Persyaratan Merek TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK

Beberapa hal yang perlu ditambahkan penulis menguraikan lebih lanjut mengenai merek yang bagaimana yang tidak diperbolehkan dan tidak dapat didaftarkan sebagai suatu merek. Undang-Undang No.15 Tahun 2001 mengatur hal apa saja yang diperbolehkan dan dapat didaftarkan sebagai merek. Pasal 5 Undang- Undang No.15 Tahun 2001 menyebutkan bahwa merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini: 1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum terdapat dalam pasal 5 a; 2. Tidak memiliki daya pembeda terdapat dalam pasal 5 b; 3. Telah menjadi milik umum terdapat dalam pasal 5 c; atau 4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. terdapat dalam pasal 5 d Memperjelas apa yang disebutkan oleh pasal 5 Undang-Undang No.15 Tahun 2001, Prof.Dr.Mr. Sudargo Gautama mengemukakan ketika membahas undang- undang merek 1961 yang masih relevan untuk pembahasan ini, yaitu sebagai berikut: a. Bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum Tanda-tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum tidak dapat diterima sebagai merek. Dalam merek bersangkutan tidak boleh terdapat lukisan atau kata-kata yang bertentangan dengan kesusilaan yang baik dan ketertiban umum. Di dalam lukisan-lukisan ini kiranya tidak dapat dimasukkan juga berbagai gambaran-gambaran yang dari segi kesusilaan maupun dari segi politis dan ketertiban umum. Lukisan-lukisan yang tidak memenuhi norma-norma susila, juga tidak dapat digunakan sebagai merek jika tanda-tanda atau kata-kata yang terdapat dalam suatu yang diperkenankan sebagai “merek” dapat menyinggung atau melanggar perasaan, kesopanan, ketentraman atau keagamaan, baik dari khalayak umumnya maupun suatu golongan masyarakat tertentu. 14 b. Tanda-tanda yang tidak mempunyai daya pembeda Tanda-tanda yang tidak mempunyai daya pembeda atau yang dianggap kurang kuat dalam pembedaanya tidak dapat dianggap sebagai merek. Sebagai contoh misalnya dapat diberitahukan disini; lukisan suatu sepeda untuk barang-barang sepeda atau kata-kata yang menunjukan suatu sifat barang, seperti misalnya “istimewa”, “super”, “sempurna”. Semua ini menunjukan pada kualitas sesuatu barang. Juga nama barang itu sendiri tidak dipakai sebagai merek. Misalnya “kecap” untuk barang kecap, merek “sabun” untuk sabun dan sebagainya. Misalnya perkataan super itu menunjukan suatu kualitas atau propaganda kualitas barangnya, maka tidak mempunyai cukup daya pembeda untuk diterima sebagai merek. 15 14 Sudargo Gautama, Komentar Atas Undang-Undang Merek Baru 1992 dan Peraturan- Peraturan Pelaksanaannya Bandung: Alumni,1994, h.35-36. 15 Ibid., h.38. c. Tanda milik umum Tanda-tanda yang kerena telah dikenal dan dipakai secara luas serta bebas dikalangan masyarakat tidak lagi cukup untuk dipakai sebagai tanda pengenal bagi keperluan pribadi dari orang-orang tetentu. Misalnya disimpulkan di dalam kategori ini tanda lukisan mengenai “tengkorak manusia dengan di bawahnya ditaruh tulang bersilang”, yang secara umum dikenal dan juga dalam dunia internasional sebagai tanda bahaya racun. Kemudian juga tidak dapat misalnya dipakai merek suatu lukisan tentang “tangan dikepal dan ibu jari ke atas”, yang umum dikenal sebagai suatu tanda pujian atau “jempol”. Kemudian juga dapat dianggap sebagai milik umum misalnya perkataan “pancasila” dan sebagainya. d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang diminta pendafataran Maksud dari merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang diminta pendaftaran seperti merek “kopi atau gambar kopi” untuk produk kopi. Contoh lain misalnya merek “mobil atau gambar mobil” untuk produk mobil. Ini maksudnya agar pihak konsumen tidak keliru. Sebab jika hal itu dibenarkan ada kemungkinan akan menggunakan merek yang sama oleh karena bendanya, produknya atau gambarnya sama dengan mereknya.

D. Pendaftaran merek

Pendaftaran sebuah merek dapat diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan hak eksklusif merek yang akan didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Haki agar dapat menggunakan merek tersebut. Adapun pihak yang dapat mendaftarkan merek adalah : 1. Orang atau individu. 2. Badan hukum. 3. Beberapa orang atau beberapa badan hukum yang mempunyai kepemilikan bersama. Pendaftaran merek sangat berfungsi bagi pemilik merek tersebut, adapun fungsi pendaftaran merek, yaitu: 1. Sebagai alat bukti bagi pemilik merek atas merek yang didaftarkan. 2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama pada pokoknya atau sama pada keseluruhannya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barangjasa sejenis. 3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama pada keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barangataujsa sejenis. Selain itu permohonan pendaftaran merek dapat ditolak Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual apabila merek tersebut: 1 Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak terdapat dalam pasal 6 3.a. 2 Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lembaga atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang terdapat dalam pasal 6 3.b. 3 Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau sempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak berwenang terdapat dalam pasal 6 3.c. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan: 1. Tanggal, bulan, dan tahun. 2. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon. 3. Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa. 4. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna. 5. Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas. Menurut tinjauaan penulis dalam peraturan perundang-undangan terdapat dua sistem pendaftaan merek. Dua sistem tersebut yaitu sistem konstitutif atributif dan sistem deklaratif. Undang-Undang Merek No.15 Tahun 2001, Undang-Undang No.19 Tahun 1992 dan, Undang-Undang No.14 Tahun 1997 menganut sistem konstitutif. Sebelumnya undang-undang merek Indonesia menggunakan sistem deklaratif yang tertuang dalam Undang-Undang No.21 Tahun 1961. Sistem deklaratif bertitik tolak kepada pemakaiaan pertama. Siapa yang memakai pertama kali sebuah merek dialah yang dianggap menurut hukum pemilik merek tersebut. Jadi pemakaian pertama yang menciptakan hak atas merek. Dimana hak atas merek tersebut merupakan hak milik seseorang, mengandung arti bahwa benda yang dikuasai dengan hak milik dapat diturunkan kepada ahli waris, dapat dialihkan kepada orang lain, dan dapat diperjualbelikan. 16 Berdasarkan dugaan hukum rechtvermoeden orang yang mendaftar adalah pemakai pertama yaitu adalah yang berhak atas merek bersangkutan. Namun apabila ada seseorang yang dapat membuktikan ialah pemakai pertama hak atas merek tersebut, maka pendaftarannya dapat dibatalkan oleh pengadilan. Sehingga dalam sistem deklaratif timbul persoalan ketidakpastian hukum hak atas merek. P erkara “Tancho” yang terkenal, kita saksikan bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia telah dibatalkan oleh pengadilan karena dipandang telah bertindak dengan itikad tidak baik. Dinyatakan bahwa perusahaan Jepang adalah yang sebenarnya pertama-tama memakai merek tersebut dan yang berhak. Pendaftaran dari pihak pengusaha Indonesia telah dibatalkan dan dicoret dari