BAB VI ANALISA DATA
Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisa sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji penulis dari indikator-
indikator yang digunakan. Data tersebut merupakan data yang diperoleh melalui hasil wawancara dan beberapa data sekunder dari Kantor Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Desa Godung
Borotan Kecamatan Pangaribuan dan Desa Lontung Jae II Kecamatan Garoga. Dari hasil analisis ini nantinya akan diperoleh kesimpulan mengenai pelaksanaan
atau implementasi proses Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan dan Desa Lontung Jae II serta pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara.
VI.1 Analisis implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan
1. Komunikasi Keberhasilan implementasi sebuah kebijakan salah satu faktor yang
menentukannya adalah komunikasi. Komunikasi sangat berperan penting dalam proses pelaksanaan sebuah kebijakan termasuk kebijakan Alokasi Dana Desa
ADD di Desa Godung Borotan Kecamatan Pangaribuan. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan dilakukan setelah
mendapat arahan dari pihak kabupaten pada saat acara sosialisasi kebijakan Alokasi Dana Desa di wilayah IV Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga yang diadakan di Desa Pakpahan Kecamatan Pangaribuan. Pemerintah Desa Godung
Borotan secara langsung menyosialisasikan kepada masyarakat yang ditemui baik di acara adat dan kedai kopi untuk menghadiri acara musrenbangdes yang akan
dilaksanakan pada hari Minggu, 14 April 2013. Di samping itu, pemerintah Desa Godung Borotan juga menyosialisasikan acara musrenbangdes dengan cara
mengirimkan surat undangan kepada pengurus gereja – gereja yang ada di wilayah Desa Godung Borotan agar diwartakandiumumkan kepada jemaat pada saat
ibadah dan diwartakan hanya sekali saja karena proses sosialisasi musrenbang ini dilakukan dalam waktu satu minggu.
Dari jumlah penduduk Desa Godung Borotan yang berjumlah 968 jiwa, acara musrenbang desa hanya dihadiri 35 orang. Jika dibandingkan antara jumlah
penduduk desa dengan jumlah penduduk yang menghadiri acara musrenbang desa, menurut penulis hal ini menandakan intensitas sosialisasi yang dilakukan
oleh pemerintah desa untuk menghadiri acara musrenbang desa masih sangat kurang, yakni dilakukan hanya satu minggu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
salah seorang warga yang menyatakan bahwa beliau tidak pernah mendapat ajakan untuk menghadiri musrenbang desa bahkan mendengar istilah ADD pun
sama sekali tidak pernah dan tidak mengerti. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, proses sosialisasi acara musrenbang baiknya dilakukan lebih dari satu
minggu dengan harapan seluruh masyarakat desa mengetahui acara musrenbang desa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat acara musrenbang desa, kepala desa menyosialiasikan kebijakan Alokasi Dana Desa. Sosialisasi tersebut meliputi apa itu Alokasi Dana Desa,
berapa besaran dan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa Godung Borotan, apa tujuan Alokasi Dana Desa dan apa – apa saja larangannya. Menurut ketua tim
pelaksana kegiatan kebijakan Alokasi Dana Desa dan salah seorang warga yang menghadiri acara musrenbang desa, hal – hal yang disampaikan oleh kepala desa
selaku komunikator dapat dimengerti dengan baik. Berdasarkan kejelasan informasi yang disampaikan oleh kepala desa
selaku komunikator terkait dengan sosialisasi kebijakan Alokasi Dana Desa pada acara musrenbang, menurut penulis sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan
terbentuknya Tim Pengelola Kegiatan dan Tim Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa Desa Godung Borotan serta disepakatinya pembangunan selokan di Dusun
Nahornop dan di Dusun Lumban Gareja sebagai Daftar Usulan Rencana Kerja. 2. Sumber Daya
Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung tidak efektif. Dengan demikian sumber-sumber dapat merupakan faktor
yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik Winarno, 2002:132. Dalam hal sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan Alokasi Dana Desa di
Desa Godung Borotan ialah Tim Pengelola Kegiatan dan Tim Pelaksana Kegiatan. Tim pengelola berfungsi sebagai tim pendamping yang memberi arahan kepada
Tim Pelaksana Kegiatan dalam melaksanakan proses kebijakan setelah terpilih di acara musrenbangdes hingga pada pertanggungjawaban, sedangkan tugas dari Tim
Universitas Sumatera Utara
Pelaksana Kegiatan sebagai mana telah dijelaskan yakni melaksanakan kegiatan Alokasi Dana Desa yang telah disepakati bersama pada saat acara musrenbangdes
hingga pada tahap penyampaian laporan pertanggungjawaban. Tim Pelaksana Kegiatan terdiri dari lima orang anggota dan tingkat
pendidikannya cenderung rendah. Hal ini jelas berpengaruh terhadap proses pengerjaan program kebijakan Alokasi Dana Desa, terutama dalam hal tepat
waktu dan tepat administrasi. Hal ini juga dinyatakan oleh Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Desa Godung Borotan yang mengatakan dalam pengerjaan program
Alokasi Dana Desa Tim Pelaksana Kegiatan ada mengalami kesulitan dalam melakukan pengerjaan ADD, terutama penyusunan laporan perkembangan
kegiatan dan pertanggungjawaban kepada kepala desa. Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, Tim Pelaksana Kegiatan kerap meminta bantuan kepada Tim
Pengelola Kegiatan agar bagaimana pengerjaan program bantuan Alokasi Dana Desa berjalan dengan baik.
Bukan hanya dalam hal-hal yang bersifat administratif saja Tim Pengelola Kegiatan mengalami kesulitan, ternyata dalam mengajak partisipasi masyarakat
untuk bergotong royong pun tim pelaksana kegiatan mengalami kesulitan. Hal ini juga diungkapkan oleh Ketua Tim Pelaksana Kegiatan yang mengatakan kendala
lain yang dihadapi oleh Tim Pelaksana dalam mengerjakan program bantuan Alokasi Dana Desa, dalam hal ini pembangunan selokan di Dusun Nahornop,
ialah sulitnya mengajak masyarakat untuk bergotong royong. Beliau menambahkan masyarakat sekarang sudah disibukkan dengan
pekerjaan dan lebih mementingkan hal itu ketimbang bergotong royong untuk kepentingan bersama. Jika diajak untuk bergotong royong masyarakat banyak
Universitas Sumatera Utara
yang beralasan ada pekerjaan dan menolaknya. Pernyataan Ketua Tim Pelaksana Kegiatan dibenarkan oleh seorang warga yang mengatakan pernah mendapat
ajakan untuk bergotong royong dalam pembangunan selokan di Dusun Nahornop, namun beliau tidak bisa ikut serta dikarenakan urusan pekerjaan. Namun,
pernyataan Ketua Tim Pelaksana Kegiatan bertolak belakang dengan apa yang diutarakan oleh seorang warga yang mengatakan bahwa beliau tidak pernah
mendapat ajakan untuk bergotong royong membangun selokan di Dusun Nahornop, bahkan paling ironisnya beliau tidak tahu apa-apa saja program-
program yang ada di desanya. Beliau juga menambahkan hanya orang terdekat dengan kepala desa atau sekretaris desa saja yang sering ikutterlibat dalam
pengerjaan program-program desa. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis menganalisa bahwa
tingkat pendidikan anggota Tim Pelaksana Kegiatan yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam mengerjakan program kegiatan Alokasi Dana
Desa terutama dalam hal yang bersifat administrasi dan pemahaman mengenai Alokasi Dana Desa yang mana esensi dari bantuan Alokasi Dana Desa ialah
partisipasi masyarakat. Hal ini terbukti dengan tidak adanya keikutsertaan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan selokan di Dusun
Nahornop sebagai program kegiatan program Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan. Tim Pelaksana Kegiatan mengalami kesulitan dalam mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi atau bergotong royong dalam pembangunan selokan di Dusun Nahornop bahkan ada kesan tebang pilih dalam mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan selokan di Dusun Nahornop.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan sumber daya modal, Desa Godung Borotan menerima dana pemberdayaan masyarakat sebesar Rp. 11.178.000,-. Hal ini sesuai sebagaimana
yang tertuang dalam Keputusan Bupati Tapanuli Utara No. 59 tahun 2003. Pencairan biaya pemberdayaan masyarakat diterima oleh Desa Godung Borotan
pada awal Bulan Oktober. Biaya pemberdayaan masyarakat ialah biaya yang digunakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan untuk pembangunan desa.
Dengan pencairan yang diterima pada Bulan Oktober, pelaksana kebijakan menyatakan bahwa Tim Pengelola dan Pelaksana Kegiatan merasa direpotkan
dalam mengerjakan program kegiatan Alokasi Dana Desa. Hal ini dikarenakan waktu yang dimiliki sangatlah terbatas, yakni dari awal Bulan Oktober hingga
pertengahan Bulan Desember dan ini juga yang membuat Tim Pelaksana Kegiatan tidak mengikutsertakan seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan selokan di Dusun Nahornop. Hanya orang yang memiliki keahlian dibidang bangunan saja yang ditugasi untuk mengerjakan pembangunan selokan
di Dusun Nahornop. Pelaksana kebijakan menambahkan bukan hanya pembangunan selokan saja yang menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan, tetapi
juga pertanggungjawaban-pertanggungjawaban lainnya, seperti
pertanggungjawaban biaya honor pemerintah desa dan juga biaya operasional pemerintahan desa. Ada kesan paksaan dari pemerintah kabupaten terhadap para
pelaksana kebijakan di tingkat desa. Disamping hal pencairan dana yang diterima desa pada Bulan Oktober,
para pelaksana kebijakan berharap untuk tahun anggaran berikutnya jumlah dana biaya pemberdayaan masyarakat agar ditambah. Dengan dana yang lebih besar,
Universitas Sumatera Utara
pasti pembangunan yang dilakukan atau dikerjakan memiliki dampak yang lebih ketimbang dana sebelas juta.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, penulis menganalisa pencairan dana biaya pemberdayaan masyarakat yang diterima oleh Desa Godung Borotan
pada Bulan Oktober memang merepotkan Tim Pelaksana Kegiatan dalam mengerjakan program pembangunan selokan hingga pada penyampaian laporan
pertanggungjawaban bantuan Alokasi Dana Desa secara menyeluruh. Waktu yang dimiliki oleh Tim Pelaksana Kegiatan dalam mengerjakan program Alokasi Dana
Desa mulai dari pembangunan selokan di Dusun Nahornop hingga pada penyampaian laporan pertanggungjawaban bantuan Alokasi Dana Desa secara
menyeluruh adalah Bulan Oktober hingga Desember. Tanggal 31 Desember merupakan batas akhir penyampaian laporan pertanggungjawaban ke pihak
kabupaten melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara. Apabila desa tidak menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara hingga tanggal yang telah ditentukan, maka desa
yang bersangkutan akan diberikan peringatan berupa bahan pertimbangan untuk mendapatkan dana bantuan alokasi dana desa tahun anggaran berikutnya. Inilah
yang menjadi kesan paksaan dari pemerintah kabupaten kepada pelaksana kebijakan di tingkat desa. Pelaksana kebijakan ditingkat desa mau tidak mau harus
mengerjakan atau menyelesaikan bantuan dana Alokasi Dana Desa yang diterima dengan batas waktu per 31 Desember. Jika desa tidak menyampaikan laporan
pertanggungjawaban ke pihak kabupaten hingga pada batas waktu yang ditentukan, maka desa yang bersagkutan akan mendapat peringatan berupa bahan
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan untuk mendapatkan dana bantuan Alokasi Dana Desa tahun anggaran berikutnya. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, hal ini juga
membuat Tim Pelaksana Kegiatan tidak mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengerjakan pembangunan selokan di Dusun Nahornop,
hanya masyarakat yang memiliki keahlian dibidang bangunan saja yang ditugasi untuk mengerjakan.
Dalam proses pengerjaan kebijakan Alokasi Dana Desa dari awal sosialisasi hingga pada penyampaian laporan pertanggungajawaban ke pihak
kabupaten, tidak terlepas dari adanya kesediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung, baik meliputi kendaraan dinas kepala desa, halaman SD I Sigotom,
kantor Desa Godung Borotan, peralatan kantor yang ada di kantor desa dan tentunya sumbangsih bantuan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan adanya bantuan fasilitas-fasilitas yang mendukung membantu para pelaksana kebijakan dalam melakukan kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa
Godung Borotan. 3. Struktur Birokrasi
Birokrasi menunjuk pada suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengerahkan tenaga dengan teratur untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
mengimplementasikan sebuah kebijakan, struktur organisasi turut mendukung dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam kebijakan yang ada.
Organisasi pelaksana kebijakan Alokasi Dana Desa ialah Tim Pengelola Kegiatan dan Tim Pelaksana Kegiatan. Pembentukan organisasi pelaksana kebijakan
Alokasi Dana Desa di Desa Godung Borotan diadakan pada acara musrenbangdes.
Universitas Sumatera Utara
Tim Pelaksana Kegiatan dipilih secara bersama oleh aparat desa dan masyarakat yang menghadiri acara musrenbangdes dari unsur aparat desa, anggota
Badan Permusyawaratan Desa, unsur Lembaga Partungkoan Masyarakat, tokoh masyarakat, dan Tim Penggerak PKK. Beda halnya dengan Tim Pengelola
Kegiatan. Tim Pengelola Kegiatan sudah ditentukan orang-orangnya oleh kabupaten. Tim Pengelola Kegiatan terdiri dari kepala desa, Penanggung Jawab
Administrasi Kegiatan yaitu bendahara desa dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan adalah sekretaris desa.
Kedua organisasi ini merupakan pelaksana dan bertanggung jawab atas pelaksanaan Alokasi Dana Desa. Tim Pengelola Kegiatan bertanggung jawab
terhadap seluruh penggunaan dana Alokasi Dana Desa, sedangkan Tim Pelaksana Kegiatan bertugas menyusun Usulan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Biaya,
melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pengelola. Dalam hal pengambilan dana biaya pemberdayaan yang bertugas ialah Penanggung
Jawab Administrasi Kegiatan. Pencairan dana diterima oleh Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan melalui rekening Desa Godung Borotan di Ibukota
Kecamatan Pangaribuan, yakni di Desa Pakpahan, dan diterima dari pihak Bank Sumut selaku mitra Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dalam hal pencairan
dana. Begitu dana biaya pemberdayaan diterima oleh desa, barulah Tim Pelaksana Kegiatan melakukan pembangunan selokan di Dusun Nahornop.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaan kebijakan Alokasi Dana Desa, kedua organisasi pelaksana melakukan koordinasi. Apabila Tim Pelaksana mengalami kesulitan
dalam mengerjakan sesuatu hal, maka Tim Pengelola menjadi pendamping yang memberi solusi atas kesulitan yang dihadapi. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan
bantuan Alokasi Dana Desa dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menganalisa dalam hal
organisasi pelaksana sudahlah tepat sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
Alokasi Dana DesaKelurahan ADDK Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2013 mulai tentang pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan yang dipilih
pada saat acara musrenbangdes yang diatur pada pasal 9 ayat 2, pasal 1 ayat 11 sampai 14 yang menyebutkan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa
adalah kepala desa, Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan dan Penanggung Jawab Operasional kegiatan dipilih oleh kepala desa, penanggung Jawab
Administrasi Kegiatan ialah bendahara desa serta Penanggung Jawab Operasional Kegiatan ialah sekretaris desa serta pasal 8 ayat 1 yang menyebutkan Tim
Pelaksana Kegiatan tingkat desa dipilih dari perangkat desa, anggota BPD, anggota LPM, Tim Penggerak PKK, dan tokoh masyarakat.
Untuk pembagian tugas juga telah dijelaskan pada perbup dan telah dijalankan oleh masing-masing organisasi pelaksana, yakni Tim Pengelola dan
Tim Pelaksana Kegiatan. Demikian juga hal nya dengan koordinasi diantara para organisasi pelaksana telah dilakukan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
4. Sikap Peran penting sikap pelaksana dalam implementasi suatu kebijakan
disampaikan oleh Hessel 2003:90 sebagai berikut: ”Jika para implementor memperhatikan terhadap suatu kebijakan khusus, maka dimungkinkan bagi
implementor untuk melakukan sebagaimana yang dimaksudkan para pembuat keputusan. Namun ketika sikap atau perspektif implementor ini berbeda dari para
pembuat keputusan, proses mengimplementasikan sebuah kebijakan menjadi secara pasti lebih sulit”. Pendapat Hessel di atas menunjukkan bahwa meskipun
para pelaksana kebijakan memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah kebijakan, namun ketika para implementor tidak setuju terhadap kebijakan
tersebut, akan mengarah untuk tidak melakukan
.
Terkait dengan persepsi pelaksana terhadap bantuan Alokasi Dana Desa, para Pelaksana Kegiatan menyatakan bantuan Alokasi Dana Desa sangat berguna
bagi pembangunan desa terutama dalam hal fisik. Dengan adanya bantuan Alokasi Dana Desa tahun anggaran 2013, pemerintah desa dapat menggunakannya untuk
pembangunan selokan di Dusun Nahornop yang berfungsi untuk membawa genangan air pada saat hujan ke sungai dengan tujuan agar Pasar Sigotom tidak
tergenang air hujan. Dengan demikian, masyarakat tidak engganmalas untuk datang ke Pasar Sigotom pada saat hari hujan.
Namun, di sisi lain para pelaksana juga mengkritiki pencairan dana Alokasi Dana Desa yang diterima oleh desa pada Bulan Oktober atau akhir-akhir
tahun. Menurut para pelaksana dengan pencairan yang dilakukan pihak kabupaten pada akhir-akhir tahun membuat Tim Pelaksana di tingkat desa keteteran. Waktu
yang dimiliki oleh Tim Pelaksana sangatlah terbatas. Dengan keterbatasan waktu
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki berdampak pada pengajakan terhadap masyarakat untuk berpartisipasi dalam program Alokasi Dana Desa yang mana merupakan esensi
dari bantuan Alokasi Dana Desa tersebut. Belum lagi dengan kemampuan Tim Pelaksana Kegiatan yang masih rendah, sangat membuat Tim Pelaksana Kegiatan
kewalahan. Harapan para pelaksana di tingkat desa ialah pencairan dana diberikan beberapa saat setelah desa menyampaikan berkas-berkas yang diperlukan untuk
proses pencairan dana, tidak butuh waktu yang lama. Di samping itu, para pelaksana di tingkat desa juga memiliki harapan agar jumlah dana bantuan
Alokasi Dana Desa ditambah agar program yang dilakukan oleh pemerintah desa dampaknya dapat dirasakan atau dinikmati oleh banyak masyarakat bahkan
seluruh masyarakat. Selain persepsi, respon para pelaksana kebijakan terhadap bantuan Alokasi
Dana Desa sangat respon dan menyambut baik bantuan Alokasi Dana Desa yang diberikan. Hal ini dibuktikan setelah pulang dari sosialisasi kebijakan Alokasi
Dana Desa di kecamatan, maka pemerintah desa segera melakukan sosialisasi acara musrenbangdes, dan itu dilakukan pada Bulan April. Pemerintah desa segera
memberikan surat undangan musrenbang kepada tiap pengurus gereja yang berada di wilayah Desa Godung Borotan guna dibacakan kepada jemaat yang hadir untuk
menghadiri acara musrenbang yang akan diadakan pada tanggal 14 April 2013. Selain surat undangan, beliau juga menambahkan cara yang digunakan untuk
mengajak masyarakat untuk menghadiri acara musrenbang yaitu dengan pendekatan kepada masyarakat secara langsung yang ditemui di kedai kopi
maupun di acara adat, menyusun Usulan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Biaya, pembangunan selokan di Dusun Nahornop hingga pada penyampaian
Universitas Sumatera Utara
laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu. Begitu juga dengan bimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan kepada Tim
Pelaksana Kegiatan merupakan bukti respon yang baik dari pelaksana kebijakan di tingkat desa.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menganalisa memang bantuan Alokasi Dana Desa sangatlah baik untuk pembangunan desa, meskipun pada
umumnya dananya digunakan oleh para pelaksana kebijakan untuk pembangunan fisik desa. Namun demikian, alangkah lebih baiknya lagi jika pencairan dana
Alokasi Dana Desa diberikan pemerintah kabupaten beberapa saat setelah desa menyiapkan berkas-berkas yang menjadi syarat pencairan dana biaya
pemberdayaan, bukan di akhir-akhir tahun. Hal ini bertujuan agar para pelaksana kebijakan mampu mengerjakan kegiatan Alokasi Dana Desa dengan baik dan
maksimal. Dengan pencairan yang dilakukan pada Bulan Oktober, hal ini mendapat kritikan dari para pelaksana kebijakan di tingkat desa karena dengan
demikian Tim Pelaksana Kegiatan tidak memiliki yang yang cukup untuk mengerjakan pembangunan selokan di Dusun Nahornop dan kegiatan lain ke
depannya dalam proses kegiatan Alokasi Dana Desa. Namun di samping itu, para pelaksana kebijakan berharap kepada
pemerintah kabupaten agar jumlah dana bantuan Alokasi Dana Desa untuk tahun anggaran berikutnya dinaikkan agar program yang dilakukan oleh pemerintah
desa dampaknya dapat dirasakan atau dinikmati oleh banyak masyarakat bahkan seluruh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Terkait respon, para pelaksana kebijakan di Desa Godung Borotan merespon bantuan Alokasi Dana Desa dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
segeranya pemerintah desa melakukan sosialisasi acara musrenbangdes, menyusun Usulan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Biaya, pembangunan
selokan di Dusun Nahornop hingga pada penyampaian laporan pertnggungjawaban yang tepat waktu. Begitu juga dengan bimbingan dan
pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan kepada Tim Pelaksana Kegiatan merupakan bukti respon yang baik dari pelaksana kebijakan
di tingkat desa. Namun alangkah baiknya jika respon baik yang dimiliki oleh para pelaksana juga mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam kegiatan proses
Alokasi Dana Desa. Para pelaksana kebijakan tidak bertumpu pada tujuan yang harus terselesaikan dengan waktu yang memang tidak mendukunng, tetapi
mencoba mengikutsertakan partisipasi masyarakat sebagai tujuan dasar dari pemberian bantuan Alokasi Dana Desa tersebut.
5. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Identifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai
sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna di dalam menguraikan tujuan-tujuan
keputusan kebijakan secara menyeluruh. Namun demikian, dalam banyak kasus ditemukan beberapa kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengukur pencapaian
Terkait dengan ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan di Desa Godung Borotan, informan menyatakan dana
bantuan Alokasi Dana Desa dipergunakan untuk pembangunan selokan di Dusun Nahornop dan hal ini sesuai dengan tujuan pemberiannya yaitu peningkatan
Universitas Sumatera Utara
infrastruktur desa. Hal ini dilakukan juga dengan melihat kesesuaian dana yang diterima oleh desa dan kegiatan apa yang cocok untuk dilakukan dan tentunya
juga melihat sisi prioritasnya. Jadi, pembangunan selokan di Dusun Nahornop merupakan pembangunan yang lahir berdasarkan atas kekuatan dana yang dimiliki
diikutiditimbang dengan skala prioritas dan juga sesuai dengan Daftar Usulan Rencana Kerja sebagai mana disepakati bersama pada acara musrenbangdes.
Namun menurut penulis, pembangunan selokan di Dusun Nahornop bukanlah merupakan program kerja yang tepat meskipun dengan memperhatikan
dana yang diterima. Dengan dana Rp. 11.178.000,- yang diterima oleh Desa Godung Borotan untuk pemberdayaan masyarakat, alangkah lebih baik jika yang
dikerjakan atau dibangun ialah pembangunan tempat air minum di beberapa dusun yang memang sangat membutuhkan dibandingkan juga dengan jumlah penduduk
yang menggunakan. Berdasarkan pengamatan penulis, pembangunan tempat air minum di beberapa dusun yang sangat membutuhkan lebih baik ketimbang
pembangunan selokan di Dusun Nahornop. Dibandingkan dengan tujuan pembangunan selokan di Dusun Nahornop
yakni untuk membawa air hujan dan genangan yang diakibatkannya agar masyarakat tidak engganmalas datang ke Pasar Sigotom pada saat hujan datang,
tujuan pembangunan tempat-tempat air minum di beberapa titik tentu lebih bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat di beberapa dusun
di Desa Godung Borotan kesulitan untuk mengambil air, baik itu untuk diminum, mencuci, mandi dan kegunaan lainnya, padahal air merupakan kebutuhan primer
manusia. Masyarakat bila mengambil air harus ke sungai dan mata air. Dengan dibangunnya tempat-tempat air minum di beberapa titik yang dinilai strategis
Universitas Sumatera Utara
tentu sangat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya tentu dirasakan betul oleh masyarakat.
Sedangkan untuk pengalokasian dana Alokasi Dana Desa dilakukan sesuai dengan perbup. Biaya honor dipergunakan untuk membayar honor kepala desa,
kepala urusan, ketua BPD, wakil ketua BPD, dan anggota BPD. Hal ini juga dinyatakan oleh ketua BPD yang mengungkapkan bahwa BPD menerima honor
dari post dana Alokasi Dana Desa dan penerimaannya diterima tiap triwulan. Biaya operasional pemerintahan dipergunakan untuk membiayai kebutuhan rapat,
membeli keperluan alat tulis, biaya transport dan lain sebagainya yang memang dianggap perlu dan memang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan
program Alokasi Dana Desa dan biaya pemberdayaan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dipergunakan untuk kegiatan program-program
pembangunan desa.
VI.2 Analisis implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II