daerah yang diterima oleh kabupatenkota untuk desa paling sedikit 10 sepuluh persen yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 68 Ayat 1 Huruf C, sumber anggaran untuk ADD berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah APBD kabupatenkota. Komponen APBD yang dialokasikan sekurang-kurangnya 10 persen bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah. Maksud dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupatenkota adalah Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam, ditambah
Dana Alokasi Umum DAU setelah dikurangi Belanja Pegawai.
Gambar 7: Sumber Anggaran ADD
Sumber: Buku Saku ADD
Kabupaten Tapanuli Utara menganggarkan dana bantuan Alokasi Dana Desa sebesar Rp. 10.954.480.600,- sepuluh miliar sembilan ratus lima puluh
empat juta empat ratus delapan puluh ribu enam ratus rupiah dengan rincian alokasi honorpenghasilan tetap pemerintahan desa sebesar Rp. 6.005.605.200,-,
biaya operasional pemerintahan desa sebesar Rp. 1.666.592.400,-, dan biaya pemberdayaan masyarakat sebesar Rp. 3.282.283.000,-. Dana Rp.
10.954.480.600,- sepuluh miliar sembilan ratus lima puluh empat juta empat
Dana Perimbangan
Daerah:
a. DAU b.Bagi Hasil Pajak
c. Bagi Hasil SDA
ADD
Sama
dengan
Minimal 10
dikali
Belanja Pegawai
Daerah dikurang
Universitas Sumatera Utara
ratus delapan puluh ribu enam ratus rupiah ini kemudian dialokasikan ke 241 desa dan 11 kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara secara
proporsional. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara mengalokasikan dana bantuan
Alokasi Dana Desa ke tiap desakelurahan dengan nominal yang berbeda. Pengalokasian dana bantuan Alokasi Dana Desa ke tiap desakelurahan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan kategori desa. Adapun yang menjadi bagian dari kategori desa ialah kategori desa tidak
tertinggal, kategori desa tertinggal, serta kategori desa tertinggal dan terisolir. Pembagian atau penetapan kategori desa yang ada di Kabupatten Tapanuli Utara
didasarkan atas beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut meliputi keterisoliran desa dari ibukota kecamatan dan kabupaten, infrastruktur,
kemiskinan, pendidikan, kesehatan, keterjangkauan desa, jumlah penduduk dan luas wilayah. Penetapan kategori desa di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
Anggaran 2013 diatur dalam Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 53 tentang Penetapan Kategori Desa Tidak Tertinggal, Desa Tertinggal, serta Desa Tertinggal
dan Terisolir di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2013. Adapun langkah awal yang menjadi alur proses pelaksanaan kebijakan
Alokasi Dana Desa di Kabupaten Tapanuli Utara adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Alokasi Dana DesaKelurahan ADDK Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2013 dan diikuti dengan Keputusan Bupati Tapanuli Utara
Nomor 53 tentang Penetapan Kategori Desa Tidak Tertinggal, Desa Tertinggal, serta Desa Tertinggal dan Terisolir di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran
Universitas Sumatera Utara
2013. Berdasarkan KEPBUP Tapanuli Utara No. 53 Tahun 2013, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara
selaku organisasi pengelola kebijakan Alokasi Dana Desa di tingkat kabupaten merumuskan besaran bantuan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh tiap
desakelurahan. Besaran dana Alokasi Dana Desa yang diperoleh masing-masing desakelurahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara kemudian dikeluarkan
dalam KEPBUP No. 59 Tahun 2013. Proses selanjutnya yang dilakukan ialah sosialisasi kebijakan Alokasi
Dana Desa ke kecamatan. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara membagi 15 kecamatan yang ada di wilayahnya ke dalam empat wilayah. Wilayah pertama
terdiri dari Kecamatan Tarutung, Siatas Barita, Sipoholon dan Adian Koting, wilayah dua yaitu Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Simangumban dan Purba
Tua, wilayah tiga yaitu Kecamatan Siborong-Borong, Pagaran, Parmonangan dan Muara, dan wilayah empat adalah Kecamatan Sipahutar, Pangaribuan dan Garoga.
Proses sosialisai yang diadakan di wilayah kecamatan dihadiri oleh tim pembina kabupaten, tim kecamatan, kepala desa, aparat desa, ketua PKK dan BPD tiap
desa berdasarkan pembagian wilayah yang sudah ditetapkan. Sosialisasi ditiap wilayah hanya dilakukan sekali dengan jadwal yang
berbeda setiap wilayahnya. Dalam pelaksanaan sosialisasi di kecamatan, yang turut hadir dari tim pembina tingkat kabupaten ialah perwakilan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten Tapanuli Utara, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Tapanuli Utara
Dipenloka Kabupaten Tapanuli Utara, Kabag. Hukum dan Organisasi Sekretariat Wilayah Daerah Hukor Setwilda Kabupaten Tapanuli Utara,
Universitas Sumatera Utara
Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara, Kabag. Pemerintahan Desa Pemdes Kabupaten Tapanuli Utara, Kabag. Program Setwilda Kabupaten Tapanuli Utara,
Dinas PUK Kabupaten Tapanuli Utara, Kabid. Pemerintahan Desa Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa BapemasPemdes Kabupaten
Tapanuli Utara Serta Kabid. Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat BapemasPemdes Kabupaten Tapanuli Utara.
Pada acara sosialisasi di kecamatan, perwakilan Bappeda Tapanuli Utara menyampaikan materi tentang pembuatan Rencana Pembangunan Jangka
MenengahPendek Desa, Dipenloka Tapanuli Utara menyampaikan bagaimana tata cara penarikan dana ADD, pencairan, pengadministrasian dari pembuatan
surat pertanggungjawaban dan buku kas sesuai peraturan yang berlaku, Kabag. Hukor Setwilda Tapanuli Utara menyampaikan tata cara pembuatan peraturan
desa sesuai yang dibutuhkan sesuai sebagai dasar hukum, Inspektorat berfungsi menyampaikan fungsi pengawasan dan pembinaan administrasi agar pelaksanaan
ADDK terhindar dari konflik dan pelanggaran lainnya, Kabag. Pemerintahan Desa BapemasPemdes Kabupaten Tapanuli Utara mensosialisasikan aplikasi
pemerintahan umum dengan pemerintahan desa dan fungsi tugas kelembagaan di desa, Kabag. Program Setwilda Tapanuli Utara memprogramkan kegiatan-
kegiatan yang dibutuhkan oleh desa, termasuk didalamnya program jangka menengah dan pendek, Dinas PUK menyampaikan teknik pengerjaan fisik di
lapangan, dan Kabid. Pemerintah Desa BappemasPemdes Tapanuli Utara menyampaikan tugas dan fungsi pemerintahan desa demi mencapai satu persepsi
dalam membuat satu keputusan desa.
Universitas Sumatera Utara
Seusai proses sosialisasi di kecamatan, maka pemerintah desa mensosialisasikan kebijakan bantuan Alokasi Dana Desa di desanya masing-
masing. Sosialisasi dilakukan melalui acara musrenbangdes yang dihadiri oleh masyarakat. Kemudian Tim Pelaksana Kegiatan desa mengajukan berkas Rencana
Anggaran Biaya RAB, Usulan Rencana Kerja URK dan Rencana Penggunaan Dana RPD. Hal ini merupakan salah satu syarat pencairan dana Alokasi Dana
Desa dari kabupaten. Begitu dana cair, pelaksanaan kegiatan pun dilaksanakan oleh Tim Pengelola Dan Tim Pelaksana Kegiatan di desa sesuai dengan apa yang
telah disepakati pada Usulan Rencana Kerja. Selesai pelaksanaan kegiatan, Tim Pengelola Dan Tim Pelaksana Kegiatan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pekerjaan yang telah dikerjakan. Kemudian, penyampaian surat pertanggungjawaban disampaikan oleh Tim
Pengelola Desa kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemeritahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara melalui kecamatan. Ketika surat pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan Alokasi Dana Desa disampaikan oleh tiap desakelurahan sesuai tanggal yang telah ditentukan, maka Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara memverifikasi surat pertanggungjawaban tersebut. Jika sudah sesuai, maka BapemasPemdes
menyampaikannya ke Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Tapanuli Utara.
Universitas Sumatera Utara
V.3 Deskripsi Hasil Wawancara Implementasi Proses Kebijakan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Tapanuli Utara
V.3.1
Deskripsi hasil wawancara tentang implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan
1 Komunikasi Bantuan Alokasi Dana Desa adalah bantuan stimulan atau perangsang
yang diberikan oleh pemerintah kabupaten kepada pemerintah desakelurahan untuk membiayai program pemerintahan desakelurahan dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desakelurahan. Adapun tujuan utama dari bantuan ini adalah untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat desakelurahan. Desa Godung Borotan adalah salah desa yang terdapat Kabupaten
Tapanuli Utara. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2013, jumlah penduduk Desa Godung Borotan sebanyak 968 jiwa dengan kepala keluarga
berjumlah 208 jiwa. Untuk bantuan Alokasi Dana Desa tahun 2013 sendiri, Desa Godung Borotan menerima bantuan Alokasi Dana Desa sebesar Rp.11.178.000,-
yang digunakan untuk pembangunan selokan di Dusun Nahornop sepanjang 50 meter.
Hal ini ditetapkan berdasarkan pada hasil acara musrenbangdes yang telah dilakukan pada bulan April 2013 silam. Adapun acara musrenbang tersebut
dihadiri oleh aparat desa dan masyarakat setempat yang secara keseluruhan hanya berjumlah 35 orang, dimana yang menjadi topikmateri yang dibahas pada acara
tersebut adalah sosialisasi Alokasi Dana Desa ADDK tahun 2013, menetapkan Tim Pengelola ADDK dan Tim Pelaksana ADDK, dan menetapkan Usulan
Rencana Kerja.
Universitas Sumatera Utara
Acara musrenbang yang dilaksanakan Pemerintah Desa Godung Borotan selama ini merupakan sarana yang digunakan pemerintah desa untuk
mensosialisasikan Alokasi Dana Desa kepada masyarakat. Pemerintah desa mengajak masyarakat untuk menghadirimengikuti acara musrenbang dengan
cara memberikan surat undangan kepada pengurus gereja di wilayah Desa Godung Borotan dan melakukan pendekatan pemerintah desa kepada tiap warga
yang ditemui oleh pemerintah desa baik di acara adat maupun kedai – kedai kopi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris Desa
Godung Borotan, sosialisai musrenbang di Desa Godung Borotan dilakukan melalui penyebaran surat undangan ke pengurus gereja di wilayah Desa Godung
Borotan agar diwartakan pada jemaat yang datang beribadah dan melalui pendekatan pemerintah desa pada tiap – tiap warga yang mereka temui baik di
acara adat maupun kedai – kedai kopi dalam jangka waktu satu minggu. Hal ini juga dibenarkan oleh pernyataan dari Ketua Badan Permusyawaratan Desa BPD
Godung Borotan yang menyatakatan bahwa sosialisasi acara musrenbangdes Godung Borotan melalui penyebaran surat undangan kepada pengurus gereja di
wilayah Desa Godung Borotan memang ada dan dilaksanakan, dan sebagai aparat desa setempat beliau juga diminta untuk turut serta mensosialisasikan acara
musrenbangdes Godung Borotan tersebut kepada warga setempat yang ditemui olehnya.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh salah seorang warga yang menyatakan bahwa beliau memang pernah mendengar adanya ajakan untuk
mengikuti acara musrenbangdes dari warta gereja, namun kala itu beliau tidak dapat mengikuti acara tersebut karena berhalangan. Namun, pernyataan berbeda
Universitas Sumatera Utara
datang dari salah seorang warga lain yang menyatakan bahwa beliau sama sekali tidak pernah diajak dan mendengar sosialiasi untuk mengikuti acara musrenbang
Desa Godung Borotan. Beliau menambahkan bahwa ia juga sama sekali tidak mengerti apa itu Alokasi Dana Desa.
Pada saat acara musrenbangdes berlangsung, Kepala Desa beperan sebagai komunikator untuk menjelaskan kepada masyarakat yang hadir apa itu bantuan
Alokasi Dana Desa, berapa jumlah bantuan dana yang diterima oleh Desa Godung Borotan untuk tahun 2013, alokasi bantuan dana yang diterima desa serta larangan
pengelolaan Alokasi Dana Desa dan bagaimana pertanggungjawaban dari bantuan Alokasi Dana Desa tersebut. Menurut Sekretaris Desa Godung Borotan, apa yang
dipaparkan oleh kepala desa sudahlah jelas, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya masyarakat yang bertanya kepada pemerintah desa setelah sosialisasi pada
acara musrenbang tersebut. Pernyataan ini kemudian didukung ketua Tim Pelakasana ADDK Desa Godung Borotan yang terpilih pada kala itu hanya saja
beliau menambahkan, ia masih kurang mengerti bagaimana proses administrasi di lapangan dikarenakan ini masih kala pertama bagi beliau menjadi salah satu Tim
Pelaksana kegiatan Alokasi Dana Desa. Namun, sama halnya dengan informasi yang diterima dari salah seorang masyarakat yang hadir pada acara
musrenbangdes Godung Borotan Bulan April tahun lalu, pemaparan seputar bantuan Alokasi Dana Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa Godung Borotan
sebenarnya sudahlah cukup jelas dan dapat dimengerti.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan deskripsi hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa kurang adanya intensitas sosialisasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Godung
Borotan oleh pemerintah desa karena sosialisasi dilakukan hanya dalam jangka waktu satu minggu saja dan sosialisasi pun dilakukan oleh pemerintah desa hanya
melalui surat undangan yang disebar kepada pengurus gereja di wilayah Desa Godung Borotan untuk diwartakan pada saat ibadah dan melalui pendekatan
pemerintah desa kepada warga yang mereka temui baik di acara adat dan juga kedai – kedai kopi. Akan tetapi, untuk kejelasan informasipesan tentang Alokasi
Dana Desa pada sosialisasi pada acara musrenbangdes dari para pelaksana kebijakan pemerintah desa sudahlah jelas.
2 Sumber Daya Sumber daya merupakan faktor utama dalam melaksanakan jalannya suatu
kebijakan. Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi tidak akan tercapai dengan baik. Sumber daya memegang peranan penting dalam proses
implementasi, karena implementasi tidak akan efektif bilamana sumber daya pendukungnya tidak tersedia. Bagian sumber daya dalam hal ini mencakup
sumber daya manusia, sumber daya modal, serta fasilitas – fasilitas yang mendukung.
Adapun Tim Pengelola ADD Desa Godung Borotan terdiri dari 3 orang yakni kepala desa, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK, dan
Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan PJAK yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penggunaan dana termasuk surat pertanggung jawaban atas
penggunaan keuangan desa sedangkan Tim Pelaksana Kegiatan beranggotakan 5 orang yakni yang berasal dari satu orang unsur aparat desa, satu orang anggota
Universitas Sumatera Utara
BPD, satu orang unsur Lembaga Partungkoan Masyarakat LPM, satu orang unsur tokoh masyarakat dan satu orang unsur PKK yang bertugas menyusun
Usulan Rencana Kerja URK dan Rencana Anggaran Biaya RAB. Selain itu, melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam URK dan RAB dan
menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa. Mayoritas Tim Pengelola dan Tim Pelaksana dari Alokasi Dana Desa Godung
Borotan hanyalah memiliki jenjang pendidikan SMP. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, jumlah Dana Alokasi Dana Desa
pada tahun 2013 yang diterima oleh Desa Godung Borotan adalah sebesar Rp.11.178.000 dan pencairannya pada Bulan Oktober 2013. Berdasarkan hasil
wawancara dengan sekretaris desa, beliau menyatakan pendidikan dari Tim Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan sangat
mempengaruhi pelaksanaan Alokasi Dana Desa. Ketika Tim Pelaksana diajak untuk tepat waktu dan tepat administrasi, tim tersebut cenderung lambat dan
bahkan sering meminta bantuan baik kepada kepala desa maupun sekretaris desa. Hal ini diakui oleh ketua Tim Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa yang
mengakui adanya kesulitan yang dihadapi oleh Tim Pelaksana Kegiatan dalam melaksanakan program pembangunan selokan di Dusun Lumban Nahornop
terutama dalam penyusunan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban kepada kepala desa.
Kendala lain yang ditemui oleh pemerintah Desa Godung Borotan yakni sulitnya mengajak masyarakat untuk bergotong royongberpatisipasi dalam
pengerjaan program pembangunan selokan di Dusun Lumban Nahornop. Pernyataan ini didukung oleh ketua Tim Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa
Universitas Sumatera Utara
yang berpendapat bahwa sekarang ini sudah sangat sulit mengajak masyarakat untuk bergotong royong, baik itu pembukaanperbaikan jalan, membangun rumah,
membersihkan pasar, dan dalam melaksanakan kegiatan lainnya. Saat ini unsur kekeluargaan dirasakan sudah kendur. Jangankan bergotong royong untuk
kepentingan bersama Desa Godung Borotan, untuk kepentingan dusunnya saja masih sangat sulit diajak bergotong royong, masyarakat disibukkan dengan
pekerjaan masing – masing. Pernyataan sekretaris desa dan ketua Tim Pelaksana Kegiatan dibenarkan
oleh salah seorang warga yang menyatakan bahwa ia pernah diajak untuk ikut bergotong royong memperbaiki selokan di Dusun Nahornop dari salah seorang
anggota Tim Pelaksana Kegiatan, namun pada saat itu ia menuturkan tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan pekerjaan yang mendesak. Namun,
informasi yang berbeda datang dari salah seorang warga Desa Godung Borotan yang menyatakan bahwa beliau sama sekali tidak pernah mendapat ajakan dari
pemerintah desa ataupun dari tim pelaksana kegiatan untuk bergotong royong. Bahkan beliau juga mengungkapkan tidak tahu menahu sama sekali
tentang program-program kegiatan pemerintah desa, apa-apa saja program- program pembangunan yang telah dilakukan pemerintah desa. Beliau
menambahkan, menurut pengamatannya selama ini yang sering terlibat dalam gotong royong hanyalah beberapa orang masyarakat saja dan itu pun yang
memiliki hubungan kedekatan dengan kepala desa maupun sekretaris desa. Di luar mereka, jarang sekali ada warga lain yang ikut bergotong royong dalam kegiatan-
kegaitan pembangunan yang ada di desa ini.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikemukakan sebelumnya, jumlah dana Alokasi Dana Desa pada tahun 2013 yang diterima oleh Desa Godung Borotan adalah sebesar
Rp.11.178.000,- dan pencairannya pada Bulan Oktober 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris desa terkait dengan sumber daya modal atau dana
kebijakan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa Godung Borotan serta pencairannya, beliau menyatakan dana Alokasi Dana Desa dibagi menjadi tiga,
yaitu biaya honor pemerintah desa, biaya operasional pemerintahan desa, serta biaya pemberdayaan, dan yang digunakan untuk membiayai program-program
pembangunan ialah biaya pemberdayaan, yaitu Rp.11.178.000,-. Beliau menambahkan, untuk pencairan dana Alokasi Dana Desa dilakukan pada Bulan
Oktober tahun 2013 dan hal ini bukan satu dua tahun belakangan ini saja dilakukan, namun hampir setiap tahunnya. Beliau juga mengatakan proses
pencairan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten selama ini menyulitkan bahkan ada kesan menekan pemerintah desa dan Tim Pelaksana Kegiatan dalam
mengerjakan kebijakan Alokasi Dana Desa. Menurut beliau waktu yang dimiliki oleh pemerintah desa dan Tim Pelaksana Kegiatan sangat terbatas dan hal ini
seolah memaksa untuk mengerjakan program kegiatan dengan kesan tergesa-gesa. Beliau menambahkan bahwa tanggal 31 Desember 2013 laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana Alokasi Dana Desa harus disampaikan ke Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli
Utara. Padahal yang mencakup laporan pertanggungjawaban bukan hanya penggunaan biaya pemberdayaan masyarakat saja, tetapi juga biaya honor
pemerintah desa dan biaya operasional pemerintahan desa, dan hal ini juga merepotkan.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga disampaikan oleh Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan Desa Godung Borotan yang mengatakan bahwa pencairan biaya
pemberdayaan yang diterima oleh Desa Godung Borotan adalah Bulan Oktober 2013 dan Beliau juga membenarkan bahwa pencairan dana Alokasi Dana Desa
memang hampir setiap tahunnya dicairkan pada akhir tahun, yakni antara Bulan September, Oktober, dan November. Terkait dengan pencairan dana Alokasi Dana
Desa yang pencairannya diterima pada Bulan Oktober 2013, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan mengungkapkan hal ini juga yang menjadi alasan mengapa Tim
Pelaksana Kegiatan tidak mengajak seluruh masyarakat tetapi hanya beberapa orang saja untuk bergotong royong dalam pembangunan selokan di Dusun
Nahornop. Tim Pelaksana Kegiatan memilih siapa-siapa saja masyarakat yang dianggap mampu mengerjakan pembangunan selokan dengan waktu yang tidak
begitu banyak dan tentunya mereka yang terpilih adalah orang-orang yang sudah memiliki pengalaman dibidang bangunan. Waktu yang dimiliki pemerintah desa
dan Tim Pelaksana Kegiatan tidaklah banyak dalam melaksanakan kegiatan yang terprogram dari bantuan Alokasi Dana Desa, belum lagi dengan pembuatan
laporan pertanggungjawabannya. Namun dalam proses pelaksanaan kegiatan bantuan Alokasi Dana Desa di
Desa Godung Borotan baik dari awal sosialisasi hingga sampai pada tahap akhir yaitu pelaporan pertanggungjawaban tidak terlepas dari penggunaan fasilitas-
faslitas yang mendukung kebijakan tersebut, baik berupa kendaraan dinas kepala desa yang sering dipakai sebagai transportasi dalam mengurusi hal-hal yang
pentting, lapangan SD I Sigotom pada saat melakukan acara musrenbangdes, kantor kepala desa, peralatan kantor yang ada di kantor desa, seperti komputer ,
Universitas Sumatera Utara
kertas-kertas, printer dan sebagainya dan tidak turut ketinggalan sumbangsih masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan pendapat para informan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan Alokasi Dana
Desa dibidang pendidikan memang terbilang rendah dan ini berpengaruh terhadap cara pengajakan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam pengerjaan
pembangunan selokan di Dusun Nahornop. Tim Pelaksana Kegiatan terkesan tebang pilih dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengerjaan
selokan. Untuk besaran dana biaya pemberdayaan masyarakat yang diterima oleh Desa Godung Borotan yakni sebesar Rp. 11.178.000,- dan pencairannya diterima
pada Bulan Oktober tahun 2013. Dengan pencairan dana yang cairnya pada Bulan Oktober, dirasa pemerintah desa dan Tim Pelaksana Kegiatan sangatlah
merepotkan karena tidak memiliki waktu yang cukup Bulan Oktober ke Desember dan ada kesan paksaan dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah
desa untuk mau tidak mau harus mampu menyelesaikan atau mengerjakan kebijakan Alokasi Dana Desa. Hal ini juga lah yang membuat Tim Pelaksana
Kegiatan tebang pilih dalam menunjuk siapa saja masyarakat yang dianggap mampu mengerjakan pembangunan selokan dengan waktu yang tidak banyak.
Namun, dalam proses pelaksanaan kegiatan bantuan Alokasi Dana Desa, baik dari sosialisasi sampai pada pertanggungjawaban ke Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara melalui Kecamatan Pangaribuan, didapati adanya dukungan fasilitas-fasiltas, yaitu berupa kendaraan
dinas kepala desa, lapangan SD I Sigotom, kantor kepala desa, alat tulis kantor
Universitas Sumatera Utara
dan peralatan lainnya dan juga bantuan dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
3 Struktur Birokrasi Menurut informasi yang diperoleh dari sekretaris desa, struktur birokrasi
kegiatan Alokasi Dana Desa dibagi menjadi dua, yaitu Tim Pengelola dan Tim Pelakasana Kegiatan. Tim Pengelola ADD Desa Godung Borotan terdiri dari 3
orang yakni kepala desa, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK, dan Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan PJAK yang bertanggung jawab penuh
terhadap seluruh penggunaan dana termasuk surat pertanggung jawaban atas penggunaan keuangan desa sedangkan Tim Pelaksana Kegiatan beranggotakan 5
orang yakni yang berasal dari satu orang unsur aparat desa, satu orang anggota BPD, satu orang unsur Lembaga Partungkoan Masyarakat LPM, satu orang
unsur tokoh masyarakat dan satu orang unsur PKK yang bertugas menyusun Usulan Rencana Kerja URK dan Rencana Anggaran Biaya RAB. Selain itu,
melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam URK dan RAB dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa.
Beliau menambahkan, dalam menjalankan kegiatan bantuan Alokasi Dana Desa kedua tim inilah yang menjadi pelaksana dan memegang fungsi untuk
mengatur bagaimana pelaksanaannya di desa. Berjalan tidaknya atau baik tidaknya proses kegiatan pembangunan yang bermodalkan dari dana Alokasi Dana
Desa semuanya terletak pada Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan, hal ini merupakan tanggung jawab dari kedua tim tersebut. Unsur-unsur desa yang ada
seperti BPD, aparat desa yang tidak terpilih sebagai Tim Pelakasana Kegiatan, PKK, tokoh masyarakat, tokoh LPM, hanyalah memiliki peranan sebatas tahu
Universitas Sumatera Utara
saja, tidak berhak untuk mencampuri pelaksanaan pengerjaan kegiatan, baik melengkapi berkas-berkas untuk pencairan dana dan kegiatan lainnya. Namun,
lanjut beliau, unsur lembaga desa berhak memonitoring dan mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Kegiatan.
Dalam hal pembagian tugas beliau juga mengatakan pembagian tugas sudah jelas dan sudah diatur dalam Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3
Tahun 2013. Tim Pengelola bertugas bertanggung jawab terhadap seluruh penggunaan dana Alokasi Dana Desa sedangkan tugas Tim Pelaksana Kegiatan
adalah menyusun Usulan Rencana Kerja URK dan Rencana Anggaran Biaya RAB. Selain itu, melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam URK
dan RAB dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa. Namun, Tim Pengelola juga bertanggung jawab mendampingi Tim
Pelaksana Kegiatan jika diperlukan dan harus memonitoring setiap perkembangan pelaksanaan kegiatan pembangunan selokan di Dusun Nahornop.
Hal yang senada juga dilontarkan oleh Ketua Tim Pelaksana Kegiatan yang mengatakan bahwa untuk yang melaksanakan kegiatan adalah tugas dari
Tim Pelaksana Kegiatan dan Tim Pengelola bertanggung jawab sebagai pendamping Tim Pengelola Kegiatan. Ketika ada sesuatu hal yang tidak
dimengerti oleh Tim Pelaksana Kegiatan, maka Tim Pengelola wajib turun tangan mengatasi permasalahankendala yang tengah dihadapi oleh Tim Pelaksana
Kegiatan. Semua dilakukan dengan tujuan agar bagaimana pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil deskripsi wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan struktur organisasi pelaksana Alokasi Dana Desa di Desa Godung
Borotan telah sesuai dengan Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013. Untuk pembagian tugas juga telah dijelaskan pada perbup dan telah
dijalankan oleh masing-masing organisasi pelaksana, yakni Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan. Demikian juga hal nya dengan koordinasi diantara para
organisasi pelaksana telah dilakukan dengan baik. 4 Sikap
Sikap adalah reaksi atas rangsangan suatu obyek tertentu yang diikuti dengan kecenderungan untuk bertindak atau bertingkah laku, baik berupa sikap mendukung
atau menolak.
Kecenderungan atau sikap dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan
yang efektif, jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka akan
melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal. Demikian pula sebaliknya, bila tingkah laku para pelaksana
berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan akan semakin sulit dijalankan dengan baik.
Terkait dengan persepsi para pelaksana kegiatan terhadap kebijakan alokasi dana desa didapat informasi dari sekretaris desa yang menyatakan bahwa
bantuan alokasi dana desa sangat berguna bagi pembangunan di desa. Dengan adanya bantuan alokasi dana desa, pemerintah desa mendapat bantuan dana untuk
melakukan program pembangunan meskipun program pembangunan dilaksanakan lebih kepada pembangunan fisik. Namun beliau juga berharap pada pemerintah
Universitas Sumatera Utara
kabupaten hendaknya pencairan dana bantuan alokasi dana desa untuk tahun anggaran kedepannya dipercepat dari tahun-tahun sebelumnya mengingat
pencairan dana bantuan alokasi dana desa pada tahun-tahun sebelumnya dilakukan pada akhir-akhir tahun, yakni antara Bulan September dan Bulan Oktober.
Menurut pengakuan beliau, pencairan dana bantuan yang diterima pada akhir tahun sangat merepotkan oleh Tim Pengelola maupun Tim Pelaksana Kegiatan.
Hal ini disebabkan tidak adanya waktu yang cukup dimiliki oleh mereka untuk mengerjakan atau melaksakan proses kegiatan dengan baik dan mengikutsertakan
partsipasi masyarakat. Dengan pencairan yang datangnya selalu pada akhir-akhir tahun membuat Tim Pelaksana Kegiatan selalu menggunakan jasa buruh
bangunan untuk mengerjakan setiap program pembangunan sebagaimana yang telah ditetapkan pada Daftar Usulan Rencana Kerja meskipun mereka adalah
warga Desa Godung Borotan sendiri. Hal yang sama juga disampaikan oleh ketua Tim Pelaksana Kegiatan yang
mengatakan bantuan Alokasi Dana Desa sangatlah baik. Dengan adanya bantuan Alokasi Dana Desa, desa mendapat bantuan dana untuk pembangunan selokan di
Dusun Nahornop yang dianggap beliau sudah sangat perlu untuk dibangun. Menurut beliau tujuan pembangunan selokan di Dusun Nahornop berfungsi
sebagai tempat yang membawa genangan air dan air hujan bila turun ke selokan lainnya untuk diteruskan ke sungai. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya
genangan air di Pasar Sigotom ketika hujan turun agar masyarakat yang datang ke Pasar Sigotom tidak merasa kesulitan melakukan kegiatannya, baik itu pedagang
dan pembeli.
Universitas Sumatera Utara
Disisi lain beliau juga mengkritiki pencairan dana bantuan Alokasi Dana Desa yang pencairannya dilakukan pada Bulan Oktober. Menurut beliau, dengan
kondisi yang seperti itu membuat Tim Pelaksana Kegiatan bekerja maksimal untuk dapat menyelesaikan pembangunan selokan dengan tepat waktu dan bukan
hanya masalah pembangunan selokan saja yang menjadi masalah terbesar yang dihadapi tetapi masalah pembuatan atau penyusunan laporan
pertanggungjawabannya. Walaupun demikian, beliau juga berharap kepada pemerintah kabupaten agar dana bantuan Alokasi Dana Desa ditambah.
Selain persepsi, diperoleh juga informasi terkait respon dari para pelaksana kegiatan bantuan Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan dari Tim Pengelola
dan Tim Pelaksana Kegiatan yang menyatakan pemerintah desa sangat respon dan menyambut baik bantuan Dana Alokasi Desa yang diberikan. Hal ini dibuktikan
ketika ada perintah dari pihak kecamatan untuk mengadakan sosialisasi tentang Alokasi Dana Desa, pemerintah desa segera melakukannya dengan cara
musrenbangdes, dan itu dilaksanakan pada Bulan April. Pemerintah desa segera memberikan surat undangan musrenbang kepada tiap pengurus gereja yang berada
di wilayah Desa Godung Borotan guna dibacakan kepada jemaat yang hadir untuk menghadiri acara musrenbang yang akan diadakan pada tanggal 14 April 2013.
Selain surat undangan, beliau juga menambahkan cara yang digunakan untuk mengajak masyarakat untuk menghadiri acara musrenbang yaitu dengan
pendekatan kepada masyarakat secara langsung yang ditemui di kedai kopi maupun di acara adat. Selain mengadakan musrenbang, pembimbingan yang
dilakukan oleh Tim Pengelola terhadap Tim Pelaksana Kegiatan dalam setiap proses yang ada. Bukan hanya itu saja, namun untuk setiap proses kegiatan
Universitas Sumatera Utara
Alokasi Dana Desa, Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan selalu berusaha untuk mengikuti dan melakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil deskripsi wawancara di atas, maka dapat disimpulkan para pelaksana kebijakan mempunyai persepsi yang mendukung terhadap
kebijakan bantuan Alokasi Dana Desa, namun mereka berharap hendaknya ada percepatan pencairan dana yang dilakukan oleh pemerinth kabupaten serta
menambah jumlah besaran bantuan Alokasi Dana Desa. Demikian juga halnya, respon para pelaksana kegiatan terhadap bantuan Alokasi Dana Desa sangat baik.
Para pelaksana kegiatan berusaha memberikan yang terbaik untuk lancarnya proses kegiatan bantuan alokasi dana desa, baik dari awal hingga pada akhir.
5 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Identifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai
sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna di dalam menguraikan tujuan-tujuan
keputusan kebijakan secara menyeluruh. Namun demikian, dalam banyak kasus ditemukan beberapa kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengukur pencapaian
Dana Alokasi Dana Desa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu biaya honor pemerintah desa, biaya operasional pemerintahan desa serta biaya pemberdayaan
masyarakat. Biaya honor pemerintah desa penggunaannya untuk membayar gaji kepala desa, sekretaris desa Non PNS, kepala urusan, ketua BPD, wakil ketua
BPD, sekretaris BPD dan anggota BPD. Biaya operasional pemerintahan desa dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan,
pembangunan dan tugas-tugas kemasyarakatan. Sedangkan biaya pemberdayaan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meninngkatkan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013, bantuan Alokasi Dana Desa, dalam hal ini biaya pemberdayaan masyarakat,
diharapkan mampu menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan, meningkatkaann infrastruktur pedesaan, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat, meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan kemasyarakatan dan lain sebagainya.
Terkait dengan ukuran dan tujuan kebijakan sebagaimana yang tertuang dalam perbup, kesesuaian program yang dilaksanakan di Desa Godung Borotan
dengan kebijakan Alokasi Dana Desa sudah sesuai. Dari informasi yang didapat dari beberapa informan utama diperoleh keterangan dana bantuan Alokasi Dana
Desa dipergunakan untuk pembangunan selokan di Dusun Nahornop. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan diberikannya bantuan Alokasi Dana Desa itu
sendiri yaitu peningkatan infrastruktur desa. Hal ini dilakukan dengan melihat kesesuaian dana yang diterima oleh desa dan kegiatan apa yang cocok untuk
dilakukan dan tentunya juga melihat sisi prioritasnya. Jadi, pembangunan selokan di Dusun Nahornop merupakan pembangunan yang lahir berdasarkan atas
kekuatan dana yang dimiliki diikutiditimbang dengan skala prioritas.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk pengalokasian dana Alokasi Dana Desa dilakukan sesuai dengan perbup. Biaya honor dipergunakan untuk membayar honor kepala desa,
kepala urusan, ketua BPD, wakil ketua BPD, dan anggota BPD. Hal ini juga dinyatakan oleh ketua BPD yang mengungkapkan bahwa BPD menerima honor
dari post dana Alokasi Dana Desa dan penerimaannya diterima tiap triwulan. Biaya operasional pemerintahan dipergunakan untuk membiayai kebutuhan rapat,
membeli keperluan alat tulis, biaya transport dan lain sebagainya yang memang dianggap perlu dan memang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan
program Alokasi Dana Desa dan biaya pemberdayaan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dipergunakan untuk kegiatan program-program
pembangunan desa. Pembangunan selokan di Dusun Nahornop merupakan program kegiatan
yang pengerjaannya telah sesuai dengan apa yang ada pada Daftar Usulan Rencana Kerja dan tidak membelot sama sekali. Pada acara musrenbang telah
ditetapkan secara bersama yang menjadi program pembangunan untuk dana Alokasi Dana Desa yaitu pembangunan selokan di Dusun Nahornop sepanjang 50
meter, dan hal ini langsung disusun dalam Daftar Usulan Rencana Kerja. Program kegiatan yang telah tersusun dalam Daftar Usulan Rencana Kerja merupakan
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan ketika dana sudah cairturun. Jadi, ketika dana sudah cairturun, tim pelaksana kegiatan segera
melakukan pekerjaan pembangunan sesuai dengan apa yang terdaftar dalam Usulan Rencana Kerja.
Berdasarkan hasil deskripsi wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan secara umum
Universitas Sumatera Utara
telah sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2013. Dana bantuan Alokasi Dana Desa dipergunakan untuk peningkatan infrastruktur. Hal ini sesuai dengan
kesepakatan bersama pada acara musrenbangdes dan menyusunnya pada Daftar Usulan Rencana Kerja.
V.3.2 Deskripsi hasil wawancara tentang implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II Kecamatan Garoga
1 Komunikasi Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Desa Lontung Jae II, pada
tahun 2013 jumlah penduduk Desa Lontung Jae II sebanyak 1050 jiwa dengan kepala keluarga berjumlah 185 jiwa. Untuk bantuan Alokasi Dana Desa tahun
2013 sendiri, Desa Lontung Jae II menerima bantuan Alokasi Dana Desa sebesar Rp.52.012.000,- yang digunakan untuk pembangunan tujuh buah gorong-gorong
di tiga dusun, yakni di Dusun Hadataran, Dusun Hapesong dan Dusun Parratusan. Sebagaimana pada desa umunya, pembangunan tujuh buah gorong-gorong
ini ditetapkan berdasarkan pada hasil musrenbangdes yang dilakukan pada Bulan Mei 2013 silam. Adapun acara musrenbangdes tersebut dihadiri oleh aparat desa
dan masyarakat setempat yang secara keseluruhan diikuti sebanyak 25 orang, dimana yang menjadimateri yang dibahas pada acara musrenbangdes tersebut
adalah sama dengan desa-desa lainnya yaitu sosialisasi Alokasi Dana Desa tahun 2013, menetapkan Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan ADDK, dan
menetapkan Usulan Rencana Kegiatan. Acara musrenbangdes merupakan sarana yang digunakan pemerintah desa untuk mensosialisasikan kebijakan Alokasi Dana
Desa kepada masyarakat. Pemerintah desa mengajak masyarakat untuk menghadiri atau mengikuti acara musrenbangdes dengan cara memberikan surat
Universitas Sumatera Utara
undangan kepada pengurus gereja di wilayah Desa Lontung Jae II, melakukan pendekatan kepada tiap warga yang dijumpai atau ditemui oleh pemerinah desa
baik diacara adat maupun di kedai-kedai kopi dan menempelkan secarik kertas di papan informasi desa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Desa Lontung Jae II, sosialisasi musrenbangdes dilakukan melalui penyebaran surat
undangan kepada pengurus gereja di wilayah Desa Lontug Jae II agar diwartakan atau diumumkan pada jemaat yang datang beribadah, melalui pendekatan
pemerintah desa pada tiap-tiap warga yang ditemui di acara adat maupun di kedai kopi dan juga menempelkan surat undangan di papan informasi yang ada di dua
dusun di Desa Lontung Jae II, yakni Dusun Hadataran dan Dusun Parratusan. Kepala desa juga memberitahukan kepada kepala dusun agar menyebarkan atau
memberitahukan adanya acara musrenbangdes kepada setiap warga dusunnya. Proses sosialisasi ini dilakukan selama dua minggu.
Keterangan kepala desa dibenarkan oleh salah seorang pimpinan gereja di Desa Lontug Jae II yang menyatakan pengumuman ajakan kepada masyarakat
untuk menghadiri acara musrenbangdes memang salah satunya dilakukan melalui pengumuman di gereja. Gereja merupakan sarana yang sangat strategis untuk
digunakan sebagai sarana pengumuman akan diadakannya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah desa dalam waktu dekat. Kepala Dusun
Parratusan Keterangan yang sama juga dibenarkan oleh yang mengatakan bahwa beliau mendapat pesan dari kepala desa untuk mengajak masyarakat dusunnya
untuk menghadiri acara musrenbangdes. Cara seperti ini sudah merupakan tradisi di Desa Lontung Jae II untuk mempercepat sampainya informasi kepada seluruh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang ada. Informasi di atas ternyata memang dibenarkan oleh beberapa warga yang menyebutkan setiap ada kegiatan program desa, kepala desa
selalu menyampaikan hal tersebut kepada setiap kepala dusun, kemudian kepala dusun memberitahukan apa yang disampaikan oleh kepala desa kepada
masyarakat. Jadi, masyarakat tahu apa saja program-program pemerintah yang akan dilaksanakan atau dikerjakan di desa.
Pada saat acara musrenbangdes berlangsung, kepala desa berperan sebagai komunikator untuk menjelaskan kepada masyarakat yang hadir apa itu bantuan
Alokasi Dana Desa, berapa jumlah dana yang diterima oleh Desa Lontung Jae II untuk tahun 2013, serta larangan pengelolaan Alokasi Dana Desa dan bagaimana
pertanggungjawabannya. Beliau juga menambahkan sosialisasi tentang bantuan Alokasi Dana Desa dirasa sudah jelas disampaikan. Masyarakat sudah mengerti
dengan baik tentang bantuan Alokasi Dana Desa. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditetapkannya secara bersama Tim Pelaksana Kegiatan dan Daftar Usulan
Rencana Kegiatan. Pernyataan kepala desa diatas dibenarkan oleh Ketua Tim Pelaksana
Kegiatan yang mengatakan apa yang disampaikan oleh kepala desa pada saat sosialisasi sudah jelas. Masyarakat sudah tahu siapa-siapa saja pelaksana kegiatan
bantuan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II. Kami selaku Tim Pelaksana Kegiatan pun sudah mengerti apa yang menjadi tugas kami sebagai Tim Pelaksana
Kegiatan. Demikian juga hal nya informasi serupa juga disampaikan oleh salah seorang masyarakat yang mengatakan apa yang disampaikan oleh kepala desa
tentang Alokasi Dana Desa sebenarnya sudah jelas dan dapat dimengerti.
Universitas Sumatera Utara
wawancara dengan kepala desa, beliau menyatakan pendidikan dari Tim Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II sangat rendah dan
hal ini sangat mempengaruhi proses pengerjaannya, terutama dalam bidang administrasi. Belum lagi dengan tidak didukungnya dengan alat-alat perkantoran
di kantor desa sebagaimana yang dimiliki oleh kantor desa pada umumnya di Kabupaten Tapanuli Utara. Bila ada keperluan menyangkut administrasi dan
menggunakan surat menyurat, Tim Pelaksana Kegiatan melakukannya dengan tulis tangan. Namun, apabila berkas harus dikerjakan dengan menggunakan
komputer, maka Tim Pelaksana Kegiatan menggunakan jasa pengetikan orang lain dan itu pun lokasinya berada di desa ibukota kecamatan. Hal ini diakui oleh
Penangggung Jawab Administrasi Kegiatan yang mengakui adanya kesulitan atau kendala yang dihadapi oleh Tim Pelaksana Kegiatan dalam melaksanakan
program pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton terutama dalam hal penyusunan administrasi dan surat menyurat yang mengharuskan menggunakan
komputer. Namun demikian, meskipun dari segi pendidikan Tim Pengelola dan Tim
Pelaksana Kegiatan sangatlah rendah, namun hal itu tidak mempengaruhi mereka untuk mengajak masyarakat dalam bergotong royong membantu pembangunan
gorong-gorong plat beton di tiga dusun yang ada di Desa Lontung Jae II. Dalam pengerjaan pembangunan tujuh buah gorong-gorong, masyarakat sangat antusias
membantu Tim Pelaksana Kegiatan, baik itu berupa tenaga, pikiran, materi dan bantuan lainnya. Beliau juga menambahkan sifat gotong royong masih kental di
Desa Lontung Jae II. Seluruh masyarakat sangat antusias membantu pemerintah desa dalam hal pembangunan desa, baik itu dari program Alokasi Dana Desa
Universitas Sumatera Utara
ataupun program bantuan pemerintah lainnya. Masyarakat memahami betul bahwa Desa Lontung Jae II sangat jauh tertinggal kondisinya dari desa-desa lain
yang ada di Kecamatan Garoga. Hal ini menumbuhkan pemikiran di masyarakat untuk saling topang menopang apabila ada bantuan dari pemerintah karena
bantuan tersebut dirasa sangatlah perlu untuk pembangunan desa. Pernyataan kepala desa mendapat dukungan dari beberapa masyarakat
yang mengungkapkan jiwa gotong royong di Desa Lontung Jae II sangatlah kental. Masyarakat selalu berusaha ikut ambil bagian ketika mengetahui ada
kegiatan-kegiatan yang perlu dikerjakan secara bersama. Jika pemerintah desa mengumumkan kepada warga untuk bergotong royong, mayarakat selalu
menyempatkannya. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, jumlah dana Alokasi Dana
Desapada tahun 2013 yang diterima oleh Desa Lontung Jae II adalah sebesar Rp.52.012.000,- dan pencairannya pada bulan November 2013. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala desa terkait dengan sumber daya modal atau dana kebijakan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa Lontug Jae II serta
pencairannya, beliau menyatakan dana Alokasi Dana Desa dibagi menjadi tiga, yaitu biaya honor pemerintah desa, biaya operasional pemerintahan desa, serta
biaya pemberdayaan masyarakat, dan yang digunakan untuk membiayai program- program pembangunan ialah biaya pemberdayaan masyarakat, yaitu sebesar
Rp.52.012.000,-. Beliau menambahkan, untuk pencairan dana Alokasi Dana Desa dilakukan pada bulan November 2013.
Universitas Sumatera Utara
Beliau juga mengatakan bahwa proses pencairan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten selama ini menyulitkan bahkan ada kesan menekan
pemerintah desa dan Tim Pelaksana Kegiatan dalam mengerjakan kebijakan Alokasi Dana Desa. Menurut beliau waktu yang dimiliki oleh pemerintah desa
dan Tim Pelaksana Kegiatan sangat terbatas dan hal ini seolah memaksa untuk mengerjakan program kegiatan dengan kesan tergesa-gesa. Belum lagi letak
geografis Desa Lontung Jae II yang begitu jauh dan sangat sulit untuk dijalani oleh siapa saja. Tentunya dalam proses pelaksanaan pengerjaan Alokasi Dana
Desa, terutama dalam bidang transportasi, sangat merepotkan. Hal ini tentunya mempengaruhi waktu tibanya bahan-bahan material yang telah dipesan dari
kecamatan ke Desa Lontung Jae II. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa dari dana biaya pemberdayaan
masyarakat yang berjumlah Rp.52.012.000,- tidaklah semua digunakan untuk membeli bahan-bahan material, upah pekerja, tetapi biaya jasa transport dan
pekerja untuk mengangkut dan mengantar bahan-bahan material yang dibeli dari kecamatan untuk diantar ke Desa Lontung Jae II. Hal ini juga yang menjadi
kendala bagi pemerintah desa dalam hal dana. Dana yang diberikan oleh pemerintah kabupaten tidak seutuhnya ditujukan untuk pembelian bahan-bahan
material, sebagian habis untuk ongkos kirim dan jasa pengangkut. Jadi, seperempat dana habis untuk biaya transportkirim bahan-bahan material dari
kecamatan ke Desa Lontung Jae II. Terkait dengan pencairan biaya pemberdayaan masyarakat yang dicairkan
pada Bulan November, diperoleh informasi yang sama dari Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan dan Ketua Tim Pelaksana Kegiatan yang mengatakan
Universitas Sumatera Utara
pencairan dana yang dilakukan oleh pihak kabupaten memang menyulitkan para pelaksana kebijakan di tingkat desa. Para pelaksana di tingkat desa harus berpacu
dengan waktu, padahal waktu yang dimiliki oleh tim pelaksana di desa tidaklah banyak. Belum lagi seperti Desa Lontung Jae II yang letak geografisnya sangatlah
sulit untuk ditempuh oleh masyarakat dan harus berjalan untuk dapat sampai di desa tersebut. Jadi, untuk mendatangkan bahan-bahan material yang telah dipesan
dari kecamatan harus memakan waktu yang cukup lama untuk tiba di Desa Lontung Jae II.
Untuk mensiasati hal tersebut, selain mendapat bantuan gotong royong dari masyarakat, Tim Pelaksana Kegiatan mengupah masyarakat dalam
pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton. Tentu tidak setiap hari masing-masing masyarakat bisa meluangkan waktu untuk bergotong royong, dan
pastinya harus bekerja seperti biasa untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang terpilih sebagai pekerja upah adalah masyarakat yang memiliki
pengalaman kerja dibidang bangunan dan mengerti akan bangunan. Selain itu, para pekerja yang membangun gorong-gorong tersebut dibagi menjadi tiga grup
dan masing-masing grup mengerjakan pembangunan di tiga dusun yang telah dibagi oleh Tim Pelaksana Kegiatan. Hal ini disebabkan jarak antar dusun satu
dengan dusun lainnya lumayan jauh. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu pengerjaan pembangunan tujuh buah gorong-gorong di Desa Lontung Jae II.
Namun, dalam proses pelaksanaan kegiatan bantuan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II baik dari awal sosialisasi hingga pada tahap akhir yaitu
pelaporan pertanggungjawaban tidak terlepas dari penggunaan fasilitas-fasilitas yang mendukung kebijakan tersebut, baik berupa kendaraan dinas kepala desa
Universitas Sumatera Utara
yang sering dipakai sebagai alat transportasi untuk mengurusi hal-hal yang penting ke kecamatan, kertas atau alat kantor yang ada di kantor desa, dan
tentunya yang tidak ketingalan adalah sumbangsih bantuan gotong royong dari masyarakat.
Berdasarkan pendapat para informan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan Alokasi Dana
Desa dibidang pendidikan memang terbilang rendah dan hal ini berpengaruh terhadap kinerja mereka dalam hal mengurusi berkas-berkas untuk keperluan
administrasi, apalagi yang mengharuskan menggunakan komputer, namun tim pelaksana mempunyai kemampuan untuk mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengerjaan program Alokasi Dana Desa. Sedangkan untuk hal proses pencairan dana Alokasi Dana Desa dirasa terlambat dan tentunya
sangat menyulitkan para pelaksana kebijakan Alokasi Dana Desa di tingkat desa dalam pembangunan tujuh buah gorong-gorong apalagi dikarenakan kondisi
geografis desa yang begitu jauh dan tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Namun, demikian, dalam pengerjaannya Tim Pelaksana Kegiatan mendapat
dukungan fasilitas-fasilitas dan juga dukungan dari masyarakat. 3 Struktur Birokrasi
Menurut informasi yang diperoleh dari kepala desa, struktur birokrasi kegiatan Alokasi Dana Desa dibagi menjadi dua, yaitu Tim Pengelola dan Tim
Pelakasana Kegiatan. Tim Pengelola ADD Desa Lontung Jae II terdiri dari 3 orang yakni kepala desa, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK, dan
Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan PJAK yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penggunaan dana termasuk surat pertanggung jawaban atas
Universitas Sumatera Utara
penggunaan keuangan desa sedangkan Tim Pelaksana Kegiatan beranggotakan 5 orang yang bertugas menyusun Usulan Rencana Kegiatan URK dan Rencana
Anggaran Biaya RAB. Selain itu, melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam URK dan RAB dan menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa. Beliau menambahkan, dalam menjalankan kegiatan bantuan Alokasi Dana
Desa kedua tim inilah yang menjadi pelaksana dan memegang fungsi untuk mengatur bagaimana pelaksanaannya di desa. Berjalan tidaknya atau baik
tidaknya proses kegiatan pembangunan yang bermodalkan dari dana Alokasi Dana Desa semuanya terletak pada Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan, hal ini
merupakan tanggung jawab dari kedua tim tersebut. Unsur-unsur desa yang ada seperti BPD, aparat desa yang tidak terpilih sebagai Tim Pelakasana Kegiatan,
PKK, tokoh masyarakat, tokoh LPM, hanyalah memiliki peranan sebatas tahu saja, dan tidak berhak untuk mencampuri pelaksanaan pengerjaan kegiatan, baik
melengkapi berkas-berkas untuk pencairan dana dan kegiatan lainnya. Namun, lanjut beliau, unsur lembaga desa berhak memonitoring dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Kegiatan. Dalam hal pembagian tugas beliau juga mengatakan pembagian tugas
sudah jelas dan sudah diatur dalam Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013. Tim Pengelola bertugas bertanggung jawab terhadap seluruh
penggunaan dana Alokasi Dana Desa sedangkan tugas Tim Pelaksana Kegiatan adalah menyusun Usulan Rencana Kegiatan URK dan Rencana Anggaran Biaya
RAB. Selain itu, melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam URK dan RAB dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan deskripsi hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa intensitas sosialisai terkait kebijakan Alokasi Dana Desa sudah jauh hari
dilakukan dan dirasa sudah baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya usaha-usaha sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk juga kepala-kepala
dusun, kepada masyarakat dengan cara menjumpai warga yang ada di rumah, kedai kopi, dan di acara adat dan menempelkan secarik kertas pengumuman di
papan informasi desa. Sedangkan sosialisasi resmi dilakukan pemerintah desa melalui surat undangan musrenbangdes kepada tiap pengurus gereja yang ada di
wilayah Desa Lontung Jae II. Untuk kejelasan informasi atau pesan terkait bantuan Alokasi Dana Desa yang disampaikan oleh kepala desa kepada
masyarakat sudah baik dan dapat dimengerti oleh masyarakat yang hadir. 2 Sumber Daya
Adapun Tim Pengelola ADD Desa Lontung Jae II terdiri dari 3 orang yakni kepala desa, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK, dan
Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan PJAK yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penggunaan dana termasuk surat pertanggung jawaban atas
penggunaan keuangan desa sedangkan Tim Pelaksana Kegiatan beranggotakan 5 orang yang bertugas menyusun Usulan Rencana Kegiatan URK dan Rencana
Anggaran Biaya RAB. Selain itu, melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam URK dan RAB dan menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan kepada kepala desa. Seperti yang dikemukan sebelumnya, jumlah dana Alokasi Dana Desa
pada tahun 2013 yang diterima oleh Desa Lontung Jae II adalah sebesar Rp. 52.012.000,- dan pencairannya pada Bulan November 2013. Berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
Kepala Desa. Namun, Tim Pengelola juga bertanggung jawab mendampingi Tim Pelaksana Kegiatan jika diperlukan dan harus memonitoring setiap perkembangan
pelaksanaan kegiatan pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton di tiga dusun.
Hal yang senada juga dilontarkan oleh Ketua Tim Pelaksana Kegiatan yang mengatakan bahwa untuk yang melaksanakan kegiatan adalah tugas dari
Tim Pelaksana Kegiatan dan Tim Pengelola bertanggung jawab sebagai pendamping Tim Pengelola Kegiatan. Ketika ada sesuatu hal yang tidak
dimengerti oleh Tim Pelaksana Kegiatan, maka Tim Pengelola wajib turun tangan mengatasi permasalahankendala yang tengah dihadapi oleh Tim Pelaksana
Kegiatan. Semua dilakukan dengan tujuan agar bagaimana pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil deskripsi wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan struktur organisasi pelaksana Alokasi Dana Desadi Desa Lontung
Jae II telah sesuai dengan Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013. Untuk pembagian tugas juga telah dijelaskan pada perbup dan telah dijalankan
oleh masing-masing organisasi pelaksana, yakni Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan. Demikian juga hal nya dengan koordinasi diantara para
organisasi pelaksana telah dilakukan dengan baik dan biasanya bersifat kondisional.
4 Sikap Terkait dengan persepsi para pelaksana kegiatan terhadap kebijakan
Alokasi Dana Desa didapat informasi dari kepala desa yang menyatakan bahwa bantuan Alokasi Dana Desa sangat berguna bagi pembangunan di desa, apalagi
Universitas Sumatera Utara
Desa Lontung Jae II merupakan desa yang tertinggal dan terisolir dan tentunya masih sangat minim pembangunan. Dengan adanya bantuan Alokasi Dana Desa,
pemerintah desa mendapat bantuan dana untuk melakukan program pembangunan meskipun program pemberdayaan dilaksanakan lebih kepada pembangunan fisik.
Namun beliau juga berharap pada pemerintah kabupaten hendaknya pencairan dana bantuan Alokasi Dana Desa untuk tahun anggaran kedepannya dipercepat
dari tahun sebelumnya mengingat pencairan dana bantuan Alokasi Dana Desa pada tahun sebelumnya dilakukan pada Bulan November. Menurut pengakuan
beliau, pencairan dana bantuan yang diterima pada akhir tahun sangat merepotkan oleh Tim Pengelola maupun Tim Pelaksana Kegiatan. Hal ini disebabkan tidak
adanya waktu yang cukup yang dimiliki oleh mereka untuk mengerjakan atau melaksanakan proses kegiatan apalagi kondisi geografis desa yang begitu jauh dan
sulit untuk ditempuh, baik itu melalui jalan kaki apalagi kendaraan bermotor. Dengan pencairan dana yang datangnya pada akhir tahun membuat Tim Pelaksana
Kegiatan menggunakan jasa buruh bangunan meskipun mereka adalah masyarakat Desa Lontung Jae II sendiri untuk mengerjakan setiap program pembangunan
sebagaimana yang telah ditetapkan pada daftar Usulan Rencana Kegiatan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Tim Pelaksana Kegiatan yang
mengatakan setiap bantuan yang diterima oleh Desa Lontung Jae II disambut dengan baik, termasuk bantuan Alokasi Dana Desa. Dengan adanya bantuan
Alokasi Dana Desa, desa mendapat bantuan dana untuk pembangunan tujuh buah gorong-gorong di tiga dusun yang dianggap beliau sudah sangat perlu untuk
dibangun. Menurut beliau tujuan pembangunan tujuh buah gorong-gorong di tiga dusun berfungsi sebagai jembatan kecil yang menghubungkan dusun satu dengan
Universitas Sumatera Utara
dusun lainnya, baik digunakan oleh pengendara sepeda motor maupun pejalan kaki, khususnya pada musim kemarau. Dusun satu dengan dusun lainnya
dipisahkan oleh parit. Jadi, untuk dapat ke dusun yang lain mau tidak mau harus melewati parit tersebut. Padahal keadaan parit tersebut lumayan sulit untuk
dijalani atau dilalui oleh masyarakat yang hendak melintasinya, apalagi pada musim penghujan. Dengan adanya gorong-gorong, masyarakat sudah semakin
nyaman dan aman untuk melintas ke dusun yang lainnya pada saat musim kemarau.
Namun, disisi lain beliau juga mengkritiki pencairan dana bantuan Alokasi Dana Desa yang pencairannya dilakukan pada Bulan November. Menurut beliau,
dengan kondisi yang seperti itu membuat Tim Pelaksana Kegiatan bekerja maksimal untuk dapat menyelesaikan pembangunan gorong-gorong dengan tepat
waktu dan bukan hanya masalah pembangunan gorong-gorong saja yang menjadi masalah terbesar yang dihadapi tetapi masalah pembuatan atau penyusunan
laporan pertanggungjawabannya. Walaupun demikian, beliau juga berharap kepada pemerintah kabupaten agar dana bantuan Alokasi Dana Desa ditambah
melihat kondisi Desa Lontug Jae II yang masih sangat tertinggal dan terisolir. Dengan adanya penambahan jumlah dana, tentunya pembangunan yang akan
dilakukan semakin memiliki dampak yang lebih besar lagi terhadap masyarakat, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur desa
Selain persepsi, diperoleh juga informasi terkait respon dari para pelaksana kegiatan bantuan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II dari Tim Pengelola
dan Tim Pelaksana Kegiatan yang menyatakan pemerintah desa sangat respon dan menyambut baik bantuan dana Alokasi Dana Desa yang diberikan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dibuktikan ketika ada perintah dari pihak kecamatan untuk mengadakan sosialisasi tentang Alokasi Dana Desa, pemerintah desa segera melakukannya dengan cara
musrenbangdes, dan itu dilaksanakan pada bulan Juli. Pemerintah desa segera memberikan surat undangan musrenbangdes kepada tiap pengurus gereja yang
berada di wilayah Desa Lontung Jae II guna dibacakan kepada jemaat yang hadir untuk menghadiri acara musrenbang yang akan diadakan. Selain surat undangan,
beliau juga menambahkan cara yang digunakan untuk mengajak masyarakat untuk menghadiri acara musrembang yaitu dengan pendekatan kepada masyarakat
secara langsung yang ditemui di kedai kopi maupun di acara adat dan menempelkan secarik kertas di papan informasi desa. Selain mengadakan
musrenbangdes, pembimbingan yang dilakukan oleh tim pengelola terhadap tim pelaksana kegiatan dalam setiap proses ada. Bukan hanya itu saja, namun untuk
setiap proses kegiatan alokasi dana desa, tim pengelola dan tim pelaksana selalu berusaha untuk mengikuti dan melakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil deskripsi wawancara di atas, maka dapat disimpulkan para pelaksana kegiatan memiliki persepsi yang baik dan mendukung kepada
kebijakan Alokasi Dana Desa dan berharap adanya peningkatan jumlah bantuan dana melihat kondisi Desa Lontung Jae II yang masih sangat tertinggal dan
terisolir dan tentunya masih sedikit mengalami pembangunan infrastruktur desa serta pencairan biaya pemberdayaan hendaknya dicairkan lebih awal dari waktu
sebelumnya. Terkait respon, pelaksana kegiatan memiliki respon yang baik juga juga terhadap bantuan Alokasi Dana Desa. Begitu juga hal nya dengan tindakan
atau langkah yang dilakukan oleh para pelaksana kegiatan dilakukan sesuai dengan arahan atau petunjuk perbup, yakni mulai sosialisasi pada acara
Universitas Sumatera Utara
musrenbangdes, penyusunan Daftar Usulan Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya, pengerjaan gorong-gorong hingga pada penyampaian laporan
pertanggungjawaban. 5 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dana Alokasi Dana Desa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu biaya honor pemerintah desa, biaya operasional
pemerintahan desa serta biaya pemberdayaan masyarakat. Biaya honor pemerintah desa penggunaannya untuk membayar gaji kepala desa, sekretaris desa Non
PNS, kepala urusan, ketua BPD, wakil ketua BPD, sekretaris BPD dan anggota BPD. Biaya operasional pemerintahan desa dipergunakan untuk kelancaran
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan tugas-tugas kemasyarakatan. Sedangkan biaya pemberdayaan masyarakat digunakan untuk
pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meninngkatkan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013, bantuan Alokasi Dana Desa, dalam hal ini biaya pemberdayaan masyarakat,
diharapkan mampu menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan, meningkatkaann infrastruktur pedesaan, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pengembangan kegiatan social dan ekonomi masyarakat, mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat, meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan kemasyarkatan dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan ukuran dan tujuan kebijakan sebagaimana yang tertuang dalam perbup, kesesuaian program yang dilaksanakan di Desa Lontung Jae II
dengan kebijakan Alokasi Dana Desa sudah sesuai. Dari informasi yang didapat dari beberapa informan utama diperoleh keterangan dana bantuan Alokasi Dana
Desa dipergunakan untuk pembangunan tujuh buah gorong-gorong di tiga dusun. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan diberikannya bantuan Alokasi Dana Desa
itu sendiri yaitu peningkatan infrastruktur desa. Hal ini dilakukan dengan melihat masih minimnya infrastruktur desa yang dimiliki oleh Desa Lontung Jae II.
Dengan melihat dana yang diperoleh sebesar Rp. 52.012.000,- dan kondisi letak geografis yang jauh dan sulit ditempuh, maka pemerintah desa dan masyarakat
menyepakati dana bantuan Alokasi Dana Desa untuk tahun 2013 dialokasikan untuk membangun tujuh buah gorong-gorong plat beton di tiga dusun. Jadi,
pembangunan gorong-gorong plat beton di tiga dusun merupakan pembangunan yang lahir berdasarkan atas kekuatan dana yang dimiliki diikutiditimbang dengan
skala prioritas dan letak geografis desa. Sedangkan untuk pengalokasian dana Alokasi Dana Desa dilakukan sesuai
dengan perbup. Biaya honor dipergunakan untuk membayar honor kepala desa, kepala urusan, ketua BPD, wakil ketua BPD, dan anggota BPD. Hal ini juga
dinyatakan oleh Penanggung Jawab Administrai Kegiatan yang mengungkapkan penggunaan bantuan Alokasi Dana Desa dialokasikan berdasarkan post-nya. Dana
honor digunakan untuk honor pemerintah desa, dana operasional digunakan untuk biaya operasional dan biaya pemberdayaan digunakan untuk biaya pembangunan
gorong-gorong.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton di tiga dusun merupakan program kegiatan yang pengerjaannya telah sesuai dengan apa yang
ada pada Daftar Usulan Rencana Kerja dan tidak membelot sama sekali. Pada acara musrenbang telah ditetapkan secara bersama yang menjadi program
pembangunan untuk dana Alokasi Dana Desa yaitu pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton di tiga dusun, dan hal ini langsung disusun dalam Daftar
Usulan Rencana Kerja. Program kegiatan yang telah tersusun dalam Daftar Usulan Rencana Kerja merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Tim
Pelaksana Kegiatan ketika dana sudah cairturun. Jadi, ketika dana sudah cairturun, Tim Pelaksana Kegiatan segera melakukan pekerjaan pembangunan
sesuai dengan apa yang terdaftar dalam Usulan Rencana Kerja. Berdasarkan hasil deskripsi wawancara di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II secara umum dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2013 yaitu
pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton di tiga dusun merupakan salah satu tujuan bantuan Alokasi Dana Desa yakni peningkatan infrastruktur desa, dan
ketepatan sasaran bila dibandingkan dengan Daftar Usulan Rencana Kegiatan terungkap bahwa pengerjaannya telah sesuai dengan apa yang direncanakan
semula, yakni pembangunan tujuh buah gorong-gorong plat beton di tiga dusun, yakni Dusun Hadataran, Dusun Hapesong dan Dusun Parratusan.
Universitas Sumatera Utara
V.4 Data Sekunder V.4.1 Proyeksi Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah