Hilangnya Masa Bermain Anak Hilangnya Kretifitas Anak

demikian tidak ada alasan bahwa kasih sayang pada anak akan hilang hanya karena anaknya dididik di pondok pesantren. Oleh karena itu kasih sayang yang dapat dirasakan oleh si anak di dalam pondok pesantren tidaklah perlu di khawatirkan, karena kasih sayang dan peran orang tua masih tetap ada walaupun si anak jauh dari orang tua kandungnya, dan kasih sayang serta peran orang tua dapat digantikan oleh orang tua yang ada di pondok pesantren seperti: Pengasuh pondok pesantren, Ustad dan Ustadzahnya.

2. Hilangnya Masa Bermain Anak

Kurikulum pendidikan pondok pesantren memang tidak terbatas hanya melaksanakan kurikulum yang diterapkan oleh Diknas dan Depag, namun ada lagi kurikulum yang dibuat oleh pondok pesantren yang bersangkutan. Mengingat padatnya jam belajar di lingkungan pondok pesantren dapat menyebabkan waktu bermaian anak menjadi sangat berkurang bahkan bisa hilang sama sekali, masa bermain anak yang hilang dengan padatnya jam belajar tersebut bisa membuat anak bosan untuk belajar atau tinggal di pondok pesantren. Di pondok pesantren selain diajarkan mengaji kitab kuning, tadarus Al-Qur’an dan lainnya yang bersifat agamis, di pondok pesantren juga diajarkan bermacam-macam kesenian seperti kaligrafi, menyulam, marching band, kosidah bagi santri putri, marawis bagi santri putra, Qiro’ah, dan muhadloroh latihan ceramah. Selain kesenian di pondok pesantren juga diajarkan berbagai macam olah raga seperti silat, sepak bola, senam, basket, volley, dan gerak jalan. Kegiatan-kegiatan seperti ini bisa menjadi pengganti bagi aktivitas bermaian anak, yang mana mereka bisa memilih kegiatan yang diminati. Dari bermacam-macam kegiatan kesenian dan oleh raga tersebut tidak semua santri harus memilih yang sama, dikarenakan kuota personil anggota yang dibutuhkan harus sesuai dengan kegiatannya masing-masing. Oleh karenanya kekhawatiran akan masa bermain anak bisa berkurang atau hilang sewaktu mereka masuk ke pondok pesantren tidaklah perlu dihiraukan, karena pihak pondok pesantrenpun tidak melupakan kewajiban mereka untuk menjadikan anak yang pintar, baik dan berakhlak mulia. Yang berbeda dengan anak-anak yang sekolah di luar pondok pesantren dengan anak yang mukim, hanya pada permainan dan waktunya saja.

3. Hilangnya Kretifitas Anak

Kepatuhan kepada pengajar adalah hal yang mutlak dilakukan oleh setiap santri, mengingat budaya hidup dilingkungan pondok pesantren yang dimana para santri harus taat dengan seluruh aturan pondok pesantren termasuk di dalamnya patuh terhadap norma-norma agama dan para pengajar atau ustad dan ustadzahnya. Sehingga para santri merasa tabu apabila melanggar norma dan tidak patuh kepada para pengajar tersebut, sebagai akibatnya para santri tidak memiliki keberanian untuk melakukan protes yang dapat menyebabkan kurangnya atau hilangnya suatu kreatifitas yang sangat diperlukan sesuai pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Tidak seperti pada sekolah-sekolah lainnya selain pondok pesantren, peraturan dan kepatuhan kepada para pengajar hanya ditemukan pada waktu si anak sekolah saja. Sehingga di luar jam sekolah anak bisa lebih berkreasi tanpa harus mengenal rasa takut atau harus patuh pada para pengajarnya. Kebebasan yang dimiliki oleh anak di sekolah umum untuk berkreasi, merupakan faktor pendukung akan pertumbuhan dan perkembangan yang dimilikinya, perbandingan seperti inilah yang membuat si anak enggan untuk sekolah di pondok pesantren dan lebih memilih untuk sekolah di sekolah umum atau Negeri. Pada pondok pesantren selain harus patuh adan taat pada para pengajar, juga terdapat bimbingan yang memiliki misi untuk membantu semua santri agar santri-santrinya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal, bimbingan seperti latihan-latihan dan pengajian yang rutin di lakukan oleh para santri dapat membuat mereka bisa mengenal dirinya dan dapat mengarahkan diri serta bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan di lingkungannya. Di pondok pesantren terdapat beberapa macam bimbingan selain bimbingan agama, diantaranya aktifitas bermain anak di pondok pesantren bisa dijadikan bimbingan guna untuk melatih keterampilan dan kretifitas santri. Seperti latihan Kepemimpinan, latihan Qosidah, latihan marawis, latihan pidato atau muhadloroh, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut dapat ditampilkan pada saat ada lomba-lomba yang diadakan oleh pihak luar pondok pesantren, dan pada saat malam apresiasi santri yang biasa di lakukan setiap tiga semester atau yang biasa di sebut dengan malam perpisahan kelas tiga aliyah yang sudah lulus dari pondok pesantren. Hal ini terbukti dari hasil angket yang tersebar untuk 66 responden, adapun kategori bimbingan yang dipilih. 53 Dari hasil kategori bentuk latihan, yang paling banyak diminati oleh para santri baik santri laki-laki maupun perempuan adalah latihan kepemimpinan dan muhadloroh. Sedangkan untuk latihan kesenian seperti latihan Qosidah, marawis, Qiro’ah, dan latihan menari. Untuk latihan keterampilannya seperti latihan menjahit, menyulam, dan kaligrafi. Pada latihan-latihan tersebut yang biasanya dilombakan atau ditampilkan pada malam perpisahan atau malam apresiasi santri adalah Ceramah Muhadloroh, Qosidah, Marawis, Qiro’ah, dan Kaligrafi. Dari sekian banyak bimbingan dan pelatihan yang bisa mengasah keterampilan para santri, tidaklah membuat kreatifitas anak menjadi hilang bila mereka di masukkan dalam pondok pesantren. Justru semakin terlihat potensi yang dimiliki oleh masing-masing indinvidu.

4. Masa Depan Yang Suram Lulusan Pondok Pesantren