Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai antar anggota masyarakat yang mutlak diperlukan untuk menyampaikan buah pikiran, perasaan, keinginan dan pembuatan-pembuatan yang dapat dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Tanpa bahasa masyarakat tidak mungkin dapat berkembang. Maka dari itu, bahasa perlu dibina dan dilestarikan. Bahasa juga adalah merupakan alat yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Karena itu bahasa sangat erat sekali terhadap pemikiran manusia. Sesuai dengan kodrat manusia, bahasa berkembang sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya sehingga perkembangan bahasa juga ikut serta di dalamnya. Sebagai bukti nyata dapat kita lihat di dalam dunia ilmu pengetahuan dengan perkembangan tidak mungkin diterapkan tanpa bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai oleh bangsa Indonesia. Sesuai dengan yang tertulis di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 Bab XV ayat 1, yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dalam perwujudannya menunjukkan keanekaragaman, tampak dari keragaman etnis bangsa Indonesia yang terdiri beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat dari budayanya sendiri Feli,1985:26. Salah satu sub-budaya daerah adalah bahasa daerah yang merupakan investasi kesukuan dan kebangsaan yang tidak terhitung Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 nilainya. Kekayaan bahasa daerah sekaligus merupakan kekayaan budaya nasional, sebab bahasa daerah merupakan sumber memperkaya bahasa nasional. Keanekaragaman bahasa yang kita miliki menyebabkan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang kaya dengan kosa kata. Adanya berbagai macam bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak memicu terjadinya perpecahan, hal ini dikarenakan adanya bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia yang menjadi kebudayaan bangsa yang dapat dibanggakan. Terdapat kurang lebih 420 jenis bahasa daerah yang tumbuh dan terus berkembang di Indonesia. Tiap-tiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing sekaligus sebagai lambang identitas daerah Halim, 1984: 14. Sebagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia, perlu diadakan pengkajian khusus tentang perkembangan kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Data dapat diperoleh dari setiap bahasa daerah maupun bahasa asing yang ada disetiap daerah di Indonesia. Hal ini berguna dan dapat dimanfaatkan dalam memperkaya perbendaharaan kata-kata satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Usaha pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa diharapkan dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh secara sistematis dan terarah. Hal tersebut harus sejalan dengan usaha peningkatan pengetahuan mengenai bahasa daerah tersebut. Salah satu cara merealisasikannya adalah melalui penelitian yang efektif tentang berbagai aspek kebahasaan daerah tersebut. Dalam buku Politik Bahasa Nasional 1 Halim, 1984: 22, menekankan perlunya bahasa daerah dalam rangka pengembangan bahasa nasional, yakni: Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 1. Bahasa daerah tetap dibina dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, yang merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang dijamin oleh Undang- Undang Dasar 1945. 2. Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bahasa nasional serta untuk pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa itu sendiri. 3. Bahasa daerah berbeda dalam struktur kebahasaannya, tetapi juga berbeda jumlah penutur aslinya. 4. Bahasa-bahasa daerah pada kesempatan tertentu dipakai sebagai alat penghubung baik lisan maupun tulisan sedangkan daerah tertentu ada yang hanya dipakai secara lisan. Bahasa Indonesia yang dipakai selama ini berasal dari bahasa Melayu yang sudah mengalami perkembangan pesat, terutama sesudah diresmikan menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perantara selama berabad-abad di seluruh kawasan nusantara. Di dalam perkembangannya, bahasa Melayu memperoleh kedudukan sebagai bahasa pengantar, dan bahasa politik oleh kerajaan-kerajaan di nusantara. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak adalah salah satu bahasa daerah Melayu yang ada di wilayah Melayu Deli Serdang. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak mempunyai hak yang sama untuk mendapat pembinaan karena kedudukan dan fungsi bahasa tersebut masih layak untuk digunakan. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak pada hakikatnya sama dengan bahasa- bahasa yang lain yaitu mempunyai unsur-unsur kebahasaan. Adapun unsur-unsur kebahasaan tersebut terdidiri atas struktur bunyi bahasa yang bidangnya disebut fonologi, struktur kata yang bidangnya morfologi, struktur antar kata dalam kalimat Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 yang disebut sintaksis, masalah arti atau makna yang bidangnya semantik. Morfologi dan sintaksis bersama-sama biasanya disebut tata bahasa, tata bahasa menyangkut kata, struktur internal di dalamnya atau morfologi dan struktur antar kata yang namanya sintaksis. Hal di atas dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak belum banyak dilakukan. Untuk itu penulis memberanikan diri mencoba untuk mengangkat sebagian unsur dari sintaksis yaitu frase, sebab frase akan selalu terdapat dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa Melayu dialek Hamparan Perak belum banyak diungkap, belum dideskripsikan secara tuntas. Penelitian bahasa Melayu dialek Hamaparan Perak masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan penelitian bahasa-bahasa daerah lain, seperti bahasa Minangkabau, bahasa Batak, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa. Oleh karena itu, berbagai macam penelitian bahasa Melayu dialek Hamparan Perak perlu diadakan, termasuk frase. Khususnya frase adjektiva yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Hamparan Perak. Berdasarkan hal di atas, penulis memilih judul “Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak”, karena menurut pengamatan, frase adjektiva ada dalam bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, yang menurut sepengetahuan penulis belum diteliti dan penulis merasa perlu mengadakan penelitian terhadap frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak.

1.2 Perumusan Masalah