Teori Agenda Setting Media.

Media massa cenderung melakukan konstruksi realitas atas peristiwa yang diterimanya sebagai sumber berita. Tujuannya agar pembaca memilki pandangan hingga akhirnya menciptakan opini publik setidaknya diharapkan sesuai dengan pandangan frame media itu. Itulah tujuan media, menciptakan agar khalayak memiliki opini yang sama dan sesuai dengan pandangan media terhadap suatu peristiwa. Sadar atau tidak pembaca telah terperangkap oleh pola konstruksi media.

B. Teori Agenda Setting Media.

Teori agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw ini adalah salah satu teori dari sekian teori komunikasi massa tentang proses dampak media atau efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. 12 Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Maxwel McCombs dan Donald L. Shaw adalah oraang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya ”The Agenda Stting Function of The Mass Media” Public Opinion Quarterly No. 37 13 Teori ini menyatakan bahwa media massa mengangkat sejumlah isu dan mengabaikan isu yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa sebagai wacana publik. Publik cenderung untuk mengetahui isu yang diangkat 12 Wina Puspitasari, S. Sos, Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat; Analisa “Kedatangan Presiden Bush” dengan Menggunakan Teori Agenda Setting. Artikel di akses di http:Jurnal.bl.ac.idwp.contentuploads200701BL com 7 Januari 2008 13 Nuruddin, M.Si. Pengantar Komunikasi Massa Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007 h.195 oleh media massa dan mengadopsi perhatian terhadap suatu isu berdasarkan urutan yang dipilihkan oleh media massa. David Heaver dalam bukunya “Media Agenda Setting and Media Manipulation ” 1981 menuliskan bahwa pers sebagai media komunikasi masa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan membentuknya seperti sebuah kaledioskop yang menyaring dan membentuk cahaya. Sehingga media tidak hanya sekedar merefleksikan hal-hal atau peristiwa, melainkan menyeleksi dan membentuknya menjadi bernilai berita news value dan hanya sedikit saja yang tidak benilai berita. 14 Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat. Mengutip dari tulisan S. Djuarsa Senjdaya dalam bukunya ”Teori Komunikasi”. “Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda” 15 Media massa memiliki kemampuan untuk memberitahukan kepada masyarakat atau khalayak tentang isu-isu tertentu yang dianggap penting dan kemudian khalayak tidak hanya mempelajari dan memahami isu-isu pemberitaan tapi juga seberapa penting arti suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu tersebut. Jadi apa yang dianggap penting dan 14 Onong Uchjana ffendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003,h.287 15 S. Djuarsa Sendjaya, Ph.d.,dkk, Teori Komunikasi: Materi Pokok IKOM 42303sksmodul 1-9, Universitas Terbuka, Jakarta, hal. 199 menjadi agenda media maka itu pulalah yang juga dianggap penting dan menjadi agenda media bagi khalayak. Dari sekian peristiwa dan kenyataan sosial yang terjadi, media massa memilih dan memilahnya berdasarkan kategori tertentu, dan menyampaikan kepada khalayak dan khalayak menerima bahwa peristiwa tersebut adalah penting. Secara singkat teori penyusunan agenda ini mengatakan media khususnya media berita tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat, tokoh siapa yang harus kita dukung. Dengan kata lain, agenda media akan menjadi agenda masyarakatnya. Media melakukan seleksi sebelum melaporkan berita kemudian melakukan gatekeeper penjaga gawang terhadap informasi dan akan membuat pilihan apa saja yang akan diberitakan dan tidak. Apa yang diketahui oleh khalayak pada umumnya merupakan hasil dari media gatekeeping. 16 Secara umum, peran gatekeeper sering dihubungkan dengan berita, khsusnya surat kabar. Editor sering malaksanakan fungsi gatekeeper ini. Mereka 16 Wina Puspitasari, S. Sos Analisa “Kedatangan Presiden Bush” dengan Menggunakan Teori Agenda Setting artikel di akses di www. jurnal. bl.ac.id pada 7 Januari 2008 menentukan apa yang dibutuhkan khalayak atau sedikitnya menyediakan bahan bacaan untuik pembacanya. Dengan kata lain, tugas gatekeeper adalah bagaimana dengan seleksi berita dilakukan sehingga pembaca menjadi tertarik dan enak untuk membacanya. 17 Sebagai contoh yang akan diketengahkan penulis adalah peristiwa yang terjadi di Parung, Bogor. seorang wartawan saat meliput aksi unjuk rasa yang dilakukan umat Islam beberapa waktu lalu terkait dengan Ahmadiyah. Dalam aksi massa tersebut, tidak hanya orasi yang dilakukan tetapi juga penyampaian tuntutan yang dilakukan massa umat Islam, bahkan telah terjadi tindakan main hakim sendiri, merusak tempat disekitar sehingga aparat keamanan sampai mengevakuasi. Dalam hal ini seorang wartawan dihadapkan pada beberapa fakta. Apakah dia akan menekankan aksi massa umat Islam yang sebagai sebuah pelanggaran, isinya yakni tuntutan aksi masa umat Islam terhadap pembuabran Ahmadiyah, atau pihak aparat yang dinilai lemah dalam mengatasi persoalaan Ahmadiyah. Ketika wartawan memilih suatu fakta dengan menonjolkannya dalam tulisan, saat itu ia sedang melakukan fungsi gatekeeping penapisan informasi, palang pintu atau penjaga gawang karena ia menyeleksi berita-beritanya. bahkan, ia sendiri bisa menambahi berita itu, misalnya wawancara dengan salah satu aparat atau warga yang menyaksikan aksi masa tersebut. Dengan demikian, menambahkan fakta juga merupakan pelaksanaan fungsi gatekeeping. 17 Nuruddin, M,.Si.Pengantar Komunikasi Massa Jakarta: PT RajaGarafindo Persada, 2007 h. 120 Dengan demikian, tidak ada bahan objektif yang telah didapatkan seorang wartawan. Sebab, semua yang ditulis wartawan dipengaruhi oleh orientasi, misi, visi dan kebijakan media yang bersangkutan. Pandangan, persepsi terhadap suatu kejadian akan diwarnai oleh ”kacamata” wartawan tersebut. Ada 3 Proses agenda Setting: 18 1. Media Agenda dimana isu didiskusikan dalam media. 2. Public Agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan khalayak. 3. Policy Agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari pentingnya isu tersebut. Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting menetapkan agenda sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting.

C. Konseptualisasi Framing

Dokumen yang terkait

Konstruksi Pemberitaan Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah Pada Tayangan Provocative Proactive (Studi Analisis Framing Tentang Konstruksi Pemberitaan Dalam Frame Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah Pada Tayangan Provocative Proactive di Metro TV)

0 47 112

Berita Penyerangan Jamaah Ahmadiyah (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Penyerangan Jamaah Ahmadiyah Pada Majalah Tempo dan Sabili)

3 52 102

SIKAP SURAT KABAR DALAM MEMBERITAKAN PERISTIWA KONFLIK (Analisis Isi Pemberitaan Carok Pada Koran Radar Madura Edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010)

2 10 56

Konstruksi Pemberitaan Media Online Tentang Kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK (Analisis Framing Pada News Media Online Detik.com & VIVA.co.id Edisi 26 Oktober - 31 Desember 2014)

0 6 1

Konstruksi Pemberitaan Pasca Reshuffle Kabinet Kerja Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) (Analisis Framing pada Beritasatu.com dan VIVA.co.id edisi 12-18 Agustus 2015)

2 6 77

Konstruksi Majalah Pria Tentang Pria Metroseksual (Analisis Framing Majalah Mens Health Indonesia Edisi Maret 2015 – Juni 2015)

2 14 23

SIKAP SURAT KABAR DALAM MEMBERITAKAN PERISTIWA KONFLIK (Analisis Isi Pemberitaan Carok Pada Koran Radar Madura Edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010)

0 4 56

Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo

3 23 130

Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika)

1 8 148

Konstruksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Pada Majalah Gatra Edisi Bulan Juli s/d Agustus 2005)

7 59 101