Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
38
1. Mengajukan pengurangan pembayaran lumpsum angsuran
masa PPh Pasal 25 ke Kantor Pelayanan Pajak KPP yang bersangkutan, apabila diperkirakan dalam tahun pajak
berjalan akan menjadi kelebihan pembayaran pajak.
2. Mengajukan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 impor
apabila perusahaan melakukan impor. Pengajuan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 harus melampirkan :
Proyeksi impor setiap bulan selama tahun yang bersangkutan.
Proyeksi perhitungan laba rugi tahun yang bersangkutan.
Proyeksi perhitungan PPh Badan yang terhutang dan angsuran PPh Pasal 25, serta PPh Pasal 22 yang
menunjukkan lebih bayar apabila dilakukan pembayaran PPh Pasal 22.
Proyeksi Neraca pada akhir tahun yang bersangkutan. 14.
Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan
dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku.
Strategi tax planning yang diuraikan di atas dapat dipilih dan diterapkan
oleh perusahaan. Pemilihan atas strategi tax planning yang dilakukan harus disesuaikan dengan jenis usaha dan bisnis perusahaan. Sehingga tax planning
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat yang cukup besar bagi perusahaan.
2. Motivasi Dilakukannya Tax Planning
Motivasi yang mendasari dilakukannya Tax Planning umumnya bersumber dari 3 tiga unsur perpajakan yaitu :
a. Kebijakan Perpajakan Tax Policy
Kebijakan perpajakan tax policy merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
39
kebijakan perpajakan, terdapat faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak yaitu :
1. Pajak apa yang akan dipungut Dalam sistem perpajakan modern terdapat berbagai tipe pajak yang harus
menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak langsung maupun pajak tidak langsung dan cukai seperti :
a. Pajak penghasilan badan dan perseorangan.
b. Pajak atas capital gain.
c. Witholding tax atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalti, lain-lain.
d. Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk.
e. Pajak atas undianhadiah
f. Bea materai.
g. Capital transfer taxestransfer duties.
h. Business licence dan trade taxes lainnya.
Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar dimana masing- masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan pajak sendiri-sendiri.
Misalnya bea masuk dianggap sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak atau bisa dimintakan restitusi apabila kita melakukan
ekspor barang output, sedangkan pajak penghasilan adalah pajak atas laba atau penghasilan kena pajak yang dapat mengurangi besarnya penghasilan bersih
setelah pajak after tax return. Maka agar tidak mengganggu atau tidak memberatkan arus kas perusahaan, diperlukan perencanaan pajak yang baik untuk
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
40
bisa menganalisis atas transaksi apa dan terkena pajak yang mana dan berapa dana yang diperlukan, sehingga dapat diketahui berapa peghasilan bersih setelah pajak.
2. Siapa yang akan dijadikan subjek pajak. Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut “the classical
system” dimana ada pemisahan separate entity antar badan usaha dengan pribadi pemiliknya pemegang saham yang akan menimbulkan pajak ganda. Adanya
perbedaan perlakukan perpajakan atas pembayaran dividen badan usaha kepada pemegang saham berbentuk badan usaha intercorporate dividend menyebabkan
timbulnya usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar beban pajak rendah sehingga sumber daya perusahaan bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang lain.
Disamping itu, ada pertimbangan untuk menunda pembayaran dividen dengan cara meningkatkan jumlah laba yang ditahan retained earning bagi perusahaan
yang juga akan menimbulkan penundaan pembayaran pajak. 3. Apa saja yang merupakan objek pajak.
Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama akan menimbulkan usaha perencanaan pajak agar
beban pajaknya rendah. Sebagai contoh transaksi modal perseroan atas dividen dan capital gains, dimana atas pembayaran dividen kepada pemegang saham
perorangan diterapkan tarif progresif pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan sedangkan capital gains dikenakan pajak flate rate sebesar 0,1 atau 0,6 dari
jumlah bruto nilai penjualan saham. Karena objek pajak merupakan basis perhitungan tax bases besarnya
pajak maka untuk optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
41
merencanakan pajak yang tidak lebih karena bisa mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya dan tidak kurang agar tidak harus membayar sanksi yang
berarti pemborosan dana. 4. Berapa besarnya tarif pajak
Adanya penerapan scheduler taxation tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang perencana pajak tax planner akan berusaha sedapat
mungkin agar dikenakan tarif yang paling rendah low bracket. 5. Bagaimana Prosedurnya.
Self-assesment system dan payment system mengharuskan seorang perencana pajak tax planner untuk merencanakan pajaknya dengan baik. Saat ini
sistem pemungutan withholding tax di Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini disamping mengganggu arus kas perusahaan juga bisa
mengakibatkan kelebihan pembayaran atas pemungutan pendahuluan tersebut padahal untuk memperoleh restitusi atas kelebihan tersebut diperlukan waktu dan
biaya.
b. Undang-undang Perpajakan Tax Law