Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
43
c. Loopholes, shelters, dan havens.
3. Langkah-Langkah dalam Tax Planning
Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang semakin tajam seorang manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak sebagaimana strategi
perencanaan perusahaan secara keseluruhan global company’s strategy juga harus memperhitungkan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun
internasional, maka rencana itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan
langkah-langkah berikut : a. Menganalisis informasi yang ada analysis of the existing data base
Langkah pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam sutau proyek dan
menghitung seakurat mungkin beban pajak tax burden yang harus ditanggung. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen
dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai tax planning yang paling efisien. Penting juga untuk
memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain di luar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu
seorang manajer perpajakan harus mempertimbangkan faktor-faktor baik internal maupun eksternal yaitu :
1. Fakta yang relevan.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
44
Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang semakin tinggi, seorang manajer perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk
perusahaannya dituntut untuk benar-benar menguasai situasi yang dihadapi. Baik dari segi internal maupun eksternal dan selalu dimutakhirkan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi agar perencanaan pajak dapat dilakukan secara tepat dan menyeluruh terhadap situasi maupun transaksi-transaksi yang mempunyai dampak
dalam perpajakan. Sebagai contoh ruang lingkup kegiatan penjualan produksinya harus diidentifikasikan apakah suatu produk yang akan dijual tergolong sebagai
objek pengenaan pajak penjualan barang mewah atau tidak. 2. Faktor-faktor Pajak Tax Factors
Dalam menganalisis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan perencanaan pajak tidak terlepas dari dua hal utama yang berkaitan dengan faktor-
faktor : a
Sistem perpajakan nasional yang dianut oleh suatu negara. b
Sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakan baik undang- undang domestik maupun perjanjian perpajakan tax treaty.
2. Faktor Non pajak Beberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan dalam
penyusunan suatu perencanaan pajak antara lain : a
Masalah badan hukum legal entity. b
Masalah mata uang dan nilai tukar. c
Masalah pengawasan devisa exchange control d
Masalah program insentif investasi.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
45
b. Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas
tindakan-tindakan berikut :
1. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
Pada hampir semua sistem perpajakan internasional, paling tidak ada dua negara yang ditentukan lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan, proses
perencanaan tidak bisa berada di luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi, dan hubungan yang paling menguntungkan.
2. Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut.
c. Evaluasi Atas Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategik perusahaan, oleh karena itu perlu
dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak tax burden, perbedaan laba kotor dan
pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan. Variabel-variabel tersebut akan dihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai berikut :
a. Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan.
b. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik.
c. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tetapi gagal.
Dari ketiga hipotesis tersebut akan memberikan hasil yang berbeda. Dari Hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut layak
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
46
untuk dilaksanakan atau tidak. Sebagai contoh, misalnya perusahaan A menghitung apabila :
1. Ia tidak melaksanakan perencanaan pajak, pajak yang harus ditanggung
Rp.100.000.000 2.
Ia melaksanakan perencanaan pajak dan berhasil, maka pajak yang harus ditanggung Rp. 75.000.000
3. Ia melaksanakan perencanaan pajak tetapi gagal, maka pajak yang harus
ditanggung Rp. 125.000.000 Perusahaan tentu akan memilih untuk melaksanakan tax planning
perencanaan pajak karena ia bisa menghemat pajak sebesar Rp.25.000.000 jika tax planning perencanaan pajak tersebut berhasil sesuai sasaran. Namun perlu
diperhatikan bahwa ada tambahan biaya hukum dan lain-lainnya yang mungkin terjadi apabila pihak otoritas pajak tidak setuju dengan deductible items sehingga
menjadi satu kasus ke pengadilan. Begitu juga mengenai waktu nilai uang time value of money. Bila tax planning perencanaan pajak yang dilaksanakan
semata-mata hanya untuk menunda pembayaran bukan untuk mengurangi beban pajak, maka seharusnya ditarik kembali terhadap nilai sekarang dan dibandingkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sekarang. Dengan kata lain dilihat dari nilai sekarang present value atas penghematan penundaan pajak berbagai tahun
dikemudian hari dikurangi nilai sekarang atas biaya yang dikeluarkan untuk suatu perencanaan pajak.
Adapun rumus untuk menghitung laba dan rugi atas suatu perencanaan pajak dan aplikasinya yaitu :
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
47
A = Estimasi laba kotor suatu proyek jika tidak dilaksanakan perencanaan pajak.
B = Estimasi laba kotor suatu proyek jika dilaksanakan perencanaan pajak. C = Estimasi beban pajak jika perencanaan pajak tidak dilaksanakan.
D = Estimasi beban pajak jika perencanaan pajak dilaksanakan dengan baik. E = Estimasi beban pajak jika perencanaan pajak dilaksanakan tetapi gagal.
F = Estimasi biaya selain pajak dari proyek jika perencanaan pajak tidak dilaksanakan.
G = Estimasi biaya selain pajak dari proyek jika perencanaan pajak dilaksanakan.
Formulasi ini dapat dipakai dengan kombinasi berikut : a.
Jika A-F lebih besar dari B-G rencana tersebut jangan dilaksanakan, kecuali jika perbedaan lebih kecil dari C-D.
b. Jika E dianggap lebih material dari C, maka keputusan untuk
melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu perencanaan pajak tergantung pada kemungkinan keberhasilan dari perencanaan tersebut. Jika
tidak ada perbedaan material A-F dan B-G maka bandingkan antara C- D dan E-C untuk memutuskan dilaksanakan atau tidak perencanaan
pajak tersebut. c.
Jika terdapat perbedaan material antara A-F dan B-G maka keputusan untuk dilaksanakan atau tidaknya perencanaan adalah dengan
membandingkan antara : {B-D+G}-{A-C+F} dengan {A-C+F}- {B-E+G}.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
48
Dengan menghitung dan membandingkan laba kotor gross profit, pajak maupun pengeluaran bukan pajak non tax expenditure yang ditetapkan pada
berbagai hipotesis, dapat diputuskan implikasi yang terbaik bagi si pembayar pajak jika rencana tersebut berhasil dilaksanakan atau posisi terburuk jika gagal.
d. Mencari Kelemahan dan Kemudian Memperbaiki Kembali Rencana Pajak Debugging The Tax Plan
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian
keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat
sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang diinginkan. Kadang suatu rencana harus dibuat mengingat adanya perubahan peraturan. Tindakan
perubahan up to date planning harus tetap dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Sepanjang
penghematan pajak tax saving masih besar, rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan
kerugian minimal. Jadi akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai dengan gambaranperkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba
benefit potensial yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian loss potensial jika terjadi kegagalan.
e. Memutakhirkan Rencana Pajak Updating The Tax Plan
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari
undang-undang pelaksanaannya negara dimana aktivitas tersebut dilakukan
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
49
yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian. Namun sayangnya informasi mengenai perubahan yang terjadi di luar negeri atas berbagai macam
pajak maupun aktivitas bisnis seringkali sangat terbatas. Oleh karena itu, ketika memberikan masukan kepada konsulen luar negeri sehubungan dengan
rencana perubahan-perubahan yang akan segera terjadi dalam undang-undang dan pelaksanaannya, juga harus ditanyakan mengenai dampaknya terhadap
perjanjian yang telah dibuat.
Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan
memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat
yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.
Ada 3 tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu tax planning perencanaan pajak menurut Suandy 2003 : 10 yaitu :
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Apabila suatu
perencanaan pajak tax planning dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak merupakan risiko tax
risk yang sangat berbahaya dan malah mengancam keberhasilan perencanaan pajak.
2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh global strategy perusahaan baik jangka panjang maupun jangka
pendek. Oleh karena itu, perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
3. Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan
perjanjian agreement, faktur invoice dan juga perlakuan akuntansinya accounting treatment. Prinsip utama yang harus
diingat dalam perencanaan pajak merupakan suatu tindakan yang harus direncanakan dengan cermat sehingga tidak terperangkap
dalam penghindaran pajak yang bisa ditindak oleh negara.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
50
G. Kebijakan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan
Kebijakan tax planning untuk pajak penghasilan yang dilakukan oleh PT. Sofara Cipta Kirana Medan dengan menyesuaikan pendapatan yang
merupakan objek pajak penghasilan yaitu memasukkan pendapatan penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan saja yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi dan berarti dilakukan koreksi fiskal negatif terhadap pendapatan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.
Serta memaksimalkan beban-beban yang dapat dikurangkan deductable expenses dari penghasilan bruto berdasarkan undang–undang perpajakan.
Asumsi yang digunakan oleh pihak manajemen PT. Sofara Cipta Kirana Medan adalah mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal
mungkin dari berbagai pengecualian, potongan atau pengurangan atas penghasilan kena pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sebagai contoh jika
diketahui bahwa penghasilan kena pajak laba perusahaan besar dan akan dikenakan tarif pajak tinggi, maka sebaiknya perusahaaan membelanjakan
sebagian laba perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk perusahaan, dengan catatan tentunya beban yang dikeluarkan adalah beban yang
dapat dikurangkan deductable dalam menghitung penghasilan kena pajak seperti beban yang dikeluarkan untuk menagih, mendapatkan, dan memelihara
penghasilan; beban untuk penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai termasuk dewan direksi dan dewan komisaris di tempat kerja, beban
penyediaan pakaian dan peralatan bagi pegawai bagian proyek untuk