Tahanan Nominal Baut Sambungan Baut

2.4.2 Tahanan Geser Baut

Tahanan nominal satu buah baut yang memikul gaya geser memenuhi persamaan: Rn = m. r 1. f u b . A b 2.22 Dengan: r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser r1 = 0,4 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser f u b = kuat tarik baut MPa A b = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir m = adalah jumlah bidang geser

2.4.3 Tahanan Tarik Baut

Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya dihitung seperti persamaan 2.23. Rn = 0,75 f u b . A b 2.23 Dengan: f u b = kuat tarik baut MPa A b = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

2.4.4 Tahanan Tumpu Baut

Tahanan tumpu nominal tergantung kondisi yang terlemah dari baut atau komponen pelat yang disambung. Besarnya ditentukan seperti persamaan 2.24. Rn =2,4. d b. t p . f u 2.24 Dengan: d b = diameter baut pada daerah tak berulir t p = tebal pelat f u = kuat tarik putus terendah dari baut atau pelat

2.5 Balok Kolom

Pada suatu komponen struktur terkadang efek gaya aksial maupun momen lentur tidak dapat diabaikan salah satunya. Kombinasi dari gaya aksial dan momen lentur tersebut dipertimbangkan dalam proses desain komponen struktur yang sering disebut sebagai elemen balok kolom. Pada struktur-struktur statis tak tentu umumnya sering dijumpai elemen balok kolom ini. Contoh dari elemen balok kolom dapat ditemukan pada struktur rangka atap. Jika letak gording pada bagian atas rangk atap tepat terletak pada titik buhul, maka batang-batang atas dapat didesain sebagai suatu komponen struktur tekan saja. Namun terkadang gording terletak pada tengah-tengah batang atas, sehingga reaksi dari gording akan memberikan efek lentur pada batang atas tersebut. Dalam hal ini maka kombinasi aksial dan lentur harus diperhitungkan.

2.5.1 Desain LRFD Komponen Struktur Balok Kolom

Perencanaan struktur balok kolom telah diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 11 yang menyatakan bahwa suatu komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan seperti persamaan 2.25 dan 2.26. Untuk ≥ 0,2 + + ≤ 1,0 2.25 Untuk 0,2 + + 1,0 2.26 dengan : Nu : gaya tekan aksial terfaktor Nn : tahanan tekan nominal dengan menganggap batang sebagai suatu elemen tekan murni. Φ : faktor reduksi tahanan tekan = 0,85 M ux : momen lentur terfaktor terhadap sumbu x, dengan memperhitungkan efek orde kedua. M nx : tahanan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu x Φ b : faktor reduksi tahanan lentur 0,90 M uy : sama dengan Mux, namun dihitung dengan acuan sumbu y