Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
29
memelihara penghasilan sebagai beban secara komersial sehingga terhadap beban tersebut harus dilakukan koreksi fiskal positif.
Contoh : PT. Yassindo yang bergerak dalam perdagangan alat kesehatan mempunyai grup PT.Yasida Construction. Dalam tahun 2003 pada PT. Yassindo
terdapat pengeluaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp 50.000.000 yang dibebankan sebagai beban pada PT. Yasida Construction. Dengan demikian,
pengeluaran tersebut menjadi tidak terdapat langsung untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dan pengeluaran pada PT.Yasida
Construction, dan beban sebesar 50.000.000 tersebut harus dilakukan koreksi fiskal positif oleh PT. Yasida Construction.
b. Beban yang tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak
Berbagai macam pengeluaran yang secara akuntansi komersial dapat dibebankan sebagai beban, tetapi secara akuntansi pajak hanya sebagian atau
tidak boleh seluruhnya dibebankan sebagai beban untuk mendapatkan penghasilan kena pajak. Pengeluaran-pengeluaran tersebut antara lain seperti
berikut ini :
1 Beban Untuk Kepentingan Pemegang Saham
Beban untuk kepentingan pemegang saham bukan merupakan untuk mendapatkan penghasilan kena pajak sehingga atas beban untuk kepentingan
pemegang saham yang sudah diakui secara komersial harus dilakukan koreksi fiskal agar dapat diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto, untuk
mendapatkan penghasilan kena pajak.
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
30
Contoh : PT. Yassindo dalam tahun 2005 mengakui besarnya beban perjalanan dan transportasi sebesar Rp.200.000.000. Dari beban sebesar itu
ternyata terdapat beban yang diperuntukkan bagi pemegang saham dan keluarganya dalam rangka rekreasi sebesar Rp 50.000.000. Beban perjalanan
yang diakui oleh fiskus berdasarkan tabel 2.1.
Tabel 2.1
Koreksi Fiskal Atas Beban Untuk Kepentingan Pemegang Saham
No Uraian
Menurut Komersial
Koreksi Fiskal
Menurut fiskal
1 Beban perjalanan
200.000.000 50.000.000
150.000.000
Sumber : Mulyono, 2006
Koreksi fiskal sebesar Rp 50.000.000 tersebut merupakan koreksi fiskal positif karena mengurangi besarnya beban atau dengan kata lain menambah
penghasilan dipandang secara komersial. 2 Pembentukan Dana Cadangan
Pembentukan dana cadangan selain pada kegiatan usaha dibidang perbankan, sewa guna usaha dengan hak opsi, dan asuransi, tidak dapat mengurangi
penghasilan bruto untuk mendapatkan penghasilan kena pajak. Contoh : PT. Dewa Dewi yang bergerak dalam bidang garmen telah membebankan cadangan
penghapusan piutang pada laba rugi komersialnya sebesar 2 dari rata-rata piutang dagangnya atau senilai Rp 100.000.000. Beban dana cadangan yang
diakui oleh fiskus dihitung berdasarkan tabel 2.2.
Tabel 2.2 Koreksi Fiskal Atas Pembentukan Dana Cadangan
No Uraian
Menurut Komersial
Koreksi Fiskal
Menurut fiskal
1 Dana cadangan 100.000.000
100.000.000
Sumber : Mulyono, 2006
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
31
Koreksi fiskal sebesar Rp 100.000.000 tersebut merupakan koreksi positif karena mengurangi besarnya biaya atau dengan kata lain menambah
penghasilan dipandang secara komersial.
3 Imbalan Dalam Bentuk Natura
Imbalan yang diberikan kepada karyawan perusahaan serta yang lainnya dalam bentuk natura, seperti pemberian beras, gula, pakaian dan
sebagainya tidak dapat dikurangkan sebagai beban untuk mendapatkan penghasilan kena pajak, kecuali untuk : daerah terpencil, makan bersama untuk
seluruh karyawan ditempat kerja, pakaianperlengkapan yang diwajibkan oleh perusahaan. Contoh : PT. Rosyida membebankan beban makan di tempat kerja
untuk karyawan sebesar Rp 300.000.000, dimana Rp 100.000.000 diantaranya adalah beban makan selama satu tahun yang diselenggarakan di hotel-hotel
dari berbagai kegiatan. Beban makan yang diakui menurut akuntansi pajak dihitung berdasarkan tabel 2.3.
Tabel 2.3 Koreksi Fiskal Atas Imbalan Dalam Bentuk Natura
No Uraian
Menurut Komersial
Koreksi Fiskal
Menurut fiskal
1 Beban makan
300.000.000 100.000.000
200.000.000
Sumber : Mulyono, 2006
Koreksi fiskal Rp 100.000.000 tersebut merupakan koreksi positif karena mengurangi besarnya biaya atau dengan kata lain menambah
penghasilan dipandang secara komersial.
4 Pembayaran yang Melebihi Kewajaran
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
32
Pembayaran yang melebihi kewajaran dapat dilakukan oleh wajib pajak, misalnya atas pembayaran gaji terhadap direktur atau yang lainnya apabila
direktur atau yang lainnya tersebut mempunyai hubungan kepemilikan dengan perusahaan. Pembayaran yang melebihi kewajaran juga dapat terjadi pada
transaksi diantara grup perusahaan. Beban yang diakui secara akuntansi pajak adalah yang memenuhi kriteria kewajaran sehingga atas beban-beban yang
tidak wajar tersebut harus dikoreksi fiskal. Penentuan tingkat kewajaran dari pembayaran tersebut dibandingkan dengan kegiatan atau transaksi yang
sejenis. Contoh : PT. Baruna Jaya dalam beban gajinya terdapat pembayaran gaji untuk salah satu direktur perusahaan tersebut, yang ternyata adalah anak
dari pemegang saham perusahaan, setiap bulannya sebesar 100.000.000. Dari data pada perusahaan tersebut dan juga dibandingkan data perusahaaan lain
bahwa gaji direktur sesuai atau setingkat dengan direktur bersangkutan setiap bulannya yang wajar adalah mendapatkan gaji sebesar Rp 50.000.000. Beban
gaji yang diakui secara akuntansi pajak dihitung berdasarkan tabel 2.4.
Tabel 2.4 Koreksi Fiskal Atas Pembayaran yang Melebihi Kewajaran
No Uraian
Menurut Komersial
Koreksi Fiskal
Menurut fiskal
1 Beban gaji
100.000.000 50.000.000
50.000.000
Sumber : Mulyono, 2006 5 Sumbangan
Berbagai bentuk sumbangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk bisa
mendapatkan penghasilan kena pajak adalah sumbangan yang memperoleh
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
33
persetujuan dari Presiden seperti GNOTA Gerakan Nasional Orang Tua Asuh. Contoh : PT. Sakinah telah membebankan sumbangan yang diberikan
kepada Yayasan Keagamaan Rp 50.000.000 sebagai beban. Beban yang dapat diakui sesuai dengan akuntansi pajak dihitung berdasarkan tabel 2.5.
Tabel 2.5 Koreksi Fiskal Atas Sumbangan
No Uraian
Menurut Komersial
Koreksi Fiskal
Menurut fiskal
1 Beban Sumbangan 50.000.000
50.000.000
Sumber : Mulyono, 2006
Koreksi fiskal sebesar Rp 50.000.000 tersebut merupakan koreksi positif karena mengurangi besarnya beban atau dengan kata lain menambah
penghasilan dipandang secara komersial.
6 Sanksi Ketetapan Pajak
Sanksi Ketetapan Pajak dapat berupa bunga, yang kedua-duanya tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk mendapatkan
penghasilan kena pajak. Contoh : Kepada PT. Amanah telah diterbitkan Surat Tagihan Pajak STP atas PPh Pasal 25 dengan pokok tagihan sebesar Rp
100.000.000 dan sanksi bunganya sebesar Rp 4.000.000. Atas STP tersebut telah diakui sebagai beban yang diakui sesuai dengan akuntansi pajak dihitung
berdasarkan tabel 2.6.
Tabel 2.6 Koreksi Fiskal Atas Sanksi Ketetapan Pajak
No Uraian
Menurut Komersial
Koreksi Fiskal
Menurut fiskal
1 STP PPh
Pasal 25 104.000.000
4.000.000 100.000.000
Sumber : Mulyono, 2006
Ahmad Jufri Harahap : Kebijakan Tax Planning Untuk Menyes uaikan Pendapatan D an Beban D alam Perhitungan Pajak Penghasilan Pada PT. Sofara Cipta Kirana Medan, 2009.
USU Repository © 2009
34
Koreksi fiskal sebesar Rp 4.000.000 tersebut merupakan koreksi positif karena mengurangi besarnya biaya atau dengan kata lain menambah
penghasilan dipandang secara komersial. Besarnya pokok pajak pada STP tersebut diperlakukan sebagai kredit pajak.
G. Manajemen Pajak
Menurut Zain 2005 : 5 definisi “manajemen pajak adalah merupakan suatu proses mengorganisasikan usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak
sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak- pajak lainnya berada dalam posisi seminimal mungkin, sepanjang hal ini
dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku”. Secara umum manajemen pajak menurut Sophar Lumbantoruan Suandy, 2003 : 7 dapat
didefinisikan sebagai berikut “manajemen pajak adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tidak melanggar undang-undang tetapi
jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan”.
Posisi tax planning perencanaan pajak dalam konteks manajemen perpajakan secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang dalam didesain untuk
bisa mengakomodasikan berbagai ketentuan perpajakan dari suatu pembayar pajak Indonesian Tax Review 2004 : 78. Sistem ini terdiri dari :
1. Tax compliance, yaitu sebuah sub sistem yang mencerminkan
orientasi perpajakan dari suatu pihak dalam kapasitas sebagai pembayar pajak yang dilekati hak dan kewajiban perpajakan. Tax
compliance mencakup berbagai upaya untuk sedapat mungkin memenuhi berbagai tuntutan dan ketentuan perpajakan. Hal ini
meliputi administrasi bisnis, pembukuan dan dokumentasi, administrasi perpajakan, aspek aktivitas perpajakan seperti