BAB IV
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN AL–MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin
Dari hasil penelitian atas beberapa masalah yang peneliti temukan di dalam kehidupan pondok pesantren, hanya 4 empat masalah yang dibatasi
dan erat kaitannya dengan persepsi santri. Adapun ke empat masalah tersebut yaitu: 1 Hilangnya kasih sayang anak, 2 Hilangnya masa bermain anak, 3
Hilangnya kretifitas anak, dan 4 Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren.
1. Hilangnya Kasih Sayang Anak
Bagi anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi lagi, para orang tua murid biasanya langsung memasukkan anak
mereka ke sekolah yang lebih tinggi lagi, seperti: ke sekolah-sekolah negeri bahkan sampai ke sekolah unggulan, yang kebanyakan tidak begitu
mementingkan siapa dan dari agama apa pemilik sekolah tersebut. Karena kebanyakan dari para orang tua menginginkan anak-anknya untuk
mendapatkan materi pelajaran yang berbobot dari sekolah-sekolah unggulan atau negeri tersebut, nama sekolah yang makin popular dimata
umum membuat para orang tua percaya pada sekolah tersebut untuk anaknya dididik.
Sedangkan pada sekolah-sekolah Islam umumnya dan khususnya pada pondok pesantren kebanyakan orang tua ingin memasukkan anaknya
ke sekolah tersebut, dikarenakan para orang tua masih menganggap bahwa sekolah-sekolah Islam khususnya pondok pesantren menggunakan
kurikulum yang masih kuno. Para orang tua hanya menganggap pondok pesantren sebagai persinggahan terakhir untuk anaknya yang tidak
diterima oleh sekolah negeri atau sekolah unggulan, bahkan ada yang menganggap pondok pesantren hanya sebagai tempat rehabilitasi bagi
anak nakal. Hal ini dapat terjadi karena para orang tua menganggap bahwa
dengan anak yang diserahkan ke pondok pesantren, maka terpisahlah mereka dengan kedua orang tua yang melahirkan dan membesarkannya.
Sedangkan pada usia anak yang relatif sangat muda masih membutuhkan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Selain
kasih sayang dan perhatian dari orang tua, dengan anak di masukkan ke pondok pesantren anak akan merasa pondok pesantren sebagai tempat
yang menyeramkan . Dengan suasan yang asing, tidak ada orang tua, kakak, adik, apalagi teman atau sahabat yang bisa dijadikan tempat untuk
bermain serta berbagi dalam suka dan duka. Tujuan untama didirikannya pondok pesantren adalah unuk
mencetak Kiyayi dan alim ulama yang dapat menjadi pemimpin dan panutan di masyarakat, sehingga kurikulum yang diberlakukan oleh
pondok pesantren tidak hanya ditetapkan oleh Diknas tetapi kurikulum yang ditetapkan oleh Depag. Bahkan ditambah dengan mempelajari kitab-
kitab kuning salafiyah yang merupakan ilmu penjabaran dari pelaksanaan Al-Quran dan Al-Hadits, baik dalam bentuk teoritis maupun
praktis. Sehingga dapat dikatakan bahwa pondok pesantren adalah sekolah plus, yang tidak hanya bertujuan membentuk orang yang pintar namun
jauh lebih dari itu adalah menjadi orang yang baik. Di dalam struktur pondok pesantren terdapat Kiyayi atau pengasuh
pondok pesantren sebagai penanggung jawab serta pemimpin yang mengelola strategi pengajaran dan seluruh tata tertib yang diterapkan di
pondok pesantren, selain pengasuh juga terdapat ustad dan ustadzah yang bertugas sebagai pengajar dan pelaksana dari strategi pengajaran yang
sudah diatur oleh pengasuh pondok, selain itu para ustad dan ustazah juga ditugaskan untuk mendidik para santri dan santriwatinya, hingga menjadi
santri yang berakhlak baik, serta soleh dan soleha. Setelah pengasuh kemudian ustad dan ustadzah, di pondok pesantren juga ada banyak sekali
para santri dan santriwatinya. Bagi anak yang sudah lama masuk pondok, maka mereka yang menjadi kakak kelasnya. Sedangkan bagi anak yang
baru masuk pondok, merekalah yang menjadi adik kelasnya. Sehingga pondok pesantren merupakan keluarga besar yang justru lebih lengkap dan
lebih dinamis bila dibandingkan dengan sebuah keluarga kecil. Bagi orang tua yang ingin melepas rindu pada anaknya yang masuk ke pondok
pesantren. Pondok pesantren memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya, asalkan tidak mengganggu
proses belajar mengajar di lingkungan pondok pesantren. Dengan
demikian tidak ada alasan bahwa kasih sayang pada anak akan hilang hanya karena anaknya dididik di pondok pesantren.
Oleh karena itu kasih sayang yang dapat dirasakan oleh si anak di dalam pondok pesantren tidaklah perlu di khawatirkan, karena kasih
sayang dan peran orang tua masih tetap ada walaupun si anak jauh dari orang tua kandungnya, dan kasih sayang serta peran orang tua dapat
digantikan oleh orang tua yang ada di pondok pesantren seperti: Pengasuh pondok pesantren, Ustad dan Ustadzahnya.
2. Hilangnya Masa Bermain Anak