Konseptualisasi Berita KERANGKA PEMIKIRAN

D. Konseptualisasi Berita

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia arti berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. 30 Berita berasal dari Bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi“. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. 31 Menurut Mitchel U. Charrley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan. 32 Kata News itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu, apa yang new, apa yang baru, yaitu lawan dari lama. Berita memang selalu baru, selalu hangat. 33 Ada beberapa definisi tentang berita dari pakar komunikasi, ilmuwan dan penulis diantaranya: a. Dean M. Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagaian besar pembaca. b. Dr. Wlliar C. Balayer, berita adaalah sesuatu yng termasuk baru yang dipilih wartawan untuk dimuat dalam media cetak oleh karena itu, ia 30 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2002h. 46 31 Drs. Totok Djuroto, M. Si, Manajemen Penerbitan Pers Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2000 cet ke-1. h. 46 32 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005 cet ke-1 h.64 33 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet ke-2 h.57 dapat menarik atau mempunyai makana dan dapat menarik minat bagi pembaca surat kabar tersebut.. c. William S. Maaulsby menyebutkan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi. d. Eric C. Hesfwood, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan menarik perhatian pembaca. e. Djafar H. Assegaf mengartikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih oleh staf redaksi suatu media massa untuk disiarkn dengan harapan dapat menarik perhatian khalayak. Sementara J.B wahyudi mendefinisikan berita sebagai laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan secara periodik. 34 Dengan demikian berita adalah fakta, opini, pesan , informasi yang mengandung nilai-nilii yang diumumkan, diinformasikan yang menarik perhatian sejumlah orang yang memilki pertimbangan diantaranya: 1. Akurat, singkat, padat dan sesuai dengan kenyataan. 2. Tepat waktu dan aktual. 3. Obyektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari penulis. 34 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004h. 4. Menarik, disajikan dengan kata-kata dan kalimat yang khas, segar dan enak dibaca. 5. Baru. 35 Berita juga harus lengkap, adil dan berimbang tidak boleh mencampurkan fakta dan opini sendiri dengan kata lain berita harus obyektif dan tentu saja harus ringkas, jelas dan hangat sebagai syarat praktis penulisan berita. Sifat-sifat berita yang istimewa ini merupakan bentuk khas praktik pemberitaan yang juga sebagai pedoman yang membeimbing wartawan dalam menyajikan dan menilai layak tidaknya suatu berita dimuat. Artinya untuk membuat berita paling tidak harus memenuhi dua syarat untuk layak menjadi berita yaitu faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sebagian saja dan berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Jadi, dapat dikatakan bahwa berita merupakan rangkuman detail mengenai suatu peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Bila berita ditulis hanya berdasarkan benar-benar fakta atau realitas suatu peristiwa di lapangan yaitu dimana unsur 5W+1H what, why, who, when, where, dan how sudah terpenuhi. Mengenai konteks berita sendiri menurut gagasan Berger dalam bukunya ”The Social Construction Theory of Reality”, harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas, karena sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang 35 Sr. Maria Assumti Kumanti, Dasar-dasar Publik Relation Teori dan Praktik Jakarta: Grasindo, 2002 h. 130. berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam pemberitaannya. 36 Berita dalam pandangan konsruksionis merupakan hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai media. Sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas, realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita berbeda karena cara pandang yang berbeda. 37 Abrar, pakar jurnalistik dari Universitas Gajah Mada mendefinisikan berita dilihat dengan pendekatan konstruksionis yakni sebagai hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri. 38 Jadi, berita yang disuguhkan kehadapan pembaca bukanlah berita mentah berisi informasi, melainkan telah dibangun, atau dikonstruksi ulang sesuai pandangan, nilai-nilai ideologi, bahkan kepentingan media itu sendiri terhadap peristiwa sampai kepada siapa aktor dibalik peristiwa itu. Sehingga berita itu lebih memilki bobot pemberitaan yang sangat sarat makna dan tujuan tersirat media, menciptakan pandangan atau opini pembaca yang sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Ibnu hamad seperti dikutip Alex Sobur dalam bukunya ”Analisis Teks Media ,” menyatakan karena sifat dan faktanya bahwa tugas redaksional 36 Peter L.Berger Thomas luckman, “The Social Construction Theory of Reality”, dalam Eriyanto, Analisis Framing.h.15 37 Ibid h. 25 38 Ana Nadya Abrar, Modul Pelatihan Jurnalistik Berita, 12-15 Desember, 2005, Artikel diakses pada 20 April 2007 di http:www . infojawa.orgfilepdf200407 media massa dalam menceritakan peristiwa-peristiwa. Maka tidak berlebihan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksikan. 39 Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi, dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kesadaranya. Kemudian selanjutnya adalah eksternalisasi, dalam proses ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika. 40 Proses pembangunan atau penciptaan ulang realitas berita ini dilakukan dengan berdasarkan pada ideologi, kepentingan dan nilai tertentu yang dianut media, sehingga para jurnalis juga tidak serta merta menyusun berita begitu saja. Media, tentu memiliki kecenderungan masing-masing pada suatu aspek pemberitaan tertentu, sehingga akan tampak beragam hasil laporannya. Ada yang berisisi informastif, ada yang terkesan mendukung atau sangat nyata keberpihakannya terhadap salah satu kelompok, tetapi adapula yang netral, berupaya seimbang, bahkan berpihak pada publik. Kejadian atau masalah yang diangkat menjadi isi pesan media bukan ditempatkan begitu saja tanpa konteks, namun perlu penempatan yang menjadikan pesann kontekstual.. konteks itu ikut dibangun dan diberikan filsafat, visi, kerangka referensi media itu sendiri. 41 39 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 h. 98 40 Eriyanto, Analisis Framing, h. 17 41 Jacob Oetama, Pers Indonesia-Berkomunikasi dalam Masyarakat tidak Tulus Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001 h. 42

BAB III PROFIL AHMADIYAH DAN MAJALAH GATRA

Dokumen yang terkait

Konstruksi Pemberitaan Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah Pada Tayangan Provocative Proactive (Studi Analisis Framing Tentang Konstruksi Pemberitaan Dalam Frame Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah Pada Tayangan Provocative Proactive di Metro TV)

0 47 112

Berita Penyerangan Jamaah Ahmadiyah (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Penyerangan Jamaah Ahmadiyah Pada Majalah Tempo dan Sabili)

3 52 102

SIKAP SURAT KABAR DALAM MEMBERITAKAN PERISTIWA KONFLIK (Analisis Isi Pemberitaan Carok Pada Koran Radar Madura Edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010)

2 10 56

Konstruksi Pemberitaan Media Online Tentang Kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK (Analisis Framing Pada News Media Online Detik.com & VIVA.co.id Edisi 26 Oktober - 31 Desember 2014)

0 6 1

Konstruksi Pemberitaan Pasca Reshuffle Kabinet Kerja Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) (Analisis Framing pada Beritasatu.com dan VIVA.co.id edisi 12-18 Agustus 2015)

2 6 77

Konstruksi Majalah Pria Tentang Pria Metroseksual (Analisis Framing Majalah Mens Health Indonesia Edisi Maret 2015 – Juni 2015)

2 14 23

SIKAP SURAT KABAR DALAM MEMBERITAKAN PERISTIWA KONFLIK (Analisis Isi Pemberitaan Carok Pada Koran Radar Madura Edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010)

0 4 56

Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo

3 23 130

Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika)

1 8 148

Konstruksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Pada Majalah Gatra Edisi Bulan Juli s/d Agustus 2005)

7 59 101