4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, 5.
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika perlu
disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Dengan demkian diharapkan dimasa yang akan datang generasi atau siswa
Indonesia menggunakan pola pikir matematika yakni logis, konsekuen, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.2 Ruang Lingkup Materi SMP
Ruang lingkup materi merupakan perincian atau penjabaran dari tema atau topik materi matematika SMP. Ruang lingkup materi SMP dapat dijelaskan sebagai
berikut. a.
Bilangan Pokok Bahasan yang termasuk dalam ruang lingkup bilangan yaitu bilangan bulat
dan pecahan diberikan pada saat kelas VII. Sementara itu, materi perbandingan, aritmetika sosial dan barisan bilangan diajarkan di kelas IX.
b. Aljabar
Pokok Bahasan yang termasuk dalam ruang lingkup aljabar yaitu operasi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel PLSV PTLSV ,
dan himpunan diberikan pada saat kelas VII. Sementara itu, materi relasi, fungsi, sistem persamaan linear dua variabel SPLDV, gradien dan persamaan garis lurus
diajarkan di kelas VIII. c.
Geometri dan Pengukuran Pokok bahasan SMP yang termasuk dalam ruang lingkup geometri dan
pengukuran yaitu bangun datar, segitiga, segiempat, garis sejajar sifat-sifat dan besar sudut diberikan pada saat kelas VII. Sementara itu, teorema phytagoras,
lingkaran, sudut, luas dan keliling, garis singgung lingkaran, Bangun ruang diajarkan di kelas VIII. Untuk materi geometri dan pengukuran yang terdapat di
kelas IX yakni kesebangunan , kongruensi, luas permukaan dan volume. d.
Statistika dan Peluang Pokok bahasan SMP yang termasuk dalam ruang lingkup statistika dan peluang
yaitu statistika dan peluang diberikan pada saat kelas IX.
2.3 Ujian Nasional
Perkembangan UN dari zaman ke zaman di Indonesia mengalami banyak perubahan. Ujian Nasional telah beberapa kali diganti formatnya, seperti yang akan
dibahas di bawah ini. a.
Tahun 1965-1971 Pada tahun tersebut, sistem ujian dinamakan sebagai Ujian Negara. Hampir
berlaku untuk semua mata pelajaran, semua jenjang yang ada di Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah pusat.
b. Tahun 1972-1979
Pada tahun tersebut, Ujian Negara ditiadakan, lalu dirubah menjadi Ujian sekolah. Oleh karena itu, sekolah yang menyelenggarakan ujian sendiri. Hal-hal yang
berkaitan dengan Ujian Sekolah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, sedangkan pemerintah pusat hanya membuat kebijakan-kebijakan umum terkait
dengan ujian yang akan dilaksanakan oleh pihak sekolah. c.
Tahun 1980-2000 Pada tahun tersebut, untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan mengembangkan
mutu pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi Belajat Tahap Akhir Nasional EBTANAS. Dalam EBTANAS ini, dikembangkan perangkat ujian
paralel untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. Sementara itu, hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan monitoring soal dilaksanakan oleh daerah
masing-masing. d.
Tahun 2001-2004
Pada tahun tersebut, EBTANAS diganti lagi menjadi Ujian Akhir Nasional UNAS. Hal yang menonjol dalam peralihan dari EBTANAS menjadi UNAS
adalah dalam penentuan kelulusan siswa, yaitu ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan nilai 2 semester raport terakhir dan nilai
EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan UNAS ditentukan oleh mata pelajaran secara individual.
e. Tahun 2005-2009
Pada tahun tersebut, Terjadi perubahan sistem yaitu pada target wajib belajar pendidikan SD MI SD-LB MTs SMP SMP-LBSMAMASMKSMA-LB
sehingga nilai kelulusan ada target minimal. f.
Tahun 2010-Sekarang UNAS diganti menjadi Ujian Nasional UN. Ujian Nasional 2012 menggunakan
sistem 20 paket soal dan juga terdapat ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus UN tahap pertama, sehingga siswa yang melaksanakan UN dapat mencapai nilai
standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan baik.
2.4 Taksonomi Bloom Revisi