BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam  kehidupan  sehari-hari,  setiap  orang  selalu  berhubungan  dengan konsumsi,  apakah  itu  untuk  memenuhi  kebutuhan  akan  makan,  kesehatan,
pendidikan,  hiburan  dan  kebutuhan  lainnya.  Pengeluaran  masyarakat  untuk memenuhi  segala  kebutuhannya  tersebut  dinamakan  dengan  pembelanjaan  atau
konsumsi. Pengeluaran konsumsi melekat kepada setiap orang mulai dari lahir hingga akhir hidupnya, artinya setiap orang selama hidupnya melakukan kegiatan konsumsi.
Oleh  karena  itu,  kegiatan  konsumsi  memegang  peranan  penting  dalam  kehidupan manusia.
Berbagai barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan  dalam  pemenuhan  kebutuhan  hidupnya.  Di  mana  kegiatan  produksi
muncul  akibat  adanya  kegiatan  konsumsi.  Sebaliknya,  kegiatan  konsumsi  muncul akibat  ada  yang  memproduksi  barang  dan  jasa.  Oleh  karena  itu,  kegiatan  konsumsi
sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Pengeluaran  konsumsi  rumah  tangga  selalu  menduduki  tempat  utama  dalam penggunaan  produk  domestik  bruto  yaitu  sekitar  60  dari  produk  domestik  bruto
Indonesia  tiap  tahunnya.  Keadaan  ini  umum  terjadi  di  negara  mana  saja  bahwa
Universitas Sumatera Utara
konsumsi rumah tangga selalu menduduki tempat utama dalam distribusi penggunaan produk domestik bruto Suparmoko, 2001.
Keynes  berpendapat  bahwa  pengeluran  konsumsi  rumah  tangga  dipengaruhi oleh  besarnya  Pendapatan  Nasional  yang  maknanya  bahwa  pengeluaran  konsumsi
rumah  tangga  akan  naik  secara  proporsional  bila  terjadi  peningkatan  pendapatan nasional. Menurut Friedman dan Modligiani, bahwa setiap individu akan memperoleh
kepuasan  yang  lebih  tinggi  apabila  mereka  dapat  mempertahankan  pola  konsumsi yang stabil daripada kalau harus mengalami kenaikan dan penurunan dalam konsumsi
mereka Mankiw, 2003. Tetapi  Modligiani  melanjutkan  dengan  menyatakan  bahwa  orang  akan
berusaha untuk menstabilkan tingkat konsumsi mereka sepanjang masa hidupnya dan juga  menganggap  penting  peranan  kekayaan  assets  sebagai  penentu  tingkah  laku
konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan
harga surat-surat berharga atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar JUB Suparmoko, 2001.
Konsumsi  masyarakat  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor,  diantaranya  faktor pendapatan,  kekayaan,  tingkat  suku  bunga  serta  inflasi.  Hal  ini  didukung  oleh  teori
yang  telah  dikembangkan  oleh  para  ahli  ekonomi.  Keynes  menyatakan  bahwa pengeluaran  konsumsi  masyarakat  tergantung  berbanding  lurus  dengan  tingkat
pendapatannya,  Mankiw  2003,  dengan  fungsi  dasar  konsumsi  C  =  f  Y  atau konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposable. Samuelson 1999, menyebutkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk  konsumsi  adalah  pendapatan  disposable  sebagai  faktor  utama,  pendapatan
permanen  dan  pendapatan  menurut  daur  hidup,  kekayaan  dan  faktor  permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di masa yang akan
datang. Perkembangan  konsumsi  masyarakat  Kabupaten  Langkat  dari  tahun  2000
sampai tahun 2009 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 2000-2010 data diolah.
Gambar  1.1.  Perkembangan  Konsumsi  Masyarakat  Kabupaten  Langkat Periode 2000-2009
Gambar  1.1  di  atas  menunjukkan  konsumsi  masyarakat  Kabupaten  Langkat yang  diproxy  melalui  konsumsi  rumah  tangga  sepanjang  tahun  2000  sampai  tahun
2009.  Dari  grafik  terlihat  bahwa  konsumsi  masyarakat  Kabupaten  Langkat menunjukkan  kecenderungan  trend  peningkatan  yang  tinggi  dari  tahun  ke  tahun.
Di  mana  pada  tahun  2008  merupakan  tingkat  konsumsi  masyarakat  Kabupaten
1000 2000
3000 4000
5000 6000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
K o
n su
m si
M il
y a
r R
u p
ia h
T a h u n
Universitas Sumatera Utara
Langkat  yang  paling  tinggi  dibandingkan  tahun-tahun  yang  lainnya.  Namun,  pada tahun  2009  tingkat  konsumsi  masyarakat  Kabupaten  Langkat  sedikit  mengalami
koreksi  dan  menurun  dibandingkan  tahun  2008.  Hal  ini  kemungkinan  disebabkan adanya pengaruh  inflasi yang cukup  tinggi pada tahun 2008 sehingga  meningkatkan
konsumsi masyarakat akibat kenaikan harga-harga barang dan jasa  yang dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Langkat.
Tabel  1.1.  Perbandingan  PDRB  Harga  Berlaku  dengan  Konsumsi  Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009
Tahun PDRB
Harga Berlaku Konsumsi
Masyarakat Milyar Rupiah
Milyar Rupiah 2000
5.106,39 1.157,12
2001
5.606,95 1.284,43
2002 6.001,49
1.870,90
2003 6.625,84
2.080,70
2004
7.361,46 2.092,83
2005 8.463,45
2.751,98
2006 9.885,08
3.717,87
2007 11.455,32
3.727,70
2008
13.243,64 5.688,36
2009 15.568,12
4.997,61 Sumber: Data diolah.
Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara PDRB harga berlaku dengan konsumsi  masyarakat  di  Kabupaten  Langkat  dari  tahun  2000  sampai  tahun  2009.
Data di atas menunjukkan bahwa PDRB harga berlaku Kabupaten Langkat memiliki trend  peningkatan  dari  tahun  ke  tahun,  di  mana  pada  tahun  2000  mengalami
peningkatan  yang  cukup  tinggi  akibat  adanya  perubahan  tahun  dasar  perhitungan. Sedangkan konsumsi masyarakat Langkat mengalami trend yang cukup berfluktuatif
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi pada tahun 2004, 2007 dan 2009, di mana pada tahun tersebut konsumsi mengalami  penurunan  yang  tajam  dibandingkan  konsumsi  tahun  sebelumnya  yang
relatif  tinggi.  Hal  ini  disebabkan  pada  tahun  tersebut  terjadi  berbagai  krisis,  yaitu krisis  keuangan  dan  finansial  yang  awalnya  melanda  negara-negara  Eropa  dan
Amerika Serikat dan meluas ke seluruh negara-negara lain di dunia sehingga sedikit banyaknya juga ikut mempengaruhi konsumsi Kabupaten Langkat.
Tabel  1.2.  Perbandingan  Kredit  Konsumsi  dengan  Konsumsi  Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009
Tahun Kredit Konsumsi
Konsumsi Masyarakat
Milyar Rupiah Milyar Rupiah
2000 7,59
1.157,12
2001
11,80 1.284,43
2002 14,10
1.870,90
2003 41,99
2.080,70
2004
124,68 2.092,83
2005 191,14
2.751,98
2006 322,75
3.717,87
2007 400,08
3.727,70
2008
603,97 5.688,36
2009 672,09
4.997,61 Sumber: Data diolah.
Tabel  di  atas  menunjukkan  perbandingan  antara  jumlah  kredit  konsumsi dengan konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat untuk periode 2000-2009. Dari data
di  atas  menunjukkan  adanya  hubungan  positif  antara  jumlah  kredit  konsumsi  yang disalurkan  perbankan  dengan  konsumsi  masyarakat.  Di  mana  pada  tahun  2006  dan
2008  terjadi  peningkatan  konsumsi  yang  sangat  signifikan  juga  ditandai  dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan ke masyarakat. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2007 dan 2009 yang terjadi penurunan jumlah penyaluran kredit konsumsi juga  dibarengi  dengan  penurunan  konsumsi  masyarakat  di  Kabupaten  Langkat.
Sehingga jika kredit konsumsi mengalami peningkatan akan menyebabkan konsumsi masyarakat akan ikut meningkat juga, demikian sebaliknya.
Keputusan  rumah  tangga  mempengaruhi  keseluruhan  perilaku  perekonomian baik  dalam  jangka  panjang  maupun  jangka  pendek.  Keputusan  konsumsi  sangat
penting  untuk  analisis  jangka  panjang  karena  peranannya  dalam  pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1.3. Perbandingan Tabungan Masyarakat dengan Konsumsi Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009
Tahun Tabungan
Masyarakat Konsumsi
Masyarakat Milyar Rupiah
Milyar Rupiah 2000
398,89 1.157,12
2001 289,93
1.284,43
2002
301,48 1.870,90
2003
226,00 2.080,70
2004 468,63
2.092,83
2005 430,74
2.751,98
2006
578,30 3.717,87
2007 721,69
3.727,70
2008 566,42
5.688,36
2009
567,21 4.997,61
Sumber: Data diolah. Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara tabungan masyarakat dengan
konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat untuk periode 2000-2009. Di mana jumlah tabungan secara umum  memiliki trend pertumbuhan  yang positif, tetapi pada tahun-
tahun  tertentu  sedikit  mengalami  penurunan  dibandingkan  tahun  sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan  konsumsi masyarakat selalu  meningkat dari tahun  ke tahun  kecuali pada tahun  2009  yang  menurun  dibandingkan  tahun  sebelumnya.  Di  mana  tabungan
mengukur  seberapa  besar  dari  pendapatan  generasi  sekarang  disisihkan  untuk generasinya  sendiri  dan  generasi  mendatang.  Keputusan  konsumsi  sangat  penting
untuk  analisis  jangka  pendek  karena  peranannya  dalam  menentukan  permintaan agregat.
Konsumsi  adalah  dua  pertiga  dari  GDP  Gross  Domestic  Brutto,  sehingga fluktuasi  dalam  konsumsi  adalah  elemen  penting  dari  booming  dan  resesi  ekonomi.
Model IS-LM menunjukkan bahwa perubahan dalam rencana pengeluaran konsumen bisa  menjadi  sumber  guncangan  terhadap  perekonomian  dan  kecenderungan
mengkonsumsi marjinal adalah determinan dari pengganda atau multiplier kebijakaan fiskal Keynes, 2003.
Perubahan  tingkat  bunga  mempunyai  dua  efek  yaitu  efek  substitusi Substitution  Effect  dan  efek  pendapatan  Income  Effect.  Efek  substitusi  bagi
kenaikan  tingkat  bunga  adalah  rumah  tangga  cenderung  menurunkan  pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat
bunga  adalah  meningkatnya  pengeluaran  konsumsi  dan  mengurangi  tabungan.  Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat dominan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  1.4.  Perbandingan  Suku  Bunga  Kredit  dengan  Konsumsi  Masyarakat di Kabupaten Langkat Tahun 2000-2009
Tahun Suku Bunga
Kredit Konsumsi
Masyarakat Persen
Milyar Rupiah 2000
15,50 1.157,12
2001
10,25 1.284,43
2002 8,19
1.870,90
2003 12,97
2.080,70
2004
11,42 2.092,83
2005 5,88
2.751,98
2006 4,33
3.717,87
2007
10,49 3.727,70
2008 5,56
5.688,36
2009 9,53
4.997,61 Sumber: Data diolah.
Tabel  di  atas  menunjukkan  perbandingan  antara  suku  bunga  kredit  dengan konsumsi  masyarakat  Kabupaten  Langkat  untuk  periode  2000-2009.  Di  mana  dapat
dilihat  bahwa  suku  bunga  kredit  memiliki  trend  penurunan  dari  tahun  ke  tahun, walaupun ada pada tahun 2003 dan 2007 mengalami peningkatan  yang cukup tinggi
akibat  dampak  antisipasi  berbagai  krisis  global  yang  ikut  dirasakan  oleh  Indonesia dan  Kabupaten  Langkat.  Seiring  dengan  adanya  usaha  penurunan  suku  bunga  yang
diharapkan  dapat  memacu  peningkatan  konsumsi  dirasa  cukup  berhasil,  di  mana konsumsi  masyarakat  dari  tahun  ke  tahun  dapat  ditingkatkan.  Pada  tingkat  bunga
yang rendah orang tidak begitu suka menabung di bank karena mereka merasa lebih baik melakukan pembelanjaan konsumsi dari pada menabung dan sebaliknya apabila
tingkat bunga tinggi orang akan senang menabungmenyimpan uang di bank dengan kompensasi penerimaan bunga tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Konsumsi  masyarakat  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor,  dalam  penelitian  ini faktor-faktor  yang  mempengaruhi  konsumsi  yaitu  PDRB,  jumlah  kredit  konsumsi,
jumlah tabungan masyarakat dan suku bunga kredit. Seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan,  konsumsi  dan  tabungan  memiliki  hubungan  yang  erat.  Tabungan
merupakan  pendapatan  seseorang  yang  tidak  dibelanjakan.  Tabungan  juga dipengaruhi  oleh  suku  bunga,  di  mana  tingkat  bunga  dapat  dipandang  sebagai
pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Berdasarkan  latar  belakang  tersebut  maka,  penulis  tertarik  untuk  melakukan
penelitian  yang  berjudul  “Analisis  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  konsumsi masyarakat Kabupaten Langkat”.
1.2 Rumusan Masalah