Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
24
beda tetap terjadi karena perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut perpajakan dan akuntansi. Perbedaan tersebut karena
perpajakan lebih mengandung ketentuan hukum yang lebih spesifik dan bersifat mengatur. Misalnya penghasilan yang bukan objek pajak
apapun dan berapapun jumlah penghasilan tersebut menurut perpajakan tidak perlu dihitung kembali penghasilan netonya di akhir
tahun pajak, sedangkan menurut akuntansi sepanjang merupakan pendapatan, akan dihitung penghasilannya di akhir tahun buku.
Untuk melaksanakan tax planning yang baik maka diperlukan pemahaman yang baik atas peraturan perundang-undangan perpajakan. Adanya
perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan SAK dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan menghasilkan
adanya beda tetap dan beda waktu dalam hal pengakuan penghasilan dan beban. Untuk menyusun laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan
fiskal, dalam hal ini pelaporan dalam Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan dilakukan koreksi fiskal berupa koreksi positif dan
koreksi negatif atas penghasilan dan beban yang disajikan dalam laporan keuangan komersial akuntansi. Dengan menguasai konsep akuntansi
perpajakan, maka perusahaan dapat menghindari adanya koreksi fiskal positif atas beban dan koreksi positif atas penghasilan yang kedua koreksi fiskal
tersebut dapat menyebabkan dampak kenaikan jumlah penghasilan sekaligus menimbulkan kenaikan jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar
perusahaan. Beda tetap dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :
1. Penghasilan yang Bukan Objek Pajak
Penghasilan yang bukan objek pajak yang terkait dengan wajib pajak badan didasarkan Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
25
2. Pendapatan yang Merupakan Objek Pajak dan Bersifat Final
Pendapatan yang merupakan objek pajak dan bersifat final adalah sebagai berikut.
a. Penghasilan yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 2
Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 yaitu penghasilan berupa bunga deposito, bunga tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi
saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, dan pengalihan hak tas tanah dan bangunan dan pendapatan tertentu lainnya diatur oleh peraturan
pemerintah. b.
Penghasilan yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 yaitu penghasilan
yang diterima oleh perusahaan jasa pelayaran dalam negeri. c.
Penghasilan yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 yaitu revaluasi
aktiva tetap. Kemudian definisi beda waktu temporary differences menurut Suandy
2003 : 89 adalah :
Beda waktu temporary differences adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi Keuangan SAK. Perbedaaan waktu dapat dibagi menjadi
perbedaaan waktu positif dan perbedaaan waktu negatif. Perbedaaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih
lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan
penghasilan untuk tujuan akuntansi. Perbedaaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari
pengakuan beban akuntansi atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
26
Menurut Purba dan Andreas 2005 : 9 yang termasuk beda waktu adalah sebagai berikut :
1. Penyisihan piutang ragu-ragu berdasarkan perpajakan akan