Sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung nomor 6 di atas, menyatakan adanya persamaan pengucapan
merek “INK” dan “INX” INKS. Persamaan tampilan juga terdapat dalam
merek “INK” dengan merek “INX” sama-sama merek tulisan dengan warna hitam.
Produk merek “INK” dan merek “INX” sama-sama melindungi kelas 09 untuk segala macam topi pengaman helm. Dengan uraian dan
alasan hukum diatas Majelis Hakim menyatakan merek “INX” milik Tergugat I mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek “INK”
milik Penggugat dan dalam satu jenis barang yang sama yaitu kelas 09 untuk topi pengaman helm.
F. Itikad Tidak Baik dalam Merek “INX”
Persyaratan itikad baik mendaftarkan merek harus terpenuhi jika ingin mendaftarkan sebuah merek tertentu, apabila seseorang mendaftarkan merek dengan
didasari atas merek orang lain atau serupa milik orang lain merek tersebut tidak dapat didaftarkan. Persyaratan itikad baik juga berarti merek didaftarkan bertujuan untuk
digunakan dalam perdagangan barang dan atau jasa. Pasal 4 UU No.15 Tahun 2001 mengatur mengenai syarat itikad baik pendaftaran merek,
berbunyi “Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beritikad
tidak baik ”. Selain itu merek tidak dapat didaftarkan apabila bertujuan untuk
menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam pasar lokal atau menghalangi pesaing untuk memperlebar jaringan usahanya. Apabila diperinci kembali syarat itikad baik
terdapat setidaknya ada tiga, yaitu:
1. Merek harus digunakan dalam perdagangan barang dan atau jasa;
2. Tidak boleh menyerupai merek orang lain atau mengatasnamakan merek orang
lain;
3. Tidak boleh menghalangi seseorang masuk ke dalam pasar lokal atau
menghalangi pesaing memperlebar jaringan usahanya.
Berlandaskan uraian di atas dapat menganalisis antara merek “INK”
dan ”merek INX” untuk menentukan itikad baik dalam merek tersebut. Merek “INK”
dan merek “INX” jelas digunakan dalam perdagangan barang kelas 09 berupa topi pengaman helm.
Pemilik merek “INK” Eddy Tedjakusuma mempunyai hak eksklusif atas merek “INK”, itu berarti dia pemilik tunggal merek tersebut. Merek
“INX” dengan pemilik Andi Johan juga mempunyai hak eksklusif atas merek “INX”, sehingga kedua merek tersebut berbeda pemilik dan mempunyai merek masing-
masing. Namun apabila ditinjau kembali kedua merek tersebut terdapat kesan kemiripan pada dua inisial awal merek merek
a yaitu huruf “I” dan “N”. Berdasarkan putusan Majelis Hakim menyatakan bahwa merek “INX” mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek “INK”. Sehingga putusan tersebut menyatakan pendaftaran merek “INX” tidak beritikad baik. Penulis pernah bertemu
dan berbicara dengan salah satu wakil pemilik merek helm “INX” dikantor perusahaannya menyatakan bahwa mereka tidak ada niat untuk menghalangi atau
memblokir merek “INK” di pasar. Kenyataan di lapangan merek “INX” dan merek “INK” bersaing ketat dalam penjualan.
G. Pembatalan Pendaftaran Merek “INX”
Pembatalan merek telah diatur dalam Pasal 68 ayat 1 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek dengan bunyi, “Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat
diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan yang dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6”. Gugatan pendaftaran merek “INX” oleh merek “INK”
berdasarkan Pasal 4, dan Pasal 6 yaitu mengenai persyaratan itikad baik dan persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya. Gugatan tersebut diajukan kepada
Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta pusat. Pengadilan Niaga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan membatalkan
pendaftaran merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 tanggal 22 Januari 2008 atas nama tergugat I dalam Daftar Umum Direktorat Merek dengan
Segala akibat hukumnya. Serta memerintahkan Tergugat II Direktorat Merek untuk melaksanakan isi putusan ini dengan mencatat pembatalan merek dagang “INX”
kelas 09 daftar No.IDM000220449 tanggal 22 Januari 2008 atas nama Tergugat I dalam Daftar Umum direktorat Merek.
Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi. Isi putusan badan pengadilan itu segera disampaikan
oleh panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan merek yang bersangkutan
dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek setelah putusan badan pengadilan diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.