
Detail. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator. Komunikator akan menonjolkan secara berlebihan
informasi yaang menguntungkan dirinya atau citra yang baik sebaliknya ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit aatau bahkan tidak disampaikan bila
hal itu dapat merugikan kedudukannya. Informasi yang menguntungkan komunikator bukan hanya ditampilkan secara berlebih tetapi juga dengan detail
yang lengkap. Detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detail
yang lengkap itu akan dilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang mengangkat kelemahan atau kegagalan dirinya.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata. Proposisi atau kalimat dan koherensi merupakan elemen wacaana untuk melihat bagaimana seseorang
secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Koherensi terbagi atas tiga koherensi yaitu koherensi kondisional,
koherensi fungsional dan koherensi pembeda. Koherensi kondisional dalam wacana dapat berupa berhubungan dengan sebab akibat, bisa juga berupa
hubungan penjelas. Koherensi kondisional dapat dilihat dari pemakaian kata hubung untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan atau mengisahkan
suatu proposisi dihubungkan dengan bagaimana seseorang memaknai peristiwa yang ingin ditampilkan didepan publik. Koherensi kondisional juga ditandai
dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Koherensi pembeda
berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta tersebut mudah dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah bertentangan.
Bentuk kalimat adalah bentuk kalimat yang berhubungan dengan cara berpikir logis yaitu prinsip kausalitas.
Kata ganti adalah digunakan untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan imajinasi. Kata ganti merupakan alat yang dipakai. Komunikator
menunjukkan dimana posisi orang dalam wacana. 4
Retoris
Yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam bentuk berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai
leksikon, gaya, grafik atau gambar dan metafora. Yang bertujuan tidak hanya
untuk mendukung tulisan tetapi juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.
Leksikon menandakan bagaimana seseorang memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang digunakan tidak secara
kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. Pilihan kata-kata yang dipakai
menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Grafis biasanya muncul dalam bentuk foto, gambar dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Metafora merupakan cara penyampaian melalui kiasan dan ungkapan. Hal
ini dimaksudkan untuk memperkuat pesan utama.
29
29
Bimo Nugroho, Eriyanto, Frans Surdiasis, Politik Mengemas Berita. Jakarta: Penerbit Institut Studi Arus Informasi, 1999, h.29-30
D. Konseptualisasi Berita