8
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide Inggris yang berasal dari bahasa Latin pestis dan caedo yang biasa diterjemahkan secara bebas
menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan Organisme Pengganggu Tanaman
OPT Wudianto, 2001, hal: 5. Pengertian dan batasan pestisida yang tertera pada Keputusan Menteri
Pertanian No.434.1KptsTP.27072001 masih mengacu pada Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan,
dan Penggunaan Pestisida. Pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2.
Memberantas rerumputan. 3.
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. 4.
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian. 5.
Tanaman tidak termasuk pupuk. 6.
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak.
7. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.
9 9.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah, atau air. Bidang penggunaan pestisida meliputi:
• Pengelolahan tumbuhan
• Peternakan
• Penyimpanan hasil pertanian
• Pengawetan hasil hutan
• Pengendalian vektor penyakit manusia
• Pengendalian rayap
• Pestisida rumah tangga
• Fumigasi
• Pestisida industri lainnya seperti cat, anti pencemaran dan bidang lainnya
Departemen Pertanian, 2004, hal: 2. Penggunaan pestisida di seluruh dunia didominasi oleh insektisida,
fungisida, dan herbisida. Di tingkat dunia, penggunaan pestisida didominasi oleh herbisida yang disusul oleh insektisida dan fungisida. Sedangkan di Indonesia,
insektisida masih menempati urutan teratas Djojosumarto, 2000, hal: 37. Berdasarkan banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan
fatalnya hasil pertanian, pestisida dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan. Jenis
pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
10
Tabel 1. Jenis Pestisida menurut Organisme Penggangu Tanaman OPT sasaran
No. Pestisida
OPT sasaran 1.
2. 3.
4. 5.
7. 8.
9. Insektisida
Fungisida Bakterisida
Nematisida AkarisidaMitisida
Rodentisida Molluskisida
Herbisida Hama : serangga
Penyakit : fungi jamur atau cendawan Penyakit : bakteri
Hama : nematoda Hama : tungau, caplak, dan laba-laba
Hama : binatang pengerat misalnya tikus Hama : molluska yaitu siput telanjang, siput
setengah telanjang, sumpil, bekicot, dan trisipan Gulma atau tumbuhan pengganggu
Wudianto, 2001, hal: 7-18. Pestisida yang dipasarkan terdiri atas berbagai bahan yang dicampur
menjadi suatu campuran yang disebut formulasi. Formulasi dapat terdiri atas bahan aktif, pelarut, pembawa carrier, surfaktan emulsi, stabilizer, sinergis,
pembasah, minyak-minyak emisifiable, defoamer, agensia pemadat, dan pewarna. Ada berbagai tipe formulasi pestisida yang dapat diketahui antara lain
sebagai berikut: •
WP tepung larut dalam air wettabel powder
• EC
konsentrat teremulsi emulsifiable concentrate •
CS kapsul suspensi capsule suspension
• SC
konsentrat suspensi suspension concentrate •
OL cairan campuran minyak oil miscible liquid
• GR
granula granules
11 •
RB umpan bait – ready for use
• Formulasi lepas terkendali controlled release formulation
Oka, 1995, hal:187-188. Penggunaan pestisida yang rasional perlu mengetahui sifat kimia, sifat
fisika, biologi, dan ekologi jasad penggangu dan musuh alami. Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan pestisida perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut : 1.
Pestisida digunakan bila populasi atau tingkat kerusakan telah mencapai ambang ekonomi
2. Menggunakan pestisida yang berspektrum sempit dan mempunyai selektifitas
yang tinggi dan konsentrasi dosis yang tepat 3.
Memilih pestisida yang residunya pendek dan mudah terdekomposisi oleh faktor lingkungan
4. Menggunakan pestisida pada saat hama berada pada titik yang terlemah
5. Pestisida digunakan bila cara pengendalian lainnya sudah tidak efektif lagi
Syarat-syarat pestisida yang ideal adalah ; •
Mempunyai toksisitas oral yang rendah •
Tidak meninggalkan residu •
Mudah didapat atau diperoleh •
Harganya murah dan terjangkau •
Tidak mudah terbakar flumable •
Tidak merusak alam dan ramah lingkungan •
Tidak fototaksis Triharso, 1996, hal: 256-257
12 Dewasa ini pengendalian hama tanaman dengan menggunakan pestisida
telah meluas dan memberikan sumbangan yang besar dalam meningkatkan persediaan pangan dan hortikultura, disamping cara pemberantasan yang cepat
untuk maksud
tersebut dilakukan
sesuatu pengujian
pestisida Djumantri, 1990, hal:5.
Berdasarkan Komisi Pestisida ada 37 jenis formulasi pestisida yang dilarang di Indonesia. Formulasi itu masuk ke dalam kelas 1a sangat berbahaya
sekali dan kelas 1b berbahaya sekali berdasarkan klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Tabel 2. Daftar Pestisida Terlarang No. Nama Bahan Aktif
No. Nama Bahan Aktif
1. 2, 3, 5 – T riklorofenol
20. Heptaklor
2. 2, 4, 5 – Triklorofenol
21. Kaptafol 3.
2, 4, 6 – Triklorofenol 22. Klordan
4. Natrium 4 – Brom - 2, 5 –
diklorofenol 23.
Klordimefon 5.
Aldikarb 24.
Leptofos 6.
Aldrin 25.
Lindan 7.
Arsonat MSMA 26.
Metoksiklor 8.
Cyhexatin 27.
Mevinfos 9.
Diklorodifeniltrikloroetan DDT 28.
Monosodium metam 10.
Dibromokloropropan DBCP 29.
Natrium klorat 11.
Dielrin 30. Natirum tribromofenol
12. Diklorofenol
31. Paration metal
13. Dinoseb 32.
Pentaklorofenol PCP dan garamnya
14. EPN
33. Senyawa arsen
15. Endrin
34. Senyawa merkuri
16. Etilen Dibromidal EDB
35. Strikhnin
17. Fosfor Merah
36. Telodrin
18. Halogen fenol
37. Toxaphene
19. Heksaklorida HCH dan isomernya
Surjadi, 2005, hal: 1
13
2.2. Landasan Teori
Pada hakekatnya, pemasaran merupakan suatu sistem yang tujuan utamanya ialah mengalokasikan sumber daya langka secara efisien agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya Radiosunu, 1982, hal: 7. Tataniaga pertanian tidak hanya meliputi barang yang dihasilkan oleh
petani tetapi mencakup pula sarana-sarana produksi yang diperlukan oleh petani. Misalnya: pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama dan penyakit dan juga alat-
alat pertanian Mubyarto, 1989, hal: 166-167. Pada pemasaran komoditi non pertanian lokasi produsen terkonsentrasi
dan barang yang dihasilkan dapat direncanakan secara cermat, mengenai jumlah, mutu dan waktu pembuatan barang. Produsen produk non pertanian pada
umumnya menghasilkan barang dalam jumlah yang besar, sehingga produsen dapat mendistribusikan secara langsung melalui pedagang besar, agen dan
pengecer serta konsumen distribusi barang. Sifat distribusi dapat diindikasikan dengan penurunan volume yang ditransaksikan dari pedagang besar, agen dan
pengecer serta konsumen Sudiyono, 2004, hal: 8. Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan
tugas pemasaran, barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi hubungan
perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran sangat kompleks, dan menjadi semakin kompleks lagi dengan masuknya faktor resiko dan faktor ketidakpastian.
Dalam sistem pemasaran total perusahaan terdapat suatu bauran pemasaran marketing mix sebagai inti dari sistem pemasaran total perusahaan
Swastha dan Irawan, 1990, hal:14
14 Bauran pemasaran adalah istilah penting yang dipakai untuk menjelaskan
kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran suatu organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk, struktur harga, kegiatan
promosi, dan sistem distribusi. Gambar berikut menggambarkan sistem pemasaran total sebuah perusahaan sebagai kombinasi kekuatan lingkungan dengan kekuatan
intern perusahaan
Gambar 1. Sistem Pemasaran Total Perusahaan
Stanton, 1996, hal: 45. Dalam suatu sistem pemasaran terdapat lembaga-lembaga yang melakukan
kegiatan pemasaran. Dengan adanya kegiatan tersebut maka barang-barang dapat berpindah tempat dari produsen hingga ke konsumen akhir. Secara umum dikenal
dua golongan besar lembaga-lembaga pemasaran yang mengambil bagian dalam saluran pemasaran yaitu perantara pedagang dan perantara agen. Perantara
pedagang adalah lembaga yang melaksanakan perdagangan dengan melakukan fungsi-fungsi pemasaran, dan memiliki hak atas semua barang yang
diperdagangkan serta bertanggung jawab terhadap kepemilikan semua barang yang dipasarkannya. Perantara pedagang digolongkan menjadi 3 macam yaitu:
BAURAN PEMASARAN PERUSAHAAN Perencanaan produk Sistem distribusi
Struktur harga Kegiatan promosi
SUMBERDAYA NON PEMASARAN DI DALAM PERUSAHAAN
Produksi Lokasi
Keuangan Riset dan pengembangan
Personalia Citra perusahaan
KEKUATAN LINGKUNGAN MAKRO Kependudukan
Kekuatan hukum dan Kondisi Ekonomi
politik Kekuatan social dan
Teknologi Budaya
Persaingan Pialang
Pema sok
Pasar Pialang
15 a.
Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar. b.
Distributor dan Pedagang Besar, yang menjual barang-barang kepada pengusaha lain.
c. Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir.
Perantara agen adalah lembaga yang melaksanakan perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan dengan penjualan
atau distribusi barang, tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk memiliki barang yang diperdagangkan Swastha dan Irawan, 1990, hal: 288 - 292
Perantara agen merupakan wakil dari pabrikan dan pialang yang menjual ke penjual ulang, dan pelanggan industri dan komersial tetapi tidak memberi merk
pada barang yang mereka jual. Biasanya berspesialisasi dalam fungsi penjualan dan bertindak sebagai klien pabrikan atas dasar komisi Boyd dkk, 2000, hal: 14
Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan atau produsen dalam pemilihan saluran pemasarandistribusi antara lain:
a. Sifat barang, berupa cepat tidaknya barang mengalami kerusakan
b. Sifat pembayarannya
c. Biaya
d. Modal
e. Tingkat keuntungan
f. Jumlah setiap kali penjualan Syahyunan, 2004, hal: 9
Dalam penjualan barang industri terdapat empat macam saluran yang bisa dipakai untuk mencapai pemakai industri. Lagi pula, produsen dapat
menggunakan kantor atau cabang penjualan untuk mencapai lembaga saluran berikutnya. Keempat macam saluran distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
16 •
Produsen-Pemakai industri Saluran distribusi secara langsung ini menyangkut volume penjualan dalam
rupiah yang relatif cukup besar dari barang industri dibandingkan dengan saluran yang lain.
• Produsen-Distributor Industri-Pemakai
Produsen barang-barang jenis operating supplies dan accessary equipment kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya.
Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya, antara lain: produsen bahan bangunan, alat-alat untuk konstruksi
bangunan, dan lain-lain. •
Produsen-Agen-Pemakai Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak
memiliki departemen pemasaran juga suatu perusahaan yang ingin memperkenalkan produk baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru
atau lebih suka menggunakan agen. •
Produsen-Agen-Distributor Industri-Pemakai Saluran distribusi semacam ini dipakai oleh perusahaan dengan pertimbangan
antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung atau mungkin memerlukan penyimpanan pada penyalur
Swastha, 1999, hal: 91-93. Saluran distribusi tidak selalu dikoordinir oleh perusahaan atau pabriknya.
Pada suatu saat pedagang besar dapat mendominin saluran distribusi, atau masing- masing lembaga saluran memiliki kekuatan sendiri. Dengan demikian sistem
saluran dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni:
17 a.
Corporate Sistem dimana pengkombinasian tahap produksi dan distribusi berada di bawah pemilikan tunggal misalnya: produsen yang juga memiliki
banyak sekali toko pengecer. b.
Administered Sistem, dimana kordinasi tahap produksi dan distribusi dilakukan dengan kekuatan dari suatu lembaga dalam saluran, misalnya:
pedagang besar atau agen. Sering pula mereka mengkoordinir saluran dari bahan mentah menjadi produk jadi.
c. Contractual Sistem, dimana masing-masing lembaga saluran yang berdiri
sendiri mengadakan integrasi atas dasar suatu perjanjian. Kekuatan dalam pembelian dan penjualan masing-masing lembaga diatur bersama.
Swastha, 1999, hal:103. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan
bentuk yang diinginkan konsumen. Sudiyono, 2004, hal: 79. Karena saluran distribusi itu ditentukan oleh pola pembelian konsumen,
maka sifat daripada pasar merupakan faktor penentu yang mempengaruhi dalam pemilihan saluran oleh manajemen. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan
adalah produk, perantara dan perusahaan itu sendiri. Pokoknya, perusahaan yang mengadakan pemilihan saluran distribusi ini harus menganut tiga kriteria, yakni:
pengawasan saluran, pencakupan pasar, dan ongkos Swastha, 1999, hal: 94.
18 Tiga alternatif kebijaksanaan yang dapat ditempuh produsen dalam
penentuan jumlah perantara, yaitu sebagai berikut : 1.
Distribusi Intensif Dalam kebijaksanaan ini, produsen menggunakan jumlah lembaga distribusi
outletperantara sebanyak mungkin ke seluruh pelosok. Dengan menyebarkan outlet ini diharapkan konsumen akan lebih mudah memperoleh barang-barang
kebutuhannya. Cara ini banyak digunakan oleh produsen di tingkat retailer. Pada umumnnya barang-barang yang diperdagangkan melalui distribusi
intensif ini adalah barang-barang standard perlengkapan operasi seperti pelumas, pupuk, alat pertukangan dan sebagainya. Jika pasar yang dilayani
sangat luas, maka jumlah penyalur yang dipergunakan tidak hanya pada tingkat perdagangan internasional.
2. Distribusi Selektif
Produsen mengadakan seleksi terlebih dahulu atas lembaga-lembaga, distribusi yang akan dipergunakan, baik pada tingkat wholesaler maupun pada tingkat
retailer dalam satu tempat atau daerah tertentu. Biasanya kebijaksanaan ini dianut untuk pemasaran barang-barang baru, barang-barang shopping
atau barang-barang spesial lainnya. Perusahaan dapat beralih ke distribusi selektif apabila distribusi ini
dipandang lebih menguntungkan daripada distribusi intensif, sehingga jumlah outlet yang digunakan pada setiap tingkat menjadi lebih sedikit.
3. Distribusi Esklusif
Kebijaksanaan ini dapat dilaksanakan oleh produsen dengan mempergunakan satu outlet pada wholesaler atau retailer disuatu negara atau daerah tertentu.
19 Perusahaan memberikan hak penuh kepada satu perusahaan untuk menyalurkan
barang-barangnya baik ditingkat wholesaler atau retailer. Pada umumnya cara ini dipergunakan dalam pemasaran barang-barang lux, seperti mobil.
Pada umumnya jumlah perantara yang ideal adalah yang memenuhi kebutuhan pasar atau konsumen akhir dengan berlebihan. Kebijaksanaan yang terlalu terbuka
dari produsen dalam pemasaran barang-barang melalui outlet yang semakin bertambah akan menambah marketing cost. Oleh karena itu masalah ini perlu
mendapat perhatian istimewa agar efektifitas pemakaian saluran distribusi dapat diperoleh dengan tidak melupakan faktor-faktor
efisiensinya Syahyunan,2004, hal: 4.
Sistem pemasaran yang baik adalah •
lancar, waktu penyampaian barang dari produsen ke konsumen cukup tepat •
efisien, biaya fungsi-fungsi pemasaran cukup rendah •
dapat menjamin pengadaan barang yang sesuai keinginan konsumen jenis, mutu, dan berbagai atribut barang
• dapat menjamin kontinuitas pengadaan barang
• harga penjualan dapat bersaing dengan produk-produk perusahaan lain
Simanjuntak, 2004, hal: 58. Efektivitas dapat berarti menjalankan pekerjaan secara benar, juga dapat
berarti kemampuan memilih sasaran yang tepat. Efektivitas merupakan kunci keberhasilan perusahaan. Dimana masalahnya, bukan bagaimana melakukan
pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana caranya menemukan pekerjaan yang benar untuk dilakukan, serta memusatkan sumber daya dan usaha guna
melakukannya Nasution, 1996, hal: 41.
20 Efektivitas itu sering kali dilukiskan sebagai “melakukan hal-hal yang
tepat” artinya kegiatan kerja yang akan membantu organisasi tersebut mencapai sasarannya. Efektivitas itu berkaitan dengan “hasil akhir” atau pencapaian
sasaran-sasaran organisasi Robbins dan Coulter, 1999, hal: 9. Efektivitas pemasaran tidak selalu terungkap oleh kinerja penjualan dan
laba saat ini. Hasil yang baik dapat disebabkan karena suatu divisi berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, bukan karena memiliki manajemen
pemasaran yang efektif. Efektivitas pemasaran suatu perusahaan atau divisi tercermin oleh tingkat sejauh mana ia menunjukkan lima atribut utama orientasi
pemasaran yaitu : •
Falsafah pelanggan •
Organisasi pemasaran yang terintegrasi •
Informasi pemasaran yang memadai •
Orientasi strategis •
Efisiensi operasional. Setiap atribut tersebut dapat diukur dengan menggunakan memo pemasaran yang
menyajikan instrumen penelaahan efektivitas pemasaran berdasarkan kelima atribut tersebut Kotler, 1997, hal: 358
Untuk mengetahui efektivitas dan kinerja tiap rantai saluran distribusi perlu dilakukan riset mengenai berbagai aspek penganganan dan kegiatan saluran
distribusi seperti arus barang dan kualitas pelayanan. Data arus barang dapat diperoleh dari catatan administrasi dan opname stok yang diketahui dari
survei terhadap outlet dan pelanggan. Riset terhadap outlet dapat mengungkapkan keterangan mengenai :
21 1.
Ketersediaan stok stock availibility produk yang diteliti dan produk kompetitornya pada tingkat outlet
2. Gambaran tingkat penjualan secara periodik
3. Frekuensi kunjungan wiraniaga salesman
4. Tenggang waktu antara order dan delivery
5. Strategi pemasaran kompetitor yang dirasakan pengelola outlet
6. Sikap dan perilaku pengelola outlet terhadap produk yang diteliti
7. Keberatan terhadap pembayaran, dan pengaruh bonus dan komisi.
Tingkat ketersediaan produk diketahui melalui pemeriksaan fisik stok produk dan informasi lain diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner sederhana Purwadi, 2000, hal: 265-271. Produk dikatakan tersedia apabila dapat dibeli oleh konsumen dengan
resiko dan waktu belanja minimum, pada lokasi yang mudah dijangkau dan pada saat konsumenpelanggan membutuhkan dan siap menggunakan produk tersebut.
Boyd dkk, 2000, hal: 128. Permasalahan utama dalam membangun dan melengkapi sarana pertanian
adalah dukungan yang belum memadai untuk mendukung peningkatan produksi melalui sistem perusahaan agribisnis. Salah satu permasalahan berasal dari aspek
pupuk dan pestisida yaitu : a.
Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan pupuk dan pestisida masih perlu disempurnakan terutama yang berkaitan dengan perangkat hukum baik untuk
produksi tanaman pangan, hortikultura, hasil perkebunan, maupun pengolahan dan pemasaran hasil.
22 b.
Beredarnya pestisida yang tidak terdaftar atau tidak diizinkan Menteri Pertanian serta pestisida yang dilarang walaupun dahulu pernah terdaftar,
penggunaan pestisida terbatas pakai oleh masyarakat umum yang tidak berhak, serta impor pestisida yang dilakukan oleh bukan pemegang
pendaftaran atau pihak lain yang ditunjuknya. c.
Label dan publikasi pupuk dan pestisida belum seluruhnya memenuhi ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku.
d. Penyediaan dan distribusi pupuk dan pestisida secara 6 tepat belum terpenuhi.
Pada saat petani membutuhkan pupuk dan pestisida, seringkali terjadi tidak tersedianya pupuk dan pestisida di kios secara lengkap Atau bila tersedia
dalam jumlah yang tidak memadai dan harga yang mahal. Sering terjadi kelangkaan pupuk dan pestisida di daerah remote sulit di jangkau.
e. Kelembagaan pelayanan pupuk dan pestisida masih lemah. Kios pupuk dan
pestisida yang dikelola oleh petani kelompok tani masih lemah dalam permodalan dan manajerial sehingga belum mampu melayani kebutuhan
petani kelompok tani secara memuaskan. f.
Penyuluhan belum optimal sehingga dosis rekomendasi pemupukan dan pemakaian pestisida tidak tercapai.
g. Sistim pengawasan pestisida dan pupuk belum berjalan dengan baik, sehingga
banyak beredar pupuk dan pestisida palsu yang merugikan petani. h.
Belum ada tindak lanjut dari hasil pemantauan karena belum diterapkannya landasan hukum Peraturan Pemerintah dalam pengawasan pupuk dan
pestisida secara optimal.
23 i.
Belum sinkronnya tugas dan wewenang Komisi Pestisida dengan struktur organisasi Departemen Pertanian dan belum adanya wadah koordinasi dalam
pengelolaan pupuk Komisi Pupuk j.
Masih terbatasnya jumlah pupuk dan pestisida yang telah mempunyai standar minimal persyaratan mutu.
k. Masih terbatasnya laboratorium Uji Pupuk dan Pestisida yang dapat dijadikan
laboratorium acuan untuk pengujian mutu pupuk dan pestisida untuk mendukung pengawasan mutu.
l. Masih tingginya residu pestisida pada hasil panen sebagai dampak penggunaan
pestisida yang tinggi pada tanaman hortikultura m.
Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimiawi dalam kurun waktu yang lama cenderung mengakibatkan degradasi mutu lahan pertanian.
DirJen BSP, 2003, hal: 6. Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil
produksi ke tangan konsumen. Kegiatan tersebut seperti menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada atau tidaknya
persaingan dan menentukan strategi pemasaran yang harus dijalankan Rahardi, dkk, 2001, hal: 5.
Proses penyusunan perencanaan strategis melauli tiga tahap analisis, yaitu: 1.
Tahap pengumpulan data 2.
Tahap analisis 3.
Tahap pengambilan keputusan Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan
24 pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal
yang diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Model yang dapat digunakan pada
tahap ini yaitu: -
Matrik faktor strategi eksternal -
Matrik faktor strategi internal -
Matrik profil kompetitif Rangkuti, 2003, hal: 21. Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model yang
dapat dipergunakan adalah matrik TOWS atau matrik SWOT . Matrik ini dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi dalam perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis, yaitu : a.
Strategi SO. Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. b.
Strategi ST. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman
c. Strategi WO. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada d.
Strategi WT. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
25 IFAS
EFAS Strengths S
Tentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal
Weaknesses W Tentukan 5-10 faktor-faktor
kelemahan internal Opportunies O
Tentukan 5-10 faktor peluang
eksternal Strategi SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang Threats T
Tentukan 5-10 faktor ancaman
eksternal Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Gambar 2. Diagram Matrik SWOT
Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif
maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak struktur, dengan penggunaan model yang tecanggih maupun tradisional. Keputusan yang berbobot hanya dibuktikan
oleh waktu, artinya keputusan yang akan dimbil akan benar-benar terbukti setelah
periode waktu tertentu Rangkuti, 2003, hal: 30-32.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam Analisis SWOT
untuk menciptakan strategi alternatif yang harus diterapkan. Strategi yang dapat diambil dan diterapkan sebagai kombinasi faktor internal dan eksternal
perusahaan dapat dilihat pada diagram strategi analisis SWOT sebagai berikut :
26
3. Mendukung 1. Mendukung
Strategi strategi
Turn-arround Agresif
4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi Strategi
Defensif Divesrsifikasi
Gambar 3. Diagram Analisis SWOT
Kuadran 1. Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Growth oriented strategy.
Kuadran 2. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi produkpasar.
Kuadran 3. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendalakelemahan internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan yang mendukung
strategi turn-around sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4. Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang harus diterapkan adalah strategi defensif. Rangkuti, 2003, hal: 19-20.
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN KEKUATAN
INTERNAL KELEMAHAN
INTERNAL
27
2.3. Kerangka Pemikiran
Pestisida merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang sangat penting dalam usaha pembudidayaan tanaman, dimana didalamnya terdapat usaha
pengendalian tanaman yang sangat penting posisinya dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian.
Dalam pemasaran produk pestisida PT. Syngenta di Sumatera Utara melibatkan beberapa pelaku utama yang berperan dalam pemasaran pestisida dari
produsen hingga ke konsumen akhir petani yaitu Produsen PT. Syngenta Indonesia, Distributor, dan Pedagang yang dikategorikan atau dikelompokkan
menjadi Retailer I, Retailer II, dan Retailer III. PT. Syngenta Indonesia menyalurkan pestisida ke distributor-distributor
yang merupakan pusat penyaluran produk pestisida PT. Syngenta yang sebelumnya telah mengadakan integrasi atas dasar suatu perjanjian terhadap PT.
Syngenta Indonesia. Selanjutnya dari distributor, pestisida disalurkan ke Retailer I yang berada di kabupaten. Retailer I menjual dan menyalurkan pestisida ke
Retailer II, Retailer III, dan ke petani yang berada di kecamatan dan di desa. Kemudian Retailer II menjual dan menyalurkan pestisida kepada Retailer III yang
berada di desa, dan ke petani. Kemudian Retailer III juga menjual pestisida kepada petani.
Dari berbagai jenis saluran pemasaran produk pestisida PT. Syngenta berdampak terhadap ketersediaan produk pestisida PT. Syngenta bagi petani yang
dilihat dari ketersediaan stok produk pestisida di tingkat retailer di daerah penelitian dibandingkan dengan keadaan stok produk pestisida kompetotor
terdekatnya. Produk dikatakan tersedia apabila dapat dibeli oleh konsumen
28 dengan resiko dan waktu belanja minimum, pada lokasi yang mudah dijangkau
dan pada saat konsumenpelanggan membutuhkan dan siap menggunakan produk tersebut. Boyd dkk, 2000
Ketersediaan pestisida dapat dilihat dari kontiniuitas peredaran produk di daerah penelitian dengan indikator antara lain :
- keadaan fisik stok produk pestisida PT. Syngenta dibandingkan dengan
produk kompetitirnya pada tingkat retailer -
frekuensi kunjungan wiraniaga Product Promotor -
tenggang waktu antara order dan delivery Dalam usaha penyaluran pestisida dari produsen ke konsumen tidak
terlepas dari masalah-masalah yang dapat menjadi suatu kelemahan dan ancaman bagi sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta. Untuk itu dilakukan upaya-upaya
untuk mengatasi masalah–masalah tersebut, dan diciptakan strategi dan kebijakan untuk meningkatkan kinerja sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta dengan
melihat kekuatan dan kelemahan yang berasal dati internal perusahaan, dan peluang dan ancaman dari lingkungan luar eksternal perusahaan.
Dari keseluruhan lembaga pemasaran yang tergabung dalam sistem pemasaran dapat dilihat efektivitas sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta
mulai dari produsen hingga ke petanikonsumen yaitu dengan melihat sejauh mana perusahaan atau divisi menunjukkan lima atribut orientasi pemasaran yaitu
falsafah pelanggan, organisasi pemasaran yang terintegrasi, informasi pemasaran yang memadai, orientasi strategis, dan efisiensi operasional. Atau dengan kata lain
sejauh mana perusahaan merumuskan pekerjaan yang tepat dengan menggunakan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki dan sesuai dengan tujuan operasional.
29 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran sebagai
berikut :
Ket : = Saluran pemasaran berada dalam sistem pemasaran
= DampakPengaruh
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran 2.4. Hipotesis Penelitian
Produsen PT. SynGenta Indonesia
Perwakilan Sumatera bagian Utara
Distributor
Retailer I
Retailer II
Retailer III
Petani Masalah-
masalah
Upaya dan
Srategi
Efektivitas Sistem pemasaran
Pestisida Tanaman
Hortikultura
Ketersediaan Pestisida
Syngenta Bagi petani
30 Berdasarkan landasan teori yang disusun, maka ditarik beberapa hipotesis
penelitian sebagai berikut : 4.
Ada beberapa saluran pemasaran pestisida PT. Syngenta di daerah penelitian. 5.
Efektivitas sistem pemasaran pestisida PT. Syngenta baik di daerah penelitian. 6.
Produk pestisida PT. Syngenta tersedia bagi petani di daerah penelitian.
III. METODE PENELITIAN