Teori yang Digunakan I KAJIAN PUSTAKA

Tarigan 1984:50, mengatakan, “Frase adalah kesatuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa”. Keraf 1984:138, mengatakan, “Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan”. Parera 1988:56, mengatakan, “Frase adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih tetapi tidak mempunyai ciri konstruksi sebuah kalusa dan sering pula ia mengisi slof atau gatra dalam tingkat klausa”. Dari beberapa pendapat sarjana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Yang dimaksud tidak melapaui batas fungsi adalah dalam kalimat sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.

2.2 Teori yang Digunakan

Setiap penelitian selalu menggunakan teori yang sesuai dengan penulisan tersebut. Penelitian akan lebih praktis metode kerjanya apabila teori yang digunakan mempunyai hubungan langsung dengan penelitian yang diadakan. Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori linguistik struktural. Teori linguistik struktural berangkat dari anggapan dasar yang mengatakan Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 bahwa bahasa pada hakikatnya adalah ujaran atau speech Bloomfield, 1993:6. Sejalan dengan maksud anggapan dasar ini, data yang hendak dianalisis di dalam penelitian ini diambil dari ujaran–ujaran yang dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa Melayu dialek Hamparan Perak masa kini. Teori struktural digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai unsur dipandang dari segi struktural formal, yaitu unsur – unsur yang membentuk suatu satuan dan hubungan antarunsur itu dalam sebuah satuan. Teori ini meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut bahasa itu sendiri serta menelaah unsur – unsur dan fungsinya dalam bahasa yang akan diteliti. Teori ini menganalisis bahan berdasarkan pada struktur atau berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu dan bukan berdasarkan makna, walaupun segi makna tidak dikesampingkan. Tarigan 1984 : 60 mengatakan, “Frase adjektiva adalah frase modifikatif yang hulunya berupa adjektiva kata dasar”. Wirjosoedarmo 1985 324 mengatakan, “Frase adjektiva adalah frase yang unsur-unsurnya terdiri dari kata sifat atau keadaan”. Keraf 1991:91 mengatakan, “Frase adjektiva adalah semua kata yang dapat mengambil bentuk se- + reduplikasi + nya; dari sudut fraseologis, adjektiva dapat diperluas dengan kata lebih, paling, sekali, atau amat”. Alwi et al 1993:209, “Frase adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang”. Dari batasan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan frase adjektiva adalah frase yang unsur intinya terdiri dari kata sifat. Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 Contoh : 1. Anak mudE iyon mendE kali. Gadis itu cantik sekali. ‘Gadis itu cantik sekali’. 2. Anak pandE iyon. Anak pintar itu. ‘Orang itu mungkin pintar’. 3. ManggE iyon belom tentu manih. Mangga itu belum tentu manis. ‘Mangga itu belum tentu manis’. 4. UbatnyE palin paEt Obatnya paling pait. ‘Obatnya paling pahit’. 5. KakaknyE lebEh jaat daripade adeknyE. Kakaknya lebih jahat daripada adiknya. ‘Kakaknya lebih jahat daripada adinya’. 6. Pelite iyon teRang bendeRang. Lampu itu terang benderang. ‘Lampu itu terang benderang’. 7. JaRaknyE jaoh kali. Jaraknya jauh sekali. ‘Jaraknya jauh sekali’. Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 8. Muke maling iyon pucat lesi. Wajah pencuri itu pucat pasi. ‘Wajah pencuri itu pucat pasi’. Pada kalimat di atas mendE, pandE, manih, paEt, jaat, teRang, jaoh, dan pucat adalah inti dari frase adjektiva, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian inti lain dari kalimat itu dan yang membawa makna pokok. Kata dasar frase adjektiva bahasa Melayu dialek Hamparan Perak meliputi bentuk dasar perbandingan ekuatif, perbandingan komparatif, dan perbandingan superlatif. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada contoh yang dikemukakan berikut ini : 1 Adjektiva Dasar Contoh : bEsak ‘besar’ kuRus ‘kurus’ masin ‘asin’ manih ‘manis’ muRe ‘murah 2 Perbandingan Ekuatif a. se- + adjektiva ‘se- + adjektiva’ Contoh : semendE ‘secantik’ sekuat ‘segagah’ sebEsak ‘sebesar’ semahal ‘semahal’ sekuRus ‘sekurus’ Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008 b. same + adjektiva + -nya + dengan ‘sama + adjektiva + -nya + dengan’ Contoh : samE mendE dengan ‘sama cantiknya dengan’ samE kuatnyE dengan ‘sama gagahnya dengan’ sameE bEsaknyE dengan ‘sama besarnya dengan’ samE mahalnyE dengan ‘sama mahalnya dengan’ samE kuRusnyE dengan ‘sama kurusnya dengan’ 3. Pebandingan Kompratif Bentuk adjektiva perbandingan kompratif dapat ditemukan dengan menggunakan pola lebehtidek + dari ‘lebihkurang + adjektiva + daripada’. Contoh : lebEh baEk daRi ‘lebih baik dari’ lebEh beRsi daRi ‘lebih bersih dari’ tidEk baEk darRi ‘kurang baik daripada’ tidEk beRsi daRi ‘kurang bersih daripada’ 4. Perbandingan Superlatif Bentuk perbandingan superlatif terdapat dalam pola palingpalin + adjektiva ‘palinter- + adjektiva. Contoh : palin mendE ‘paling bagus palin jaat ‘terjahat’ palin itam ‘terhitam’ palin Rajin ‘paling rajin’ palin tinggi ‘paling tinggi Rina Melisa : Frase Adjektiva Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, 2009 USU Repository © 2008

BAB I I I METODE PENELITIAN