30
BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
A. Ketentuan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, ada baiknya kita mengetahui apa arti pajak yang sebenarnya. Pajak menurut
Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik
kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum Resmi, 2008: 1. Sedangkan pengertian pajak
menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ada 2 dua fungsi pajak yaitu fungsi regulerend mengatur, pajak merupakan alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contohnya, pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif dan tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN sebesar
Universitas Sumatera Utara
31
0 nol persen atas ekspor diterapkan untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasar dunia. Kemudian, fungsi budgetair sumber keuangan negara, pajak sebagai
salah satu sumber penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan Mardiasmo, 2011 : 1. Untuk menjalankan tugas-tugas
rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-
banyaknya pada kas negara. Upaya yang ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui sensus pajak, penyediaan aplikasi
elektronik oleh Direktorat Jenderal Pajak, penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, dan lain-lain sehingga mempermudah proses pelaksanaannya. Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang
kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya.
Oleh karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi sangat penting.
Pada umumnya subjek pajak penghasilan dibedakan menjadi 2 yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri terutang
pajak atas seluruh pengasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh dari dalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Sedangkan subjek pajak luar negeri terutang pajak di Indonesia atas penghasilan yang
Universitas Sumatera Utara
32
berasal dari Indonesia saja. Pajak Penghasilan pada umumnya dibagi lagi menjadi Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak
Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2, dan Pajak Penghasilan Pasal 15.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas lebih jauh mengenai Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dalam laporan ini disingkat menjadi PPh Pasal 23. PPh
Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri orang pribadi maupun badan, dan Bentuk Usaha
Tetap BUT yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Mardiasmo, 2011 :
235. Untuk meringankan pajak terutang wajib pajak, maka besarnya pajak atas penghasilan wajib pajak yang telah dipotong oleh pihak yang memberikan
penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak.
Wewenang sebagai pemotong PPh Pasal 23 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang implementasinya dapat dilihat pada Surat Keterangan Terdaftar
SKT yang diperoleh pada saat wajib pajak mendaftarkan diri ke kantor pajak wilayah domisili kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak NPWP. Pada Surat Keterangan Terdaftar SKT terdapat keterangan jenis kewajiban pajak setiap wajib pajak. Apabila tidak ada penunjukan dari Kantor
Universitas Sumatera Utara
33
Pelayanan Pajak Pratama dimana wajib pajak terdaftar maka tidak boleh memotong atau memungut pajak selain jenis pajak yang wajibkan.
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,
selanjutnya mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 244PMK. 032008 tanggal 31 Desember 2008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK. 032010 tanggal 1 April 2010 tentang tanggal jatuh
tempo penyetoran pajak penghasilan pasal 23.
B. Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23