Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
perceptible. ” Indonesia meratifikasi isi pasal di atas dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-
Undang No.19 tahun 1992 tentang merek : “merek adalah tanda berupa gambar, nama,
kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau, kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan, perdagangan
barang atau jasa ”. Isi pasal tersebut tidak berubah sampai Undang-undang No.15
tahun 2001 diberlakukan. Perjanjian TRIPs bagian III Pasal 41
mengatur mengenai “enforcement”, pada Ayat 1 memberikan pengertian bahwa setiap negara harus membuat pengaturan
untuk penegakan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual guna memberikan perlindungan hukum. Ayat 2 berisi mengenai tata cara penegakan Hak Kekayaan
Intelektual harus adil dan merata, serta tidak rumit dan mahal. Ayat 3 keputusan penegakan pelanggaran harus secara tertulis dan beralasan. Ayat 4 menjelaskan
pihak persidangan memiliki kesempatan untuk ditinjau oleh otoritas yudisial dan tunduk pada ketentuan yuridiksi hukum nasional. Ayat 5 Bagian ini tidak
menimbulkan kewajiban untuk menempatkan sistem pengadilan untuk penegakan hak kekayaan intelektual berbeda dari penegakan hukum secara umum.
Menjaga persaingan usaha sehat dalam lingkup Hak atas Kekayaan Intelektual khususnya dalam bidang merek memunculkan pengaturan tentang merek, termuat
dalam bagian “menimbang” butir b Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang Merek, bahwa “Untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai
tentang Merek guna memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat”.
Kehadiran barang atau jasa dalam proses produksinya telah menggunakan Hak Kekayaan Intelektual, dengan demikian telah menghadirkan Hak Kekayaan
Intelektual pada saat yang sama ketika barang atau jasa yang bersangkutan dipasarkan. Kebutuhan untuk melindungi Hak kekayaan Intelektual dengan demikian juga
tumbuh bersamaan dengan kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai komoditi perdagangan. Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari pemalsuan
atau dari persaingan tidak wajar curang, juga berarti kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau
jasa tadi. Hak Kekayaan Intelektual tersebut tidak terkecuali bagi merek.
4
Salah satu bagian dari kegiatan perekonomian dan bisnis adalah penggunaan merek yang dipakai oleh perusahaan. Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu
benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.
5
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
6
Merek perusahaan mencerminkan asal-usul suatu produk barang dan jasa. Sering ditemukan dalam
kemasan produk barang dan jasa terlihat merek suatu perusahaan, ini menunjukan
4
Bambang Kesowo, Kebijakan Pemerintah di Bidang Merek Yogyakarta:Departemen Kehakiman DIY, 1992, h.3.
5
H. M. N. Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia Djambatan:1984, h.82.
6
Ahmadi Miru, Hukum Merek, Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek Jakarta:Rajawali Pers, 2005, h.7.
bahwa perusahaan memproduksi barang dan jasa tersebut. Merek mempunyai peranan penting dalam memasarkan produk barang dan jasa khususnya kepada
konsumen. Merek suatu perusahaan menunjukan kualitas barang dan jasa. Semakin baik kualitas produk di pasaran, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap produk tersebut. Sebaliknya semakin buruk kualitas suatu produk barang dan jasa suatu perusahaan, maka semakin turun tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap produk tersebut. Saat ini banyak beredar produk barang atau jasa menyerupai produk barang
atau jasa yang sudah terlebih dahulu terkenal dan muncul di kalangan masyarakat. Sebagai contoh, merek air minum Aqua yang sudah terkenal sebagai air minum
kemasan. Terdapat produk sejenis seperti Aquaria, Club Aqua, Qua-qua, Vianaqua, dan Indoqua serta masih banyak merek yang lain. Nama-nama merek tersebut terlihat
sekilas merupakan merek produk air minum Aqua, namun kenyataannya merek tersebut sangat jauh berbeda satu sama lain.
7
Kemiripan merek tersebut dapat menimbulkan persaingan tidak jujur dalam persaingan usaha.
Salah satu motivasi atau dorongan kasus kemiripan terdapatnya itikad tidak baik dalam menggunakan merek. Molegraf mengungkapkan, persaingan tidak jujur
adalah peristiwa di dalam mana seseorang untuk menarik para langganan orang lain kepada perusahaan dirinya sendiri atau demi perluasan penjualan omzet
7
Abdul R. Saliman, dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus Jakarta:Kencana, 2007, h.174-176.
perusahaannya, menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran di dalam perdagangan.
8
Definisi tersebut dapat menjadi patokan untuk dapat menggunakan merek dan jujur dalam persaingan usaha di dalam perdagangan
produk barang atau jasa. Akhir-
akhir ini muncul sengketa antara pemilik merek helm “INK” yaitu Eddy Tedjakusuma dengan pemilik merek helm “INX” yaitu Andi Johan.
Eddy penggugat menuduh pendaftaran merek “INX” pada kelas yang sama dengan sertifikat miliknya
diajukan dengan tujuan tidak jujur dan bertentangan dengan Pasal 6 ayat 1 huruf a Jo. Pasal 4 UU No.15 tahun 2001 tentang Merek. Bunyi pasal yaitu ”
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang
sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang danatau jasa yang sejenis ”. Eddy
mendaftarkan gugatan pembatalan merek ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 6 November 2012.
9
Penggugat adalah pemegang sertifikat merek “INK” yang diperoleh dari pengalihan hak dari Tjong Lyanti Tedjakusuma alias Tjong Bui Lian pada 8 Juli
2004. Merek miliknya itu terdaftar dengan No.483685 pada 18 Agustus 2000 dan diperpanjang dengan No.IDM000264191 pada 18 Agustus 2010 untuk melindungi
jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni segala macam topi pengaman helm. Merek dagang “INK” juga terdaftar dengan No. 554641 pada 8 November
2002 yang diperpanjang pada 2012 dengan No. IDM000349299 di kelas 09. Selain
8
R. M. Surodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian Bandung : Tarsito, 1981 , h.66.
9
http: archive.bisnis.com articles sengketa-merek-produk-helm-inx-dianggap-dompleng-ink, diakses pada hari Senin, 25 Maret 2013, pukul 14.55 WIB.
itu, “INK” terdaftar No. IDM000349300 dan “INK” Helmets dengan No. IDM000351661 untuk melindungi jenis barang dalam kelas 09. Ternyata, tergugat
Andi Johan mendaftarkan merek dagang “INX” kelas 09 dengan No. IDM000220449 pada tahun 2008.
Eddy dalam gugatan yang diwakili kuasa hukumnya Ludiyanto menyatakan merek “INX” mempunyai persamaan dengan merek “INK” persamaan tersebut terdiri
dari persamaan susunan huruf atau kata, bunyi pengucapan maupun persamaan perlindungan jenis barangnya. Menurutnya keberadaan merek “INX” itu bertentangan
dengan Pasal 6 ayat 1 huruf a Jo. Pasal 4 UU No.15 tahun 2001 tentang Merek. Kata Irawan Arthen, kuasa hukum Andi mengatakan merek milik penggugat terdiri
atas tiga huruf yakni I, N, K, jika diucapkan menjadi “ih en ka”. Adapun Merek klien
kami juga tiga huruf I, N, X yang jika diucapkan ih en ex. Eddy Tedja Kusuma tetap pada tuduhan bahwa merek “INX” milik Andi Johan
memiliki persamaan pada pokoknya dan mencoba untuk mendompleng merek milik Eddy, sedangkan Andi Johan tetap menyatakan
merek “INX” miliknya berbeda dengan merek “INK” milik Eddy Tedja Kusuma dan beritikad baik atau tidak berniat
mendompleng merek milik Eddy. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul mengenai
“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIRUAN MEREK HELM “INK” OLEH MEREK HELM “INX”
Analisis Putusan Nomor:68Merek2012PN.Niaga.Jkt.Pst.