Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh

NANANG HADI IRAWAN

097018014/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NANANG HADI IRAWAN

097018014/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT

KABUPATEN LANGKAT Nama Mahasiswa : Nanang Hadi Irawan Nomor Pokok : 097018014

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin SE., M.Ec) (Dr. Murni Daulay, SE., M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE., M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 8 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE., M.Ec Anggota : 1. Dr. Murni Daulay, SE., M.Si

2. Dr. HB. Tarmizi, SE., M.Si 3. Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec


(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juni 2011 Yang membuat pernyataan,

Nanang Hadi Irawan 097018014/EP


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN LANGKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat. Di mana konsumsi masyarakat sebagai variabel terikat. Sedangkan PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit sebagai variabel bebas di dalam penelitian ini.

Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Untuk tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 1990-2009. Teknik analisis akan menggunakan regresi linier berganda dengan metode Error Corection Mecanism (ECM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kredit konsumsi mempengaruhi konsumsi masyarakat secara jangka pendek, dimana variabel kredit konsumsi memiliki koefisien terbesar sehingga sangat mempengaruhi perubahan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat. Sedangkan variabel PDRB, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit mempengaruhi konsumsi masyarakat secara jangka panjang, di mana variabel PDRB memiliki koefisien terkecil sehingga memiliki pengaruh yang paling cepat pada jangka panjang terhadap perubahan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.


(7)

ANALYSIS THE INFLUENCE OF FACTORS ON CONSUMPTION IN KABUPATEN LANGKAT

ABSTRACT

This research aim to analysis the influence of factor’s on consumption in Kabupaten Langkat. Where consumption as dependent variable and GDRP, credit, saving and interest rate as independent variables.

For the purpose of analysis, this research used data of time series of year 1990-2009. Econometrics model is used in this research, where the method used is linier regression with Error Correction Mecanism (ECM).

The results show that credit effect the consumption for short run in Kabupaten Langkat. Where, GDRP, saving and interest rate effect the consumption for long run in Kabupaten Langkat.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya tak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa risalah-Nya kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyelesaikan tesis ini guna untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi Pembangunan (S2) pada Program Magister Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berisikan hasil penelitian penulis yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat”.

Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Ayahanda Kasnan Wibisono dan Ibunda Faridah Anim yang sangat penulis sayangi dan hormati yang telah membesarkan, mendidik, mendukung dan mendengarkan keluh-kesah penulis selama ini. Serta kepada istriku tercinta Nila Eliani dan anak-anakku tersayang M. Daffa Ramdhani, Balqis Fakhirah dan Sakha Galih Adji yang selalu memberikan semangat dan membuat hidup penulis semakin berwarna.


(9)

Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin Sembiring, SE., M.Ec., selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga tesis ini semakin lebih baik.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., M.S., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dr. Murni Daulay, SE., M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah bersedia membimbing dan memberikan arahan agar tesis ini menjadi lebih sempurna.

6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SE., M.Si., Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., Bapak Kaysful Mahali SE., M.Si., selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran di dalam penyempurnaan tesis ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen-dosen Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.


(10)

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Magiser Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh rekan-rekan sejawat dan seperjuangan MEP Angkatan “Sweet Seventeen”, Darwinto, Juara, Hotlan, Zuhri, Wahyu, Cheaky Boe, Nina, Nanda, Ellysa, Fitrie dan Endang. Friends, makasih ya buat semua bantuannya saat ujian, canda tawa, semangat dan kebersamaan bersama kalian takkan terlupakan.

10.Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan moril kepada penulis untuk dapat terus menimba ilmu setinggi-tingginya. Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam tesis ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan tesis ini.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT membalas segala bantuan yang telah diberikan dan semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nanang Hadi Irawan

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Air Hitam Langkat, 16 Januari 1972 Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Dusun III, Desa Air Hitam, Gebang, Langkat.

No. Handphone : 081261047216

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Pemkab. Langkat Nama Orang Tua Laki-laki : Kasnan Wibisono

Nama Orang Tua Perempuan : Faridah Anim

Nama Istri : Nila Eliani

Nama Anak : - M. Daffa Ramdhani

- Balqis Fakhirah - Sakha Galih Adji

Riwayat Pendidikan Formal

1. SD Negeri Air Hitam 050768 Lulus tahun 1985

2. SMP Negeri 1 Gebang Lulus tahun 1988

3. SMA Negeri Tanjung Pura Lulus tahun 1991

4. D3 STPDN Jatinangor Jawa Barat Lulus tahun 1994

5. S1 Fisipol USU Medan Lulus tahun 2000


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Konsumsi ... 12

2.2 Hubungan Antara PDRB Harga Berlaku dengan Konsumsi ... 26

2.3 Hubungan Antara Kredit dengan Konsumsi ... 27

2.4 Hubungan Antara Tabungan Masyarakat dengan Konsumsi ... 28

2.5 Hubungan Antara Suku Bunga dengan Konsumsi ... 29

2.6 Penelitian Terdahulu ... 30

2.7 Kerangka Konseptual ... 32

2.8 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 35

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35


(13)

3.4 Model Analisis ... 36

3.5 Uji Stasioneritas ... 37

3.6 Uji Kointegrasi ... 38

3.7 Uji Kesesuaian Model ... 39

3.8 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.9 Definisi Operasional ... 46

BAB IV PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 48

4.1.1 Konsumsi Masyarakat ... 48

4.1.2 PDRB Harga Berlaku ... 50

4.1.3 Kredit Konsumsi ... 53

4.1.4 Tabungan Masyarakat ... 55

4.1.5 Suku Bunga Kredit ... 58

4.2 Hasil Analisis ... 60

4.2.1 Pengujian Stasioneritas ... 60

4.2.2 Pengujian Kointegrasi ... 63

4.2.3 Hasil Estimasi ... 64

4.2.4 Interpretasi Model ... 66

4.2.5 Pengujian Asumsi Klasik ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 78


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perbandingan PDRB Harga Berlaku dengan Konsumsi

Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009 ... 4

1.2 Perbandingan Kredit Konsumsi dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009……… 5

1.3 Perbandingan Tabungan Masyarakat dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009 ... 6

1.4 Perbandingan Suku Bunga Kredit dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat 2000-2009 ……….. 8

3.1 Nilai CRDWTabel pada Berbagai Tingkat Signifikansi ... 39

4.1 Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 48

4.2 Perkembangan PDRB Harga Berlaku Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 51

4.3 Perkembangan Kredit Konsumsi Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 54

4.4 Perkembangan Tabungan Masyarakat Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 56

4.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 58

4.6 Hasil Pengujian Autocorrelation Function (ACF) ... 61

4.7 Hasil Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) ... 62

4.8 Hasil Pengujian Cointegrating Regression Durbin Watson ... 63

4.9 Hasil Pengujian Augmented Engle Granger ... 64

4.10 Hasil Estimasi Error Correction Mecanism (ECM) ... 65

4.11 Hasil Pengujian Normalitas ... 73

4.12 Hasil Pengujian Linieritas ... 74

4.13 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 74


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat

Periode 2000-2009 ... 3

2.1 Fungsi Konsumsi Keynes ... 14

2.2 Fungsi Konsumsi Milton Friedman ... 16

2.3 Fungsi Konsumsi Modigliani ... 19

2.4 Fungsi Konsumsi Dusenberry ... 22

2.5 Diagram Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat ... 33

4.1 Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 49

4.2 Perkembangan PDRB Harga Berlaku Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 52

4.3 Perkembangan Kredit Konsumsi Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 55

4.4 Perkembangan Tabungan Masyarakat Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 57

4.5 Perkembangan Suku Bunga Kredit Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ... 59


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian ... 82

2. Pengujian Autocorrelation Function ... 84

3. Pengujian Akar Unit ... 89

4. Pengujian Kointegrasi ... 94

5. Hasil Estimasi dengan Metode OLS ... 95

6. Hasil Estimasi dengan Metode ECM ... 96

7. Pengujian Normalitas ... 97

8. Pengujian Linieritas ... 98

9. Pengujian Multikolinieritas ... 99


(17)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN LANGKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat. Di mana konsumsi masyarakat sebagai variabel terikat. Sedangkan PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit sebagai variabel bebas di dalam penelitian ini.

Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Untuk tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 1990-2009. Teknik analisis akan menggunakan regresi linier berganda dengan metode Error Corection Mecanism (ECM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kredit konsumsi mempengaruhi konsumsi masyarakat secara jangka pendek, dimana variabel kredit konsumsi memiliki koefisien terbesar sehingga sangat mempengaruhi perubahan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat. Sedangkan variabel PDRB, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit mempengaruhi konsumsi masyarakat secara jangka panjang, di mana variabel PDRB memiliki koefisien terkecil sehingga memiliki pengaruh yang paling cepat pada jangka panjang terhadap perubahan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.


(18)

ANALYSIS THE INFLUENCE OF FACTORS ON CONSUMPTION IN KABUPATEN LANGKAT

ABSTRACT

This research aim to analysis the influence of factor’s on consumption in Kabupaten Langkat. Where consumption as dependent variable and GDRP, credit, saving and interest rate as independent variables.

For the purpose of analysis, this research used data of time series of year 1990-2009. Econometrics model is used in this research, where the method used is linier regression with Error Correction Mecanism (ECM).

The results show that credit effect the consumption for short run in Kabupaten Langkat. Where, GDRP, saving and interest rate effect the consumption for long run in Kabupaten Langkat.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, apakah itu untuk memenuhi kebutuhan akan makan, kesehatan, pendidikan, hiburan dan kebutuhan lainnya. Pengeluaran masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran konsumsi melekat kepada setiap orang mulai dari lahir hingga akhir hidupnya, artinya setiap orang selama hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Berbagai barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Di mana kegiatan produksi muncul akibat adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya, kegiatan konsumsi muncul akibat ada yang memproduksi barang dan jasa. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga selalu menduduki tempat utama dalam penggunaan produk domestik bruto yaitu sekitar 60% dari produk domestik bruto Indonesia tiap tahunnya. Keadaan ini umum terjadi di negara mana saja bahwa


(20)

konsumsi rumah tangga selalu menduduki tempat utama dalam distribusi penggunaan produk domestik bruto (Suparmoko, 2001).

Keynes berpendapat bahwa pengeluran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh besarnya Pendapatan Nasional yang maknanya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga akan naik secara proporsional bila terjadi peningkatan pendapatan nasional. Menurut Friedman dan Modligiani, bahwa setiap individu akan memperoleh kepuasan yang lebih tinggi apabila mereka dapat mempertahankan pola konsumsi yang stabil daripada kalau harus mengalami kenaikan dan penurunan dalam konsumsi mereka (Mankiw, 2003).

Tetapi Modligiani melanjutkan dengan menyatakan bahwa orang akan berusaha untuk menstabilkan tingkat konsumsi mereka sepanjang masa hidupnya dan juga menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar (JUB) (Suparmoko, 2001).

Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga serta inflasi. Hal ini didukung oleh teori yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya, Mankiw (2003), dengan fungsi dasar konsumsi C = f (Y) atau konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposable. Samuelson (1999), menyebutkan


(21)

bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di masa yang akan datang.

Perkembangan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat dari tahun 2000 sampai tahun 2009 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 2000-2010 (data diolah).

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat Periode 2000-2009

Gambar 1.1 di atas menunjukkan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat yang diproxy melalui konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2000 sampai tahun 2009. Dari grafik terlihat bahwa konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat menunjukkan kecenderungan trend peningkatan yang tinggi dari tahun ke tahun. Di mana pada tahun 2008 merupakan tingkat konsumsi masyarakat Kabupaten

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

K o n su m si ( M il y a r R u p ia h )


(22)

Langkat yang paling tinggi dibandingkan tahun-tahun yang lainnya. Namun, pada tahun 2009 tingkat konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat sedikit mengalami koreksi dan menurun dibandingkan tahun 2008. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya pengaruh inflasi yang cukup tinggi pada tahun 2008 sehingga meningkatkan konsumsi masyarakat akibat kenaikan harga-harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Langkat.

Tabel 1.1. Perbandingan PDRB Harga Berlaku dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009

Tahun

PDRB Harga Berlaku

Konsumsi Masyarakat Milyar Rupiah Milyar Rupiah

2000 5.106,39 1.157,12

2001 5.606,95 1.284,43

2002 6.001,49 1.870,90

2003 6.625,84 2.080,70

2004 7.361,46 2.092,83

2005 8.463,45 2.751,98

2006 9.885,08 3.717,87

2007 11.455,32 3.727,70

2008 13.243,64 5.688,36

2009 15.568,12 4.997,61

Sumber: Data diolah.

Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara PDRB harga berlaku dengan konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat dari tahun 2000 sampai tahun 2009. Data di atas menunjukkan bahwa PDRB harga berlaku Kabupaten Langkat memiliki trend peningkatan dari tahun ke tahun, di mana pada tahun 2000 mengalami peningkatan yang cukup tinggi akibat adanya perubahan tahun dasar perhitungan. Sedangkan konsumsi masyarakat Langkat mengalami trend yang cukup berfluktuatif


(23)

yang terjadi pada tahun 2004, 2007 dan 2009, di mana pada tahun tersebut konsumsi mengalami penurunan yang tajam dibandingkan konsumsi tahun sebelumnya yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut terjadi berbagai krisis, yaitu krisis keuangan dan finansial yang awalnya melanda negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan meluas ke seluruh negara-negara lain di dunia sehingga sedikit banyaknya juga ikut mempengaruhi konsumsi Kabupaten Langkat.

Tabel 1.2. Perbandingan Kredit Konsumsi dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009

Tahun Kredit Konsumsi

Konsumsi Masyarakat Milyar Rupiah Milyar Rupiah

2000 7,59 1.157,12

2001 11,80 1.284,43

2002 14,10 1.870,90

2003 41,99 2.080,70

2004 124,68 2.092,83

2005 191,14 2.751,98

2006 322,75 3.717,87

2007 400,08 3.727,70

2008 603,97 5.688,36

2009 672,09 4.997,61

Sumber: Data diolah.

Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara jumlah kredit konsumsi dengan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat untuk periode 2000-2009. Dari data di atas menunjukkan adanya hubungan positif antara jumlah kredit konsumsi yang disalurkan perbankan dengan konsumsi masyarakat. Di mana pada tahun 2006 dan 2008 terjadi peningkatan konsumsi yang sangat signifikan juga ditandai dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan ke masyarakat. Sedangkan


(24)

pada tahun 2007 dan 2009 yang terjadi penurunan jumlah penyaluran kredit konsumsi juga dibarengi dengan penurunan konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat. Sehingga jika kredit konsumsi mengalami peningkatan akan menyebabkan konsumsi masyarakat akan ikut meningkat juga, demikian sebaliknya.

Keputusan rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi.

Tabel 1.3. Perbandingan Tabungan Masyarakat dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009

Tahun

Tabungan Masyarakat

Konsumsi Masyarakat Milyar Rupiah Milyar Rupiah

2000 398,89 1.157,12

2001 289,93 1.284,43

2002 301,48 1.870,90

2003 226,00 2.080,70

2004 468,63 2.092,83

2005 430,74 2.751,98

2006 578,30 3.717,87

2007 721,69 3.727,70

2008 566,42 5.688,36

2009 567,21 4.997,61

Sumber: Data diolah.

Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara tabungan masyarakat dengan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat untuk periode 2000-2009. Di mana jumlah tabungan secara umum memiliki trend pertumbuhan yang positif, tetapi pada tahun-tahun tertentu sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.


(25)

Sedangkan konsumsi masyarakat selalu meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2009 yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Di mana tabungan mengukur seberapa besar dari pendapatan generasi sekarang disisihkan untuk generasinya sendiri dan generasi mendatang. Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat.

Konsumsi adalah dua pertiga dari GDP (Gross Domestic Brutto), sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi. Model IS-LM menunjukkan bahwa perubahan dalam rencana pengeluaran konsumen bisa menjadi sumber guncangan terhadap perekonomian dan kecenderungan mengkonsumsi marjinal adalah determinan dari pengganda atau multiplier kebijakaan fiskal (Keynes, 2003).

Perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (Substitution Effect) dan efek pendapatan (Income Effect). Efek substitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menurunkan pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah meningkatnya pengeluaran konsumsi dan mengurangi tabungan. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan).


(26)

Tabel 1.4. Perbandingan Suku Bunga Kredit dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009

Tahun

Suku Bunga Kredit

Konsumsi Masyarakat

Persen Milyar Rupiah

2000 15,50 1.157,12

2001 10,25 1.284,43

2002 8,19 1.870,90

2003 12,97 2.080,70

2004 11,42 2.092,83

2005 5,88 2.751,98

2006 4,33 3.717,87

2007 10,49 3.727,70

2008 5,56 5.688,36

2009 9,53 4.997,61

Sumber: Data diolah.

Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara suku bunga kredit dengan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat untuk periode 2000-2009. Di mana dapat dilihat bahwa suku bunga kredit memiliki trend penurunan dari tahun ke tahun, walaupun ada pada tahun 2003 dan 2007 mengalami peningkatan yang cukup tinggi akibat dampak antisipasi berbagai krisis global yang ikut dirasakan oleh Indonesia dan Kabupaten Langkat. Seiring dengan adanya usaha penurunan suku bunga yang diharapkan dapat memacu peningkatan konsumsi dirasa cukup berhasil, di mana konsumsi masyarakat dari tahun ke tahun dapat ditingkatkan. Pada tingkat bunga yang rendah orang tidak begitu suka menabung di bank karena mereka merasa lebih baik melakukan pembelanjaan konsumsi dari pada menabung dan sebaliknya apabila tingkat bunga tinggi orang akan senang menabung/menyimpan uang di bank dengan kompensasi penerimaan bunga tersebut.


(27)

Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu PDRB, jumlah kredit konsumsi, jumlah tabungan masyarakat dan suku bunga kredit. Seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan, konsumsi dan tabungan memiliki hubungan yang erat. Tabungan merupakan pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan. Tabungan juga dipengaruhi oleh suku bunga, di mana tingkat bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh PDRB harga berlaku terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat?

2. Bagaimana pengaruh jumlah kredit konsumsi terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat?

3. Bagaimana pengaruh jumlah tabungan masyarakat terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat?

4. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat?


(28)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh PDRB harga berlaku terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.

2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah kredit konsumsi terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.

3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah tabungan masyarakat terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.

4. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga kredit terhadap konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan dan pemantapan teori dan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah di Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(29)

2. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber referensi bagi peneliti yang berminat dengan pembahasan yang sejenis di masa mendatang.

3. Sebagai bahan masukan untuk para pengambil kebijakan ekonomi daerah khususnya di Kabupaten Langkat.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsumsi

Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya “economics” memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan

pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran.

Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Consumption”. Konsumsi adalah

pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:


(31)

Di mana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.

2.1.1 Teori-teori Konsumsi

1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya


(32)

bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut:

C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ... (2.2) Keterangan:

C = konsumsi

Y = pendapatan disposibel a = konstanta

b = kecenderungan mengkonsumsi marginal (Mankiw, 2003)

Secara grafis, fungsi konsumsi Keynes digambarkan sebagai berikut: C (konsumsi)

Y=C C

Co

0 Y (Pendapatan)

Gambar 2.1. Fungsi Konsumsi Keynes

Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes (Soediyono Reksoprayitno, 2000):


(33)

1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

3. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.

4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. 2. Teori Konsumsi Milton Friedman

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah (Guritno Mangkoesoebroto, 1998):

1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.


(34)

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Secara grafis fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen ditunjukkan seperti pada Gambar 2.2:

Consumption of C1 first period

A Budget Y2(t+i2) Line

D H

J J3

E I J2

Y1 C1 J1

C2

F G C2

O B Consumption of Y2 Y1(t+i) Second period


(35)

Gambar 2.2 menunjukkan gambar indifference curves dan budget line. Konsumen ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkonsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kurva indiferen (slope indifference curves) sama dengan garis anggaran (budget line). Dalam teori perilaku konsumen, indifference curves menggambarkan dua barang yang dikonsumsi, dalam teori Permanent Income Hypotesis dua barang yang dikonsumsi tersebut ditukar dengan konsumsi pada periode pertama dan konsumsi pada periode kedua. Budget line diumpamakan sebagai garis pendapatan.

Ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu pendapatan pada periode pertama, pendapatan pada periode kedua dan tingkat bunga. Pada Gambar 2.2. dapat dilihat bahwa:

1. OA = OB = Jumlah total pendapatan untuk periode satu dan periode kedua 2. OD = Pendapatan periode pertama

3. AD = Pendapatan periode kedua yang didiscount

4. OF = Pendapatan periode kedua

5. FB = Pendapatan periode pertama yang ditambah bunga (i).

6. Pada saat pendapatan periode pertama Y1, konsumen mengkonsumsi barang pada periode satu sebesar C1. Sisanya DE disimpan. Pada periode kedua, ketika pendapatan hanya mencapai Y2, agar kepuasan maksimum, ia akan mengkonsumsi sebesar C2.

7. Pada saat itu C2 > Y2, hal ini dapat terjadi karena konsumen menggunakan saving


(36)

mencapai kepuasan yang maksimum selama dua periode, pertama ia mengkonsumsi sebesar C1 dan pada periode kedua mengkonsumsi sebesar C2. 8. Dengan kata lain, hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini

tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi lebih pada Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal) yang disebut sebagai permanent income.

Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC (Marginal Propencity to Consume) dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 2001).

3. Teori Konsumsi Franco Modigliani

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan


(37)

membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Dari pembagian tahapan usia tersebut di atas, kemudian diperjelas dengan menggunakan pendekatan kurva seperti pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3. Fungsi Konsumsi Modigliani

Gambar 2.3 menjelaskan bahwa pada tahap I pada usia 0 tahun hingga t0

tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya dalam kondisi dissaving. Pada usia t0 tahun hingga usia t1 tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya

seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi kondisinya masih ada ketergantungan dengan orang lain. Tahap II, pada usia t1 tahun hingga usia t2

tahun menunjukkan orang berkonsumsi sepenuhnya dalam kondisi saving artinya pengeluaran konsumsinya sudah tidak lagi tergantung pada orang lain. Dan pada tahap III, ketika seseorang pada usia tua (sudah tidak produktif) di mana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga


(38)

seseorang tersebut dapat dikatakan bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi

dissaving.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 2001).

4. Teori Konsumsi James Dusenberry

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan tabungan akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita


(39)

jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Soediyono Reksoprayitno, 2000).

Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu (Guritno, 1998): 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen.

Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran

seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Dusenberry akibat dari adanya pendapatan relatif adalah sebagai berikut:

C / Yt = f [ Y / Y* ] ………..(2.3)

Di mana:

Yt = pendapatan pada tahun t

Y* = pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu

Bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan kurva seperti pada Gambar 2.4 berikut:


(40)

Gambar 2.4. Fungsi Konsumsi Dusenberry

CL menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila

pendapatan sebesar OYo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi adalah BYo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OY0 menjadi OY1, maka

pengeluaran konsumsi tidak akan turun ke titik E pada kurva pengeluaran jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Dalam hal ini pada saat terjadinya penurunan pendapatan, pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan.

Dari pengamatan yang dilakukan Dusenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya bila pendapatan


(41)

turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high consumption).

5. Teori Konsumsi Irving Fisher

Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan.

Dengan kata lain konsumen menghadapi batasan atas beberapa banyak yang mereka bisa belanjakan, yang disebut batal atau kendala anggaran (budget constraint). Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan mengkonsumsi hari ini versus berapa banyak akan menabung untuk masa depan, mereka menghadapi batasan anggaran antar waktu (intertemporal budget constaint), yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan di masa depan (Mankiw, 2003). 2.1.2 Beberapa Variabel Lain yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi

Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan perkapita, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan tingkat bunga seperti sebagai berikut:


(42)

Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift).

b. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah, yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.

c. Kekayaan

Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukkan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.


(43)

Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital.

e. Tingkat Harga

Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proporsional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes. f. Barang Tahan Lama

Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, maka orang tersebut tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang


(44)

akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.

2.2 Hubungan Antara PDRB Harga Berlaku dengan Konsumsi

Teori yang dikemukakan oleh Keynes dinamakan absolute income hypothesis

atau hipotesis pendapatan mutlak. Ciri-ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak, yang pertama faktor penentu terpenting besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan pada suatu periode adalah pendapatan yang diterima dalam periode tersebut. Terdapat hubungan yang positif diantara konsumsi dengan pendapatan, yaitu semakin tinggi pendapatan semakin banyak tingkat konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Ciri ini sesuai dengan sifat manusia yang telah diobservasi dalam teori perilaku konsumen, yaitu keinginan manusia yang tidak terbatas, tetapi kemampuan untuk memenuhi keinginannya tersebut dibatasi oleh perubahan faktor-faktor produksi atau pendapatan yang dimilikinya. Maka semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula pembelanjaan rumah tangga.

Teori pendapatan relatif yang dikemukakan James Dusenberry menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi pada jangka pendek. Di mana pertambahan pendapatan tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, melainkan akan lebih memilih menambah jumlah tabungan dan sebaliknya jika pendapatan


(45)

menurun maka tingkat konsumsi tidak akan selalu terjebak pada biaya tinggi (high consumption). Dengan demikian berdasarkan teori Keynes dan Dusenberry di atas, akan terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan konsumsi yang terjadi pada jangka panjang.

2.3 Hubungan Antara Kredit dengan Konsumsi

Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari, tetapi ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang harus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit (Suparmoko, 2001).

Teori hipotesis siklus hidup oleh Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi


(46)

oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/ pendapatan yang rendah pada usia muda sehingga akan mencoba mendapatkan pendapatan tambahan melalui berbagai pinjaman untuk dapat memenuhi konsumsinya, tinggi pada usia menengah yang akan meningkatkan kecenderungan menabung dan membayar berbagai pinjaman pada periode sebelumnya dan kembali rendah pada usia tua. Berdasarkan penjabaran di atas dapat diambil hubungan yang positif antara kredit dengan konsumsi yang akan memberikan pengaruh dalam jangka pendek. Di mana kredit akan dapat menambah pendapatan yang akan digunakan secara langsung untuk dapat memenuhi konsumsi yang diinginkan sebelum adanya kredit tersebut.

2.4 Hubungan Antara Tabungan Masyarakat dengan Konsumsi

Tabungan merupakan kelebihan pendapatan seseorang yang diperoleh setelah melakukan konsumsi. Tabungan pada dasarnya terbagi dua yaitu tabungan pemerintah dan masyarakat, di mana tabungan pemerintah merupakan selisih antara pendapatan agregat yang dikurangi dengan konsumsi dan pajak, sedangkan tabungan masyarakat merupakan jumlah kelebihan pendapatan yang disimpan diperbankan. Tabungan secara umum memiliki manfaat yang cukup besar terhadap konsumsi, jika konsumsi lebih tinggi dibandingkan pendapatan maka tabungan dapat dipergunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Hal ini diperkuat oleh teori siklus hidup yang dikembangkan oleh Franco Modigliani, di mana pada teori ini dijelaskan hubungan tingkat tabungan dengan konsumsi, memiliki hubungan yang negatif. Jika tabungan


(47)

tinggi maka konsumsi akan rendah dan jika tabungan menurun akan menyebabkan konsumsi meningkat.

Teori yang dikemukakan oleh James Dusenberry juga memperkuat hubungan antara tabungan dengan konsumsi, di mana dia menyatakan bahwa pada tingkat konsumsi yang tinggi akan menggerus ketersediaan tabungan untuk dapat mengimbangi tingkat konsumsi yang tinggi dengan pendapatan yang menurun sesuai dengan kondisi siklus hidup manusia. Dengan demikian tabungan akan mempengaruhi konsumsi pada jangka panjang dikarena pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi terkumpul dalam periode yang panjang. Oleh karena itu, terdapat hubungan negatif antara tabungan dengan konsumsi untuk jangka panjang.

2.5 Hubungan Antara Suku Bunga dengan Konsumsi

Di dalam teorinya Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital (suku bunga) karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Kemudian Milton Friedman juga menyatakan bahwa suku bunga akan memberikan pengaruh terhadap


(48)

konsumsi untuk jangka panjang, dikarena pendapatan periode berikutnya sangat terkait dengan tingkat suku bunga dari berbagai tabungan dan investasi yang dimiliki.

Suku bunga merupakan salah satu fungsi dari konsumsi, di mana tingkat suku bunga akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap tingkat konsumsi. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut, bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. Dari ilustrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara tingkat suku bunga dengan tingkat konsumsi.

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Marsidin (2002), meneliti tentang determinan pengeluaran konsumsi rumah tangga berstatus buruh/karyawan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel ekonomi (gaji/upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik demografi, pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial dengan model regresi double log diketahui bahwa elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi tergantung kepada tingkat pendidikan, usia dan tempat tinggal.

2. Nurhayati dan Rachman (2003), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi konsumsi masyarakat di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan


(49)

bahwa PDRB, jumlah penduduk dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap konsumsi masyarakat.

3. Briliant Vanda Kusuma (2008), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode ECM (Error Corection Model). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional, inflasi dan suku bunga deposito, sedangkan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian.

4. Khairani Siregar (2009), menganalisis determinan konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis dari penelitian menyebutkan bahwa variabel pendapatan nasional, suku bunga deposito dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia, sedangkan jumlah uang kuasi memiliki efek multikolinieritas dengan pendapatan nasional sehingga tidak diikutsertakan ke dalam model penelitian.

5. Pratiwi (2010), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode ECM (Error Corection Model). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional, penerimaan pajak, inflasi dan suku bunga deposito,


(50)

sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian.

2.7 Kerangka Konseptual

Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu:

C = f (Y) ... (2.4)

persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut consumption function

(Mankiw, 2003).

Teori siklus hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah:

C = aWR + cYL ...(2.5)

di mana WR merupakan kekayaan riil, a adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja.


(51)

Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal. Bentuk lain fungsi konsumsinya adalah:

C = f (YP,i)...(2.6) di mana YP adalah permanent income dan i adalah real interest rate.

Dengan demikian hubungan antara PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit terhadap konsumsi masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5. Diagram Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat PDRB

Kredit Konsumsi

Konsumsi Masyarakat Tabungan Masyarakat


(52)

2.8 Hipotesis

1. PDRB harga berlaku berpengaruh positif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus.

2. Kredit konsumsi berpengaruh positif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus.

3. Tabungan masyarakat berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus.

4. Suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan masalah mengenai konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat dari tahun 1990 sampai tahun 2009. Dengan variabel bebasnya adalah PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit. Sedangkan konsumsi masyarakat sebagai variabel terikatnya.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu tahunan dari tahun 1990 sampai tahun 2009 yang bersumber dari BPS, Bank Indonesia dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer Eviews 6 dalam mengolah dan menganalisis data penelitian di dalam tesis ini.


(54)

3.4 Model Analisis

Model analisis yang akan digunakan merupakan model ekonometrika dengan teknik analisis menggunakan regresi linier berganda dengan metode Error Correction Mecanism (ECM) yang dapat difungsikan sebagai berikut:

Konsumsi = f(PDRB, Kredit, Tabungan, Suku Bunga) ... (3.1) Dari fungsi konsumsi di atas dapat dijabarkan ke dalam persamaan penelitian sebagai berikut ini:

∆Kt = â0 + â1∆Pt + â2∆KKt + â3∆St + â4∆It + â5µt-1 + åt ... (3.2)

Di mana:

∆K = Perubahan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat (milyar rupiah)

∆P = Perubahan PDRB Kabupaten Langkat (milyar rupiah)

∆KK = Perubahan kredit konsumsi Kabupaten Langkat (milyar rupiah)

∆S = Perubahan tabungan masyarakat Kabupaten Langkat (milyar rupiah)

∆I = Perubahan suku bunga kredit perbankan Kabupaten Langkat (persen)

â0 = Intersep

â1–â5 = Koefisien regresi

µt-1 = Error Correction Term (ECT)

t = Tahun


(55)

3.5 Uji Stasioneritas

3.5.1 Uji Autocorrelation Function (AFC)

Salah satu pengujian stasioneritas data adalah dengan menggunakan uji

autocorrelation function (AFC). Nilai AFC (ñk) pada lag k dapat dirumuskan sebagai

berikut:

varian k lag pada kovarian 

k

 ... (3.3)

Nilai kovarian dan varian diukur dengan unit pengukuran yang sama, sehingga nilai ñk merupakan suatu nilai. Besarnya nilai ñk adalah antara -1 dan 1. Jika

kita plot ñk dengan k, maka akan diperoleh gambar yang kita sebut dengan population correlogram. Karena dalam analisa pada umumnya kita gunakan sampel maka akan mendapatkan sample correlogram.

3.5.2 Uji Akar Unit

Uji ini juga digunakan untuk melihat apakah data runtun waktu yang dianalisis berbentuk stasioner atau tidak. Uji ini sangat populer dan dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Adapun persamaan uji akar unit Dickey-Fuller adalah sebagai berikut:

Yt = ñYt-1 + µt -1 ≤ñ≤ 1 ... (3.4)

di mana µt adalah white noise error term.

Jika nilai ñ = 1, dalam kasus uji akar unit, persamaan di atas menjadi model

random walk yang artinya data tidak stasioner. Selanjutnya dalam proses pengujian akar unit, dilakukan manipulasi yaitu dengan mengurangkan masing-masing sisi (kiri


(56)

dan kanan) dari persamaan di atas dengan Yt-1, sehingga kita memperoleh persamaan

sebagai berikut:

Yt– Yt-1 = ñYt-1– Yt-1 + µt

Yt– Yt-1 = (ñ-1)Yt-1 + µt

∆Yt = äYt-1 + µt ... (3.5)

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut:

H0 : ä = 0 (data tidak stasioner)

H1 : ä≠ 0 (data stasioner)

Adapun kriteria keputusannya adalah jika nilai ADF statistik > nilai kritisnya maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data mengalami masalah akar unit atau data tidak stasioner.

3.6 Uji Kointegrasi

Dalam ekonometrika, variabel yang saling berkointegrasi menggambarkan keadaan keseimbangan jangka panjang. Variabel bebas dan variabel terikat dapat berkointegrasi pada derajat integrasi satu atau I(1). Oleh karena itu, suatu regresi yang variabel-variabelnya tidak stasioner pada level (derajat nol) bukan berarti regresi yang dihasilkan adalah supurious regression (regresi palsu). Dapat saja terjadi ketika masing-masing variabel dilakukan pembedaan pertama (first difference), kedua variabel sudah stasioner dan keduanya dapat saja saling berkointegrasi. Untuk pengujian dapat dilakukan dengan teknik Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW) Test yang dikembangkan oleh Sargan dan Bhargava.


(57)

Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai DW stat yang

diperoleh dari hasil estimasi dengan nilai DW tabel yang tersaji pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Nilai CRDW tabel pada Berbagai Tingkat Signifikansi

Tingkat

signifikansi (á) 0,01 0,05 0,10

DW tabel 0,511 0,386 0,322

Sumber: Ario Pratomo, 2007.

Adapun kriteria keputusannya adalah apabila nilai DWstat > DWtabel, maka

nilai residual sudah stasioner dan terjadi kointegrasi antar variabel. Cara lain untuk melihat apakah ada hubungan kointegrasi antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah dengan menggunakan Engle-Granger (EG) atau Augmented Engle-Granger (AEG) Test.

3.7 Uji Kesesuaian Model

3.7.1 Koefisien Determinan (R Square)

Koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel bebas memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel terikat. Di mana jika R2 = 0, artinya variabel-variabel bebas tidak dapat menerangkan hubungan terhadap variabel terikat. Sedangkan jika R2 = 1, artinya variabel-variabel bebas mampu menerangkan hubungan terhadap variabel terikat.


(58)

3.7.2 Uji t

Merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Pengaruh variabel independen yaitu PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit terhadap konsumsi masyarakat dilakukan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai t hitung dapat

diperoleh melalui rumus berikut ini:

1 1

Sb b b thitung

  di mana:

b1 = Koefisien variabel bebas ke 1

b = Nilai hipotesis nol

Sb1 = Simpangan baku dari variabel bebas ke 1

Berdasarkan Uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Ho : âi = 0

Ha : âi ≠ 0

Dengan kriteria sebagai berikut: Ho diterima jika t hitung < t tabel

Artinya ada variabel bebas (PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit) yang tidak secara nyata mempengaruhi variabel terikat (konsumsi masyarakat).


(59)

Ho ditolak jika t hitung > t tabel

Artinya ada variabel bebas (PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit) yang secara nyata mempengaruhi variabel terikat (konsumsi masyarakat).

3.7.3 Uji F

Merupakan pengujian untuk melihat seberapa besar variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini juga dilakukan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai F hitung dapat diperoleh melalui rumus berikut

ini:

n k

R k R Fhitung

 

2

2

1

1

di mana:

R2 = Koefisien determinan k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: Ho : â1 = â2 = â3 = â4 = 0

Ha : â1 = â2 = â3 = â4 ≠ 0 (paling sedikit satu variabel)


(60)

Ho diterima jika F hitung≤ F tabel

Artinya seluruh variabel bebas (PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit) tidak secara nyata mempengaruhi variabel terikat (konsumsi masyarakat).

Ho ditolak jika F hitung > F tabel

Artinya seluruh variabel bebas (PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit) secara nyata mempengaruhi variabel terikat (konsumsi masyarakat).

3.8 Uji Asumsi Klasik 3.8.1 Uji Normalitas

Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varians infinitif

(ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar). Hasil pendugaan yang memiliki varians infinitif menyebabkan pendugaan dengan metode OLS akan menghasilkan nilai dugaan yang not meaningful (tidak berarti). Hal ini mengindikasikan bahwa uji F dan t terhadap parameter pendugaan tidak mempunyai nilai. Hasil Penelitian yang memiliki ragam yang besar membuat hasil pendugaan tidak efektif, namun hasil uji F dan t terhadap parameter penduga masih memiliki nilai (Verbeek et. al, 2000 dan Thomas, 1997). Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menguji Normalitas adalah Jarque-Bera test. Uji statistik ini dapat dihitung dengan rumus berikut:


(61)

                     24 3 6 2 2 4 3 2 2 3     n JB ... (3.5) di mana:

n = jumlah sampel µ2 = varians µ3 = skewness µ4 = kurtosis

Jarque-Bera test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas dua. Jika hasil Jarque-Bera test lebih besar dari nilai chi square pada á=5 persen, maka tolak hipotesis nul yang berarti tidak berdistribusi normal. Jika hasil Jarque-Bera test

lebih kecil dari nilai chi square pada á=5 persen, maka terima hipotesis nul yang berarti erro term berdistribusi normal.

3.8.2 Uji Linieritas

RESET test pertama kali diperkenalkan oleh Ramsey pada 1969 yang berawal dari ide bahwa jika tidak terdapat nonlinearitas maka berbagai transformasi nonlinear dari ft

 

X~t'

ˆ tidak memberikan manfaat untuk menyatakan yt (Kim, et.al., 2004). Prosedur uji pada RESET test dapat dijelaskan sebagai berikut:

(i) Regresikan yt pada X~t' sehingga diperoleh model linear

t t

t

f

e


(62)

(ii) Tambahkan model linear dalam bentuk t k t k t

t a f a f

eˆ  2 2 ... 

untuk suatu

k

2

sehingga diperoleh model alternatif

t k t k t t

t X a f a f

y

~'  2 2 ... 

untuk suatu

k

2

(iii) Test dilakukan dengan menguji hipotesis

H

0

:

a

2

a

k

0

. Jika

e

e

n

e

ˆ

ˆ

1

,

,

ˆ

adalah nilai-nilai residual prediksi dari model linear pada

(6) dan

ˆ

v

ˆ

1

,

,

v

ˆ

n

adalah residual dari model alternatif pada (7) maka statistik ujinya adalah

RESET =

   

k n v v k v v e e    / ˆ ' ˆ 1 / ˆ ' ˆ ˆ ' ˆ ... (3.6)

H0 ditolak jika RESET > F(k-1,n-k).

Untuk uji ini nilai k ditentukan lebih dahulu. Model pada (7) dapat menimbulkan kolinearitas pada variabel-variabel independennya sehingga dihindari dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(i) Bentuk komponen-komponen utama dari

ft2,, ftk

(ii) Pilih p* < (k-1) yang terbesar, kecuali komponen utama pertama sedemikian hingga sudah tidak kolinear dengan X~t'

(iii) Regresikan yt pada ' ~

t

X dan hasil dari (i) dan (ii) sehingga menghasilkan


(63)

RESET1 =

  

k n u u p u u e e   / ˆ ' ˆ * / ˆ ' ˆ ˆ ' ˆ ... (3.7)

H0 ditolak jika RESET1 > F(p*,n-k).

3.8.3 Uji Multikolinieritas

Merupakan pengujian untuk mengetahui apakah adanya hubungan linier yang kuat diantara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Multikolinieritas akan mempengaruhi interpretasi hasil regresi model yang diuji. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinier adalah dengan cara membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Jika nilai r2 > R2, maka model regresi tersebut menunjukkan adanya multikolinier. Sedangkan jika nilai r2 < R2, maka model regresi tersebut telah terbebas dari masalah multikolinieritas.

3.8.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan yang terjadi antara variabel-variabel dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Dengan kata lain, autokorelasi akan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Adapun alat penguji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah:

Lagrange Multiplier Test (LM Test)

Uji ini dikembangkan oleh Breusch-Godfrey, sehingga dikenal juga dengan sebutan The Breusch-Godfrey (BG) Test. Perhatikan model persamaan berikut ini:


(64)

t 1 1 0

t X

Y   

... (3.11)

Pada uji ini diasumsikan bahwa ìt mengikuti model otoregresif ordo

p(AR(P))1, dengan bentuk sebagai berikut:

t t 3

t 3 2 t 2 1 t 1

t       ...   

   

... (3.12) Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : ñ1= ñ2 = … = ññ = 0

Ha : Tidak demikian

Dengan demikian apabila kita tidak memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis, maka gejala autokorelasi tidak ada.

3.9 Definisi Operasional

1. Konsumsi masyarakat merupakan agregat seluruh konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Langkat, dalam satuan milyar rupiah.

2. PDRB merupakan agregat pendapatan seluruh komponen ekonomi di Kabupaten Langkat berdasarkan harga berlaku, dalam satuan milyar rupiah. 3. Kredit konsumsi merupakan akumulasi kredit konsumsi yang disalurkan

perbankan yang ada di Kabupaten Langkat, dalam satuan milyar rupiah. 4. Tabungan masyarakat merupakan akumulasi dari simpanan, deposito dan giro

yang tersimpan pada perbankan di Kabupaten Langkat, dalam satuan milyar rupiah.


(65)

5. Suku bunga kredit merupakan tingkat rata-rata suku bunga kredit tertinggi untuk sektor perbankan, dalam satuan persen.


(66)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian 4.1.1 Konsumsi Masyarakat

Perkembangan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat selama periode penelitian menunjukkan trend peningkatan dari tahun ke tahun. Di mana trend peningkatan tersebut mengalami lonjakan yang cukup tinggi setelah tahun 2000. Adapun perkembangan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009

Tahun

Konsumsi

Masyarakat Pertumbuhan Tahun

Konsumsi

Masyarakat Pertumbuhan

Milyar Rupiah % Milyar Rupiah %

1990 559.61 - 2000 1157.12 15.11

1991 604.26 7.98 2001 1284.43 11.00

1992 689.48 14.10 2002 1870.90 45.66

1993 710.01 2.98 2003 2080.70 11.21

1994 750.55 5.71 2004 2092.83 0.58

1995 820.06 9.26 2005 2751.98 31.50

1996 951.25 16.00 2006 3717.87 35.10

1997 995.91 4.69 2007 3727.70 0.26

1998 987.56 -0.84 2008 5688.36 52.60

1999 1005.26 1.79 2009 4997.61 -12.14


(67)

Dari tabel di atas dan gambar di bawah dapat dilihat bahwa sebelum tahun 2000, perkembangan konsumsi relatif memiliki trend peningkatan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi kenaikan harga yang tercermin dari tingkat inflasi cukup stabil kecuali pada masa krisis moneter yang melanda Indonesia pada periode 1997-1999. Kemudian setelah tahun 2000, konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat mulai mengalami trend yang berfluktuatif walaupun secara umum mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang dirasa kurang stabil, di mana akibat dampak dari berbagai krisis (krisis keuangan dan finansial) yang melanda berbagai negara maju yang berimbas kepada negara Indonesia. Kondisi inilah yang menyebabkan ketidakstabilan harga yang tercermin dari laju inflasi yang relatif tinggi.

Gambar 4.1. Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 0,00 1000,00 2000,00 3000,00 4000,00 5000,00 6000,00 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9


(1)

Lampiran 7. Pengujian Normalitas

0 1 2 3

-300 -200 -100 0 100 200 300

Series: Residuals Sample 1991 2009 Observations 19 Mean 4.64e-14 Median -2.498658 Maximum 265.5773 Minimum -264.2117 Std. Dev. 165.7573 Skewness 0.014331 Kurtosis 1.833610 Jarque-Bera 1.077686 Probability 0.583423


(2)

Lampiran 8. Pengujian Linieritas

Ramsey RESET Test:

F-statistic 2.263583 Prob. F(2,11) 0.1502 Log likelihood ratio 6.549221 Prob. Chi-Square(2) 0.0378

Test Equation:

Dependent Variable: D(K) Method: Least Squares Date: 05/07/11 Time: 07:55 Sample: 1991 2009

Included observations: 19

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 50.14496 74.40789 0.673920 0.5143 D(P) -0.022941 0.125979 -0.182100 0.8588 D(KK) 3.430586 2.319523 1.479005 0.1672 D(S) 0.512219 0.625952 0.818303 0.4306 D(I) 2.801873 8.713542 0.321554 0.7538 ECT(-1) -1.256655 0.342785 -3.666014 0.0037 FITTED^2 0.000358 0.000571 0.626181 0.5440 FITTED^3 1.95E-10 2.44E-07 0.000796 0.9994 R-squared 0.931507 Mean dependent var 233.5789 Adjusted R-squared 0.887921 S.D. dependent var 533.0905 S.E. of regression 178.4690 Akaike info criterion 13.50227 Sum squared resid 350363.2 Schwarz criterion 13.89993 Log likelihood -120.2716 Hannan-Quinn criter. 13.56957 F-statistic 21.37159 Durbin-Watson stat 1.627387 Prob(F-statistic) 0.000014


(3)

Lampiran 9. Pengujian Multikolinieritas

Model Parsial 1

Dependent Variable: D(P) Method: Least Squares Date: 05/07/11 Time: 07:56 Sample (adjusted): 1991 2009

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 489.1017 124.0878 3.941576 0.0015 D(KK) 7.495016 1.884862 3.976427 0.0014 D(S) -0.513350 1.135962 -0.451907 0.6583 D(I) 12.89949 20.10913 0.641474 0.5316 ECT(-1) 1.356367 0.572918 2.367471 0.0329 R-squared 0.675207 Mean dependent var 779.0942 Adjusted R-squared 0.582409 S.D. dependent var 676.3488 S.E. of regression 437.0652 Akaike info criterion 15.21898 Sum squared resid 2674364. Schwarz criterion 15.46751 Log likelihood -139.5803 Hannan-Quinn criter. 15.26104 F-statistic 7.276096 Durbin-Watson stat 2.264887 Prob(F-statistic) 0.002183

Model Parsial 2

Dependent Variable: D(KK) Method: Least Squares Date: 05/07/11 Time: 07:56 Sample (adjusted): 1991 2009

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -18.17555 16.82607 -1.080201 0.2983 D(P) 0.070766 0.017796 3.976427 0.0014 D(S) -0.004976 0.111174 -0.044760 0.9649 D(I) -1.983416 1.910296 -1.038276 0.3167 ECT(-1) -0.062750 0.063707 -0.984979 0.3414 R-squared 0.564017 Mean dependent var 35.29368 Adjusted R-squared 0.439450 S.D. dependent var 56.72366 S.E. of regression 42.46893 Akaike info criterion 10.55636 Sum squared resid 25250.54 Schwarz criterion 10.80489 Log likelihood -95.28539 Hannan-Quinn criter. 10.59842


(4)

Model Parsial 3

Dependent Variable: D(S) Method: Least Squares Date: 05/07/11 Time: 07:57 Sample (adjusted): 1991 2009

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 43.55185 40.45761 1.076481 0.2999 D(P) -0.028007 0.061975 -0.451907 0.6583 D(KK) -0.028754 0.642403 -0.044760 0.9649 D(I) -3.530025 4.671211 -0.755698 0.4624 ECT(-1) 0.243439 0.144375 1.686164 0.1139 R-squared 0.186636 Mean dependent var 29.53789 Adjusted R-squared -0.045754 S.D. dependent var 99.82953 S.E. of regression 102.0878 Akaike info criterion 12.31048 Sum squared resid 145906.8 Schwarz criterion 12.55901 Log likelihood -111.9495 Hannan-Quinn criter. 12.35254 F-statistic 0.803115 Durbin-Watson stat 2.430836 Prob(F-statistic) 0.543175


(5)

Model Parsil 4

Dependent Variable: D(I) Method: Least Squares Date: 05/07/11 Time: 07:57 Sample (adjusted): 1991 2009

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.690007 2.353773 -0.293149 0.7737 D(P) 0.002213 0.003451 0.641474 0.5316 D(KK) -0.036047 0.034718 -1.038276 0.3167 D(S) -0.011103 0.014692 -0.755698 0.4624 ECT(-1) 0.009373 0.008520 1.100110 0.2898 R-squared 0.236354 Mean dependent var -0.261579 Adjusted R-squared 0.018170 S.D. dependent var 5.778035 S.E. of regression 5.725302 Akaike info criterion 6.548602 Sum squared resid 458.9072 Schwarz criterion 6.797139 Log likelihood -57.21172 Hannan-Quinn criter. 6.590664 F-statistic 1.083276 Durbin-Watson stat 1.675968 Prob(F-statistic) 0.401997


(6)

Lampiran 10. Pengujian Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.246264 Prob. F(2,11) 0.7859 Obs*R-squared 0.814272 Prob. Chi-Square(2) 0.6656

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/07/11 Time: 07:55 Sample: 1991 2009

Included observations: 19

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -26.42390 95.00480 -0.278132 0.7861 D(P) 0.052201 0.152916 0.341368 0.7393 D(KK) -0.264604 1.464475 -0.180682 0.8599 D(S) 0.037344 0.563838 0.066232 0.9484 D(I) -1.851512 11.55834 -0.160188 0.8756 ECT(-1) -0.269087 0.501798 -0.536246 0.6025 RESID(-1) 0.282120 0.484720 0.582027 0.5723 RESID(-2) -0.305260 0.502315 -0.607706 0.5557 R-squared 0.042856 Mean dependent var 4.64E-14 Adjusted R-squared -0.566235 S.D. dependent var 165.7573 S.E. of regression 207.4442 Akaike info criterion 13.80316 Sum squared resid 473363.8 Schwarz criterion 14.20082 Log likelihood -123.1300 Hannan-Quinn criter. 13.87046 F-statistic 0.070361 Durbin-Watson stat 1.805302 Prob(F-statistic) 0.999073