Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets Sebagai Variabel Moderating

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA

SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TESIS

Oleh

ANGGIAT H. SIBANGE-SIBANGE

087017003/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA

SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANGGIAT H SIBANGE SIBANGE

087017003/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA

EFEK INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Nama Mahasiswa : Anggiat H Sibange-Sibange

Nomor Pokok : 087017003

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 08 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME 2. Dra. Sri Mulyani, MBA., Ak

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak 4. Iskandar Muda, SE, M.Si., Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul:

“PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM

EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN RETURN

ON ASSETS SEBAGAI VARIABEL MODERATING”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 08 Agustus 2011 Yang membuat pernyataan :

(Anggiat H. Sibange-bange)


(6)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel.

Sampel yang diambil berjumlah 19 (sembilan belas) emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 30 (tiga puluh) populasi emiten perbankan di BEI. Metode penarikan sampel menggunakan purposive sampling dengan periode penelitian antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metode analisis yang digunakan adalah Moderating Regression Analysis menggunakan metode residual.

Hasil penelitian menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating dapat diterima. Peranan variable ROA sebagai moderating variable memperkuat hubungan variabel Net Interest Margin (NIM) dan variabel Non Performing Loan (NPL) terhadap harga saham.

Kata kunci : Harga saham, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio

(LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

Efficiency Ratio (EFF), Cost of Income Ratio (CIR) dan Return On Assets (ROA).


(7)

INFLUANCE OF FUNDAMENTALLY FACTOR TO SHARE PRICE BY MARKET VALUE AT THE BANKING IN INDONESIA STOCK

EXCHANGE WITH RETURN ON ASSETS AS MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

This research aim to know influance of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) to the Share Price with Return On Assets (ROA) as moderating variabel.

The Sample taken from 19 (nineteen) banking emiten listing in Indonesia Stock Exchange by the 30 (thirty) population of Banking Emiten in Indonesia Stock Exchange. Sample taking with purposive method sampling with period of research between of 2005 up to year of 2009. Analysis method the used is Moderating Regression Analysis with residual method.

This research result show to hypothesis test indicate that of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) with Return On Assets (ROA) as moderating variabel of significance to Share Price by Market Value at the banking emiten of listed in Indonesia Stock Exchange with Return On Assets (ROA) as moderating variabel that acceptable. Thereby role of ROA as moderating variable strengthen of causality of Net Interest Margin (NIM) between of Non Performing Loan (NPL) to the share price.

Keyword : Stock Market, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR), Return On Assets (ROA).


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets Sebagai Variabel Moderating”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar akademik Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena saya sampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM.&H, M.Sc (CTM) Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., CPA., selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan sekaligus sebagai Pembimbing Utama dalam penyusunan tesis ini.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai selesainya penulisan tesis ini.

5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA. Ak., Ibu Dra. Tapi Andasari Lubis, M.Si. Ak. dan Bapak Drs. Iskandar Muda, M.Si. Ak., masing-masing sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dalam rangka penulisan tesis ini. 6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana


(9)

7. Yang tercinta Papa (Bonggal Sibange-bange) dan Mama (Esti Br. Pasaribu) yang telah merawat, membimbing dan tak pernah berhenti berkorban serta selalu berdoa untuk keberhasilan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

8. Kakak-kakak (Elvrita Rismauli Sitompul, Julinda Renauli Sitompul, dan Dame Lamtiur Sitompul) dan Abang (Patria Wijaya Parulian Sibange-bange) serta para keponakan yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.

9. Teman-teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan (kebersamaan dalam suka dan duka dalam menempuh perkuliahan akan jadi kenangan yang tak terlupakan). 10.Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki menjadikan tesis ini masih kurang sempurna, karena itu masih diperlukan masukan-masukan dan saran-saran dari pembaca. Harapan saya kiranya Penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan secara luas.

Medan, 08 Agustus 2011 Penulis

(Anggiat H. Sibange-Bange)


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : ANGGIAT H. SIBANGE-BANGE 2. Tempat/tgl lahir : Sibolga, 07 Februari 1979

3. Pekerjaan : Pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang tua

a. Ayah : BONGGAL SIBANGE-BANGE b. Ibu : ESTI BR. PASARIBU

6. Alamat : Jl. Rasak No. 13, Kel. Pancuran Dewa, Kec. Sibolga Sambas, Kota Sibolga

7. Pendidikan:

a.SD RK NO.3 Sibolga : Sibolga, lulus tahun 1991 b.SMP Swasta Fatima Sibolga : Sibolga, lulus tahun 1994 c.SMU Swasta Katolik Sibolga : Sibolga, lulus tahun 1997 d.S1 FE USU Medan : Medan, lulus tahun 2003


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Originalitas ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Landasan Teoritis ... 13

2.1.1. Analisis Laporan Keuangan ... 13

2.1.2. Analisis Fundamental ... 14

2.1.3. Manajemen Bank ... 14

2.1.4. Manajemen Likuiditas(Liquidity Management) ... 15

2.1.5. Manajemen Aset (Asset Management)... 15

2.1.6. Manajemen Pasiva (Liability Management) ... 18

2.1.7. Manajemen Kecukupan Modal (Managing Capital Adequacy) ... 19


(12)

2.1.9. Rasio Keuangan ... 20

2.1.10.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ... 22

2.1.11.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... 23

2.1.11.1. Capital adequacy ratio (CAR) ... 25

2.1.11.2. Loan to deposit ratio (LDR) ... 26

2.1.11.3. Non performing loan (NPL) ... 27

2.1.11.4. Net interest margin (NIM) ... 28

2.1.11.5.Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) ... ... 29

2.1.11.6.Efficiency ratio (ER) ... 29

2.1.11.7. Cost of Income Ratio (CIR) ... 29

2.1.12. Hipotesis Pasar Efisien ... 30

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 33

3.1. Kerangka Konsep ... 33

3.2. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB IV METODE PENELITIAN ... 39

4.1. Jenis Penelitian ... 39

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 39

4.3. Lokasi Penelitian ... 39

4.4. Populasi dan Sampel ... 40

4.4.1. Populasi Penelitian ... 40

4.4.2. Sampel Penelitian ... 40

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 43

4.6. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 43

4.6.1. Definisi Operasional ... 43

4.6.1.1. Capital adequacy ratio ... 43

4.6.1.2. Loan to deposit ratio ... 44


(13)

4.6.1.4. Net interest margin ... 45

4.6.1.5. Beban operational terhadap pendapatan operasioanl (BOPO) ... 46

4.6.1.6. Ratio efisiensi ... 46

4.6.1.7. Ratio cost of income ratio (CIR) ... 47

4.6.2. Pengukuran Variabel ... 48

4.6.2.1. Variabel moderating ……… 48

4.6.2.2. Variabel dependen (terikat) …………... 49

4.7. Metode Analisis Data ... 50

4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 52

4.7.2. Pengujian Statistik Modern ... 55

4.8. Lokasi dan Jadwal Pelaksanaan ... 57

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

5.1. Hasil Penelitian ... 58

5.1.1. Statistik Deskriptif ... 58

5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 60

5.1.2.1. Uji normalitas ... 60

5.1.2.2. Uji multikolinearitas ... 61

5.1.2.3. Uji heteroskedastisitas ... 62

5.1.2.4. Uji autokorelasi ... 65

5.1.3. Uji Hipotesis ... 66

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 82

6.3. Saran ... 82


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

1.1. Rasio Perbankan di Indonesia tahun 2005-2009 ... 2

2.1. Rasio Finansial Lebih Rinci Mengevaluasi Kesehatan Bank Umum .... 21

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ... 32

4.1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 42

4.2. Data Perusahaan Sampel ... 42

4.3. Standar Pengukuran Tingkat CAR ... 44

4.4. Standar Pengukuran Tingkat LDR ... 45

4.5. Standar Pengukuran Tingkat NPL ... 46

4.6. Standar Pengukuran Tingkat BOPO ... 47

4.7. Standar Pengukuran Tingkat ROA ... 48

4.8. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 49

4.9. Uji Statistik d Durbin-Watson (DW) ... 54

5.1. Deskripsi Statistik ... 58

5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 61

5.3. Pengujian Multikolinieritas ... 61

5.4. Pengujian Multikolinieritas ... 62

5.5. Uji Glesjer ... 64

5.6. Nilai Durbin-Watson ... 65

5.7. Pengujian Goodness Of Fit ... 66

5.8. Hasil Perhitungan Uji t ... 67


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ... 33 5.1. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot Model ... 63


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian Tahun 2005 ... 86

2. Data Penelitian Tahun 2006 ... 87

3. Data Penelitian Tahun 2007 ... 88

4. Data Penelitian Tahun 2008 ... 89

5. Data Penelitan Tahun 2009 ... 90

6. Regresi Berganda Moderating Variabel dengan Uji Selisih Mutlak dengan Metode Stepwise ... 91


(17)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK

INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel.

Sampel yang diambil berjumlah 19 (sembilan belas) emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 30 (tiga puluh) populasi emiten perbankan di BEI. Metode penarikan sampel menggunakan purposive sampling dengan periode penelitian antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metode analisis yang digunakan adalah Moderating Regression Analysis menggunakan metode residual.

Hasil penelitian menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating dapat diterima. Peranan variable ROA sebagai moderating variable memperkuat hubungan variabel Net Interest Margin (NIM) dan variabel Non Performing Loan (NPL) terhadap harga saham.

Kata kunci : Harga saham, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio

(LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

Efficiency Ratio (EFF), Cost of Income Ratio (CIR) dan Return On Assets (ROA).


(18)

INFLUANCE OF FUNDAMENTALLY FACTOR TO SHARE PRICE BY MARKET VALUE AT THE BANKING IN INDONESIA STOCK

EXCHANGE WITH RETURN ON ASSETS AS MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

This research aim to know influance of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) to the Share Price with Return On Assets (ROA) as moderating variabel.

The Sample taken from 19 (nineteen) banking emiten listing in Indonesia Stock Exchange by the 30 (thirty) population of Banking Emiten in Indonesia Stock Exchange. Sample taking with purposive method sampling with period of research between of 2005 up to year of 2009. Analysis method the used is Moderating Regression Analysis with residual method.

This research result show to hypothesis test indicate that of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) with Return On Assets (ROA) as moderating variabel of significance to Share Price by Market Value at the banking emiten of listed in Indonesia Stock Exchange with Return On Assets (ROA) as moderating variabel that acceptable. Thereby role of ROA as moderating variable strengthen of causality of Net Interest Margin (NIM) between of Non Performing Loan (NPL) to the share price.

Keyword : Stock Market, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR), Return On Assets (ROA).


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini, semakin banyak orang maupun perusahaan yang menginvestasikan dana mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas umumnya dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi, namun yang lebih populer adalah dalam bentuk saham.

Penjualan dan pembelian saham pada umumnya dapat dilakukan di pasar modal, yaitu tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana. Pihak-pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat menerbitkan sahamnya ke pasar modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang akan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan atau untuk memperluas usaha. Pihak yang kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dalam bentuk saham yang diterbitkan perusahaan penerbit dengan harapan bahwa dana yang diinvestasikan tersebut dapat menghasilkan pengembalian yang diharapkan.

Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya dimaksudkan untuk dijual kembali dengan segera. Investasi saham dalam jangka panjang biasanya dimaksudkan untuk memiliki hak suara di perusahaan lain atau untuk menguasai perusahaan lain. Untuk memperkirakan harga saham, dapat digunakan analisa


(20)

fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai tujuannya. Untuk menganalisa kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan.

Selama dua dekade terakhir, sektor perbankan dunia telah mengalami transformasi yang signifikan dalam lingkungan operasionalnya (Athanasoglou, 2005). Transformasi tersebut tidak lain disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen, yang mempengaruhi struktur (structure) dan kinerja (performance) sektor perbankan dunia secara umum.

Walaupun telah diadakan pengawasan perbankan, kenyataannya masih ada kinerja bank yang tidak sehat. Seperti kasus Bank Global yang telah masuk dalam

Special Surveillance Unit (SSU). Tanggal 27 Oktober 2004, BI menetapkan Bank Global dalam status pengawasan khusus. Sebab, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR)-nya di bawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia (8%).

Adapun perkembangan rasio perbankan di Indonesia terdapat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1. Rasio Perbankan di Indonesia Tahun 2005-2009

Rasio (%) 2005 2006 2007 2008 Nov 2009 Des

2009

BOPO 89.50 86.98 84.05 88.59 86.55 86.63

ROA 2.55 2.64 2.78 2.33 2.61 2.60

NIM 5.63 5.80 5.70 5.66 5.54 5.56

NPL 7.56 6.07 4.07 3.20 3.82 3.31

LDR 59.64 61.56 66.32 74.58 73.67 72.88

CAR 19.30 21.27 19.30 16.78 17.08 17.42

SBI/Kredit 7.80 22.60 20.35 12.73 14.27 14.75

EFF 6.56 6.78 8.5 8.2 6.7 7.8

CIR 20.3 22.1 23.23 23.45 24.23 21.48


(21)

Berdasarkan Tabel 1.1, beberapa rasio kinerja perbankan mengalami peningkatan. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan salah satu indikator efisiensi menunjukkan perbaikan dan Return On Asset

(ROA) juga mengalami peningkatan yang menunjukkan perbaikan kinerja perbankan yang relatif meningkat. Permodalan perbankan juga menunjukkan perbaikan yaitu dengan meningkatnya Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi 17,4% walaupun belum dapat menyamai pencapaian di tahun 2006 sebesar 21,3%.

Di samping rasio yang membaik, beberapa indikator menunjukkan adanya penurunan kinerja, diantaranya adalah LDR yang menurun dan Non Performing Loan

(NPL) yang relatif mengalami kenaikan. Penurunan kualitas kredit tersebut mempengaruhi perbankan dalam penempatan dana yang dimilikinya. Hal tersebut dapat tercermin dari rasio penempatan SBI dibandingkan penyaluran kredit yang mengalami peningkatan pada 2009 menjadi sebesar 14,75%, dibandingkan 12,73% pada akhir tahun 2008.

Di sisi lain, komponen biaya dari bank milik pemerintah juga terlihat lebih rendah yang tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang angkanya turun menjadi 85,72% dari setahun sebelumnya menembus 94,18%. Demikian juga dengan kelompok bank swasta non devisa, justru menaikkan pengambilan margin keuntungan bunga bersih (net interest margin) yang mencapai 9,46% dari sebelumnya sebesar 7,12% pada periode Mei secara tahunan.

Margin tersebut, semakin tebal setelah komponen biaya dana dapat ditekan yang terlihat dari Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional turun menjadi


(22)

90,11% pada Mei tahun ini dari realisasi pada periode yang sama dengan tahun lalu 93,07%. Seharusnya, pola pembentukan harga kredit itu bisa selaras seperti kelompok bank swasta devisa yang menurunkan margin bunga bersih menjadi 5,25% dari sebelumnya 5,62%. Hal itu sesuai dengan arahan BI. Indikator lainnya yang diharapkan tercermin dari efisiensi biayanya yang sedikit membaik dengan BOPO turun dari 90% menjadi 88,22% pada periode tersebut.

Bank juga dituntut untuk dapat menghasilkan laba (profitabilitas) yang terus meningkat melalui penjualan jasanya. Penjualan kredit akan menyebabkan aliran kas keluar yang dapat mengurangi cadangan kas yang ada. Semakin besar kemampuan bank untuk menciptakan kredit, semakin besar kesempatan bank untuk memperoleh laba tetapi perluasan kredit dapat mengurangi tingkat likuiditas bank. Hal inilah yang sulit dilakukan oleh para bankir untuk mengelola liquidity dan profitability yang sejak dahulu menjadi dilema dunia perbankan karena sifatnya yang selalu bertentangan kepentingan (conflict of interest).

Dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary yang mempertemukan surplus unit of fund dengan defisit unit of fund bank juga harus menjaga rasio kecukupan modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal juga merupakan aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas bank. Modal digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan bank untuk menanggung risiko-risiko yang mungkin akan terjadi. Bank yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi akan lebih solvabel. Begitu juga


(23)

sebaliknya bank yang mempunyai risiko yang kecil mengidentifikasikan bank tersebut kurang solvabel.

Tingkat modal yang tinggi akan meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan untuk memperluas kreditnya, sehingga tingkat solvabilitas yang tinggi akan membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk meningkatkan profitabilitas-nya. Sebaliknya bank yang tingkat solvabilitasnya rendah akan mengurangi kemampuan bank untuk meningkatkan profitabilitas-nya, bahkan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap kelangsungan usahanya.

Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas dapat dipahami bahwa masih ada

gap atau permasalahan antara harapan dengan kenyataan. Pemerintah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 mengharapkan bank sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat dalam melakukan kegiatannya harus menggunakan prinsip kehati-hatian agar kesehatan bank dapat terjaga. Kesehatan ini meliputi ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.31 tentang akuntansi perbankan pada pasal 2 menyebutkan; bahwa perhatian yang paling utama terhadap kesehatan bank adalah dengan mengetahui likuiditas dan rentabilitas serta tingkat risiko relatif yang melekat pada tipe usaha yang dijalankan bank yang bersangkutan. Kesehatan


(24)

likuiditas suatu bank didasarkan pada intensitas pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pemeliharaan likuiditas minimum (cash ratio). Kesehatan rentabilitas didasarkan pada posisi laba rugi menurut pembukuan, sedangkan solvabilitas didasarkan pada perbandingan modal sendiri dengan kebutuhan modal berdasarkan perhitungan capital adequacy (Santoso, 2000:108).

Perbankan yang tidak sehat secara ekonomi makro negara telah kehilangan kesempatan untuk membangun perekonomiannya, bahkan negara akan mengalami kerugian yang sangat besar. Demikian pula secara ekonomi mikro, pemilik, pengurus, karyawan dan pihak-pihak yang terkait yang memerlukan jasa bank turut rugi. Namun dalam kenyataannya masih ada bank yang kinerjanya jelek sehingga mengganggu tingkat kesehatannya yang berdampak pada kesulitan likuiditas, efisiensi operasional-nya dan mengganggu tingkat CAR-nya.

Berdasar pada keterangan dan permasalahan di atas dapat diketahui betapa

pentingnya laba bagi suatu perbankan. Laba bersih merupakan kunci untuk eksistensi

(kesehatan) suatu perbankan. Bank Indonesia selaku bank sentral telah menetapkan cara

menilai kesehatan suatu bank yang disebut dengan CAMEL. CAMEL ini terdiri dari

permodalan (Capital), struktur aktiva (Asset), Management, profitabilitas (Earning) dan Likuidity. Perbankan Indonesia mulai bangkit dari krisis dengan melakukan

pembenahan melalui kebijakan-kebijakan perbankan yang kondusif. Jumlah bank mengalami penurunan dari 133 bank pada tahun 2004 menjadi sejumlah 124 bank pada tahun 2008, disebabkan ada 3 bank yang dilikuidasi pada tahun 2004 dan sejumlah bank melakukan merger dan akuisisi terhadap permodalannya.


(25)

Pemulihan tersebut tidak terlepas dari target operasional bank yang akan mendukung kelangsungan operasional perbankan. Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk melihat profitabilitas dengan menggunakan variabel dependen Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) dihubungkan dengan variabel independen melalui rasio keuangan bank dan faktor eksternal.

Peneliti Kunt dan Huizingan (1998) yang meneliti variasi faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas bank. Beberapa faktor tersebut adalah Karakteristik Bank (Bank Characteristic), Indikator Makro (Macro Indicators), Pajak (Taxation), Penjaminan Simpanan (Deposit Insurance), Struktur Finansial (Financial Structure), Indikator Hukum dan Institusional (Legal and Institusional Indicator).

Salah satu variasi faktor-faktor yang digunakan adalah kombinasi dari variabel-variabel yang termasuk dalam Bank Characteristic dan Macro Indicators

diantaranya Ekuitas terhadap Total Asset (Equity to Total Assets), Kredit terhadap Total Aset (Loan to Total Asset), Pendapatan Non Bunga terhadap Total Aset (Non Interest Earning to Total Asset), Overhead to Total Asset, Kepemilikan Asing (Foreign Ownership), 6 variabel lainnya yang merupakan variabel tersebut diinteraksikan dengan GDP Percapita, Pertumbuhan (Growth), Inflasi (Inflation), dan

Real Interest (Macro Indicators). Dengan dependen variabelnya ROA (before tax profit/ TA).

Werdaningtyas (2002) pernah melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank-bank dalam status BTO di Indonesia sebelum merger. Variabel yang digunakan Pangsa Asset, Pangsa Dana, Pangsa


(26)

Kredit, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rossy (2009) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara CAR, LDR, NPL, NIM, dan BOPO terhadap profitabiltias bank umum. Dengan Independen variabel CAR, LDR, NPL, NIM, dan BOPO dan dependen variabel ROA.

Dari uraian di atas dan dengan melihat hasil penelitian yang lalu sebagaimana contoh di atas dimana penelitian tersebut menggunakan penggunaan rasio keuangan yang berbeda, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Faktor-faktor fundamental tersebut meliputi unsur rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) dan profitabilitas dengan indikator ROA sebagai moderating variabel terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan fenomena pada latar belakang tersebut adalah:

“Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio


(27)

(CIR) berpengaruh terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL),

Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang dunia perbankan nasional, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank.

2. Untuk pemerintah dan praktisi perbankan sebagai bahan masukan menetapkan kebijakan pengawasan perbankan dan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengelolaan bank pada masa yang akan datang.

3. Untuk peneliti berikutnya, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi mereka yang ingin melakukan penelitian sejenis serta memberikan gambaran mengenai kinerja lembaga perbankan khususnya bank yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.


(28)

1.5. Originalitas

Penelitian ini adalah replikasi dari beberapa penelitian sebelumnya. Diantaranya, Guru (1999) dalam penelitiannya mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu profitabilitas suatu bank komersial terdiri dari internal determinan yang merupakan faktor-faktor yang masih dapat dikendalikan manajemen diantaranya Likuiditas, Kecukupan Modal, Manajemen Portofolio Aset dan Kewajiban dan Manajemen Biaya. Eksternal determinan merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen size, kepemilikan, dan faktor lingkungan yang berhubungan yang terdiri dari struktur pasar, regulasi.

Penelitian lain yang meneliti variabel internal dan eksternal terhadap profitabilitas dilakukan oleh Bourke (1988), penelitiannya dilakukan terhadap bank-bank di Eropa, Amerika Utara dan Australia. Independent variabel yang digunakan: 1. Biaya-biaya Staff (Staff Expenses/ Overhead Expenses)

2. Rasio Modal (Capital Ratio) 3. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

4. Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)

5. Kepemilikan Pemerintah (Government Ownership) 6. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate)

7. Pertumbuhan Pasar (Market Growth) Dependen variabelnya:

1. Return On Capital


(29)

3. Nilai tambah ROA (Value added return on total assets)

Kesimpulan penelitian Philip Bourke (1988) menyatakan bahwa rasio modal (capital ratio), rasio likuiditas (liquidity ratios) dan tingkat suku bunga (interest rates) mempunyai hubungan positif dengan profitabilitas.

Di Indonesia ada beberapa penelitian mengenai profitabilitas, antara lain yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2000) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi porfitabilitas bank-bank dalam status BTO di Indonesia sebelum Merger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa pasar yang diukur dengan pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas secara parsial, sementara CAR (Capital Adequacy Ratio) mempunyai hubungan positif dan LDR mempunyai hubungan negatif terhadap profitabilitas.

Adapun menurut Putri (2008) dengan mengacu pada model yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri, variabel yang digunakan yakni: EFF (efficiency ratio), P/L (profit/loss per employee), RDIBA (Return Difference of Interest Bearing Assets), NIM (Net Interest Margin), dengan dependen variabelnya ROA (Return On Assets) dan ROE (Return On Equity), analisa permasalahan dilakukan dengan metode non parametrik DEA terhadap 17 bank komersial go public pada 2002-2004 dengan uji multikolineritas menunjukkan terdapat korelasi yang erat (coefficient of correlation) lebih tinggi terhadap ROA dari pada ROE.


(30)

Menurut Rosy (2009) dalam penelitiannya mengenai analisa hubungan CAR, LDR, NPL, NIM, dan BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum yang listing di BEI dari hasil penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa variabel CAR tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kenaikan atau penurunan variabel ROA dan ROE, variabel LDR dan NPL memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROE tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROA, karena terdapat komponen nilai asset yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi perusahaan, NIM memiliki hubungan yang signifikan yang positif terhadap ROA dan hubungan signifikan yang negatif terhadap ROE, BOPO memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap ROA. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan menambah variabel CIR dan BOPO. Selain itu penelitian ini dilakukan pada periode tahun 2005-2009. Riset ini mereplikasi riset yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2000). Perbedaannya pada penelitian dilakukan pada Bank Umum bukan pada Bank yang BTO. Selain itu penelitian ini menambahkan variabel CIF dan EFF yang membedakan dari penelitian sebelumnya, dan penelitian ini dilakukan pada kondisi tahun 2005-2009 untuk melihat konsistensi hasil yang diperoleh dibanding dengan tahun sebelumnya.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan berusaha mengidentifikasikan aspek-aspek yang relevan bagi pengambilan keputusan investasi (Ou & Penman, 1989:297). Salah satu tujuan dari analisis tersebut adalah untuk memperkirakan perusahaan yang dicerminkan oleh laporan keuangan. Beberapa studi empiris menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara Informasi Akuntansi dengan harga pasar saham.

Agar laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yang berarti, maka perlu intepretasi dan analisis yang memadai sehingga dapat membentuk basis bagi keputusan yang diambil. Analisis laporan keuangan mencakup perangkat kerja dan teknik yang memungkinkan para analis untuk menganalisis laporan keuangan masa lalu dan saat sekarang, sehingga kinerja finansial dan posisi keuangan perusahaan dapat dievaluasi dan resiko serta potensi perusahaan dimasa depan dapat diestimasi.

Analisis laporan keuangan menurut Gibson (1992:120) adalah The judgement process one of the primary objectives is identification of major change (tuning points) in trends, a relationship and investigation of the reasons underlying those change.

Dengan demikian menganalisis laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk mengetahui secara cermat tentang keadaan keuangan perusahaan serta hubungannya dengan operasi perusahaan. Bagi investor analisa laporan keuangan juga merupakan


(32)

suatu yang sangat berarti dan membantu dalam proses penilaian dan memproyeksikan keadaan keuangan serta hasil usaha suatu proyek atau perusahaan. Jadi analisa laporan keuangan belum merupakan tujuan, melainkan merupakan alat untuk menilai kondisi (kinerja) keuangan perusahaan.

2.1.2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari. Para calon investor yang akan membeli saham akan menganalisis kondisi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan terbesar dari investasinya. Teknik analisis saham ada dua pendekatan dasar, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.

2.1.3. Manajemen Bank

Perbankan memperoleh keuntungan dari spread (selisih) suku bunga antara suku bunga pendapatan dari suku bunga kredit. Keuntungan diperoleh dengan menjual pasiva (dengan karakteristik yang terdiri dari likuiditas risiko dan pengembalian) dan membeli asset dengan karakteristik yang berbeda dengan pasiva perbankan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi. Pertama, tersedianya kas yang cukup untuk membayar pada saat terjadinya penarikan dana oleh nasabah (Liquidity Management). Kedua, pimpinan bank harus memperkecil risiko dengan


(33)

cara memperoleh asset dengan tingkat gagal bayar (default) kecil dan melakukan diversifikasi asset (Asset Management). Ketiga, memperoleh dana murah (Liability Management), dan yang keempat manajer harus memutuskan sejumlah modal yang harus disisihkan sebagai pemenuhan modal minimum (Managing Modal Adequacy).

2.1.4. Manajemen Likuiditas (Liquidity Management)

Untuk mengantisipasi penarikan dana oleh nasabah diperlukan sejumlah dana kas sebagai cadangan (excess reserve) yang harus dipegang oleh bank. Cadangan ini berfungsi sebagai asuransi terhadap biaya yang timbul jika terjadi penarikan dana. Biaya tersebut adalah kemungkinan hilangnya kepercayaan pemilik dana terhadap kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kas dari pemilik dana. Semakin besar biaya yang diperhitungkan semakin besar cadangan yang disisihkan.

Cadangan tersebut memiliki keuntungan untuk menghemat biaya, pada saat terjadi penarikan dana oleh nasabah. Bank yang memiliki kelebihan cadangan yang cukup tidak perlu membayar biaya, seperti: biaya dari dana pinjaman bank lain dipasar uang, menjual surat berharga, meminjam dari bank sentral, meminjam atau menjual utang luar negerinya. Untuk mengoptimalkan cadangan ini bank umumnya memiliki cadangan kedua (secondary reserve) berupa asset yang lebih likuid dari asset lainnya seperti SBI dan surat berharga.

2.1.5. Manajemen Aset (Asset Management)

Dalam rangka mengoptimalkan keuntungan, bank secara simultan harus meningkatkan pendapatan tertinggi dari kredit dan surat berharga, dengan risiko


(34)

rendah, dan mencadangkan kecukupan likuiditas dengan asset yang likuid. Di dalam manajemen asetnya, bank melakukan upaya dengan empat cara sebagai berikut: 1. Bank berusaha mendapatkan peminjam yang mau membayar tingkat suku bunga

yang tinggi dengan kemungkinan default yang kecil. Upaya ini dilakukan dengan pendekatan langsung kepada perusahaan yang potensial. Pejabat analis kredit harus benar-benar tepat dan akurat dalam analisis pemberian kreditnya.

2. Diversifikasi penanaman asset, dengan tujuan untuk meminimalisasi tingkat risiko dari asset yang dimiliki. Dengan membeli surat berharga yang berbeda jangka waktunya dan dalam berbagai jenis kredit kepada beberapa nasabahnya. Bank yang menempatkan suatu portofolionya dalam suatu jenis kredit akan mengalami kesulitan pada saat terjadi guncangan pada sektor yang dibiayai. 3. Bank berusaha untuk memberi surat-surat berharga dengan pendapatan tinggi dan

risiko yang rendah.

4. Bank harus dapat mengelola likuiditas dari asset-aset yang dimiliki dengan tetap memperhatikan pemenuhan modal minimum (reserve minimum) tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi.

Secara umum manajemen asset bank dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pool of Fund Approach. (Dahlan, 2004: 88).

1. Pendekatan Pengumpulan Pendanaan (Pool of Fund Approach)

Kewajiban dari masing-masing bank dapat diagregasikan menjadi satu pool dana, sehingga konsekwensinya seluruh kewajiban tersebut akan diperlakukan


(35)

seolah-olah berasal dari satu sumber saja. Besarnya nilai pool tersebut diasumsikan ditentukan oleh pasar dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas manajemen kewajiban. Langkah pertama dari pendekatan ini adalah penetapan standard kebutuhan likuiditas. Selanjutnya alokasi dana dilakukan berdasarkan beberapa prioritas yang ditetapkan manajemen dalam rangka menyeimbangkan antara likuiditas dan profitabilitas. Prioritas dilakukan dengan menetapkan beberapa bagian, yaitu: Cadangan utama (Primary recerve), meliputi kas yang terdapat dalam brankas

(cash in vault), giro BI, dana dari Bank; Cadangan kedua (Secondary Reserve), meliputi asset likuid tidak termasuk kas (non cash liquid assets) yaitu surat berharga jangka pendek yang berkualitas tinggi, likuid dan memberikan return yang memadai; Portofolio kredit, penyaluran kredit kepada masyarakat atau nasabah; Pendapatan dari investasi (Investment per Income), berupa surat berharga berjangka panjang yang memberikan return yang lebih tinggi.

2. Pendekatan Alokasi Aset (Assets Allocation Approach/Conversion of Fund Approach)

Pendekatan ini didasarkan kepada kesadaran bahwa jumlah kebutuhan likuiditas bank berkaitan erat dengan sumber-sumber dari mana dana bank tersebut diperoleh. Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah membagi dua sisi kewajiban di neraca berdasarkan besarnya cadangan (reserve requirement) yang dibutuhkan, relasitas dan turnovernya. Tiap-tiap sumber dana diperlakukan secara individual.


(36)

Tiap-tiap kategori sumber dana (giro, tabungan, deposito, modal, dan lain-lain) dilakukan pengalokasian kepada Primary Reserve, Secondary Reserve, Portofolio Kredit, Investement per Income, dan asset-aset lain (Other Asset), seolah-olah masing-masing kategori sumber dana tersebut merupakan bank atau profit center yang berdiri sendiri. Dana yang berasal dari giro nasabah yang memiliki ketentuan

Reserve Requirement (RR) dan perputarannya yang tinggi diperlukan berbeda dengan dana yang bersumber dari penerbitan surat hutang. Untuk menghindari mismatch

jangka waktu antara penanaman dan pendanaan, sebaiknya penanaman jangka pendek didanai dengan sumber dana jangka panjang. Kondisi tesebut dapat dipenuhi dengan asumsi tingkat suku bunga relatif stabil.

Dalam kondisi suku bunga yang fluktuatif atau cenderung meningkat atau menurun, maka konsep matching jangka waktu tidak terlalu tepat apabila dikaitkan dengan aspek profitabilitas. Pada saat suku bunga cenderung meningkat, maka perusahaan akan mengoptimalkan pendapatannya dengan melakukan penanaman yang berjangka waktu lebih pendek walaupun sumber pendanaannya jangka panjang, namun perusahaan harus tetap mempertahankan sebagian penanaman dan pendanaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Faktor utama yang dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah tingkat suku bunga yang meningkat atau menurun dan eksploitasi tingkat suku bunga pada masa yang akan datang dan diperkenalkannya instrument likuiditas baru di pasar (apabila tingkat suku bunga meningkat, maka perusahaan mengambil gap positif untuk jangka waktu 1- 30 hari).


(37)

2.1.6. Manajemen Pasiva (Liability Management)

Sebelum produk pendanaan berkembang luas, bank tidak perlu melakukan manajemen pasiva. Karena pada awalnya sumber dana bank hanya berasal dari giro perusahaan yang tidak berbunga. Bank dapat berkonsentrasi pada manajemen aset saja untuk mengoptimalkan keuntungan.

Dengan berkembangnya sumber pendanaan perbankan seperti deposito, pasar uang antar bank, tabungan dan lainnya, membuat bank perlu melakukan manajemen yang baik terhadap pasiva yang dimiliki.

Salah satu strategi pendanaan bank akan tercermin dari harga yang diberikan untuk suatu jenis produk atau dari volume dana yang terkumpul. Jika suatu bank mengandalkan deposito sebagai sumber pendanaannya, maka tingkat suku bunga deposito akan relatif tinggi dari suku bunga lainnya. Jika bank mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek, maka tercermin dari sumber pendanaan jangka pendeknya akan besar dan tingkat suku bunganya akan relatif lebih tinggi dari yang lainnya.

2.1.7. Manajemen Kecukupan Modal (Managing Capital Adequacy)

Ada tiga hal alasan bank harus memutuskan jumlah modal yang mereka butuhkan, Pertama, modal bank mencegah kegagalan bank (Bank Failure), yaitu situasi dimana bank tidak dapat memenuhi likuiditas dan solvabilitas. Kedua, modal bank mempengaruhi pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum (bank capital requirement) sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan otoritas moneter.


(38)

2.1.8. Peranan Analis Sumber dan Penggunaan Dana

Manajemen suatu perusahaan termasuk bank dihadapkan pada dua pilihan: bagaimana menggunakan dana yang ada sebaik-baiknya. Hal ini berkaitan dengan penggunaan dana agar sasaran usaha dapat dicapai; bagaimana mendapatkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan dan peluang (opportunity) yang dihadapi perusahaan atau berkaitan dengan sumber dana. Laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan ikhtisar laba yang ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana biasanya dibuat untuk melengkapi informasi tentang suatu usaha sedang berkembang dan atau menghadapi masalah dalam dana. Dari laporan ini akan mengetahui bagaimana manajemen selama suatu periode menggunakan dana perusahaan, dari mana saja sumber tersebut diperoleh, benarkah pola penempatan yang dilakukan dan apa saja akibat yang ditimbulkan dari penempatan tersebut.

Dana yang diperoleh pertama kali harus berasal dari investor atau pemilik, dan dinamakan modal. Selain itu pada sisi kanan neraca, dana lainnya yang berasal dari pihak lain, untuk bank dana tersebut berasal dari pihak ketiga dan hutang. Bagian ini menyatakan sumber dana dari bank. Sedangkan pada sisi kiri digunakan untuk kepemilikan tanah, gedung, untuk bank biasanya untuk pemberian kredit dan pembelian surat berharga. Analisis sumber dan penggunaan dana juga bisa untuk perencanaan proyek dan prospek usaha dimasa yang akan datang.

2.1.9. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja (performance) perusahaan atau bank dalam mengelola bisnisnya secara


(39)

operasional. Kasmir (2004) mengembangkan rasio keuangan atas empat aspek dari kondisi keuangan perusahaan: (1) Likuiditas (Liquidity), (2) Hutang (Debt or Leverage), (3) Aktivitas (Activity), and (4) Profitabilitas (Profitability). Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebijakan jangka pendek. Rasio Hutang mengukur risiko financial perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Aktivitas untuk mengukur penggunaan sumber daya perusahaan secara efesien dan efektif. Dan rasio profitabilitas untuk mengukur secara keseluruhan efisiensi dari kinerja perusahaan.

Tabel 2.1. Rasio Finansial Lebih Rinci Mengevaluasi Kesehatan BankUmum

Rasio Finansial Formula Interprestasi

Non Performing Loan (NPL)

NPL = Kredit Total Bermasalah Kredit

Semakin kecil rasio NPL, bank umum dikatakan semakin sehat.

Loan to Deposit Ratio

(LDR) LDR = DanaPihak Ketiga

Kredit

Angka standard yang disepakati antara 85%-110%, lebih rendah dari 85% bank dinilai memiliki dana menganggur yang besar. Lebih besar 110% risiko

liquidity yang akan dihadapi semakin besar.

Rasio Finansial Formula Interprestasi

Net Interest Margin

(NIM) NIM = TotalAktiva

Bunga Biaya Bunga

Pendapatan − Semakin besar angka rasio dianggap semakin baik, tetapi jika angka rasio terlalu besar, bank sangat tidak efesien.

Capital Adequacy Ratio

(CAR) CAR = TotalAktiva

Ekuitas CAR 8% dapat dikatakan bank dalam keadaan sehat.

Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO = l Operasiona Pendapatan l Operasiona Beban

Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen Bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan.

Efisiensi Rasio (EFF)

EFF = l Operasiona Kotor Laba/Rugi l Operasiona

Beban Semakin kecil indeks EFF yang diperoleh suatu bank,

maka lembaga tersebut akan semakin efisien, karena persentase dari keuntungan yang dimiliki bank mampu


(40)

menutupi biayanya.

Cost of Income Ratio

(CIR) CIR =

Margin

Interest

Assets

Cost

Rasio yang digunakan untuk mengukur bagaimana biaya per assets berubah dibandingkan dengan margin pendapatan.

Return On Assets (ROA) ROA = AverageTotalAssets

Taxes) (After Income

Net

Rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010

2.1.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu, sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan. Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan.

Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur, biasanya berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen gambaran tentang perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat membantu manajemen dalam menginterpretasikan berbagai hubungan dan Lanjutan Tabel 2.1


(41)

kecenderungan sehingga dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa depan.

Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Menurut Halim (2003) harga saham mencerminkan nilai dari suatu saham. Dalam penelitian ini harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham selama lima hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Apabila permintaan harga dari suatu saham meningkat maka harga saham akan cenderung naik, sebaliknya apabila terjadi kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan harga saham di pasar modal, diantaranya adalah kinerja perusahaan, resiko, dividen, tingkat suku bunga, penawaran permintaan, laju inflasi, kebijakan pemerintah, dan kondisi perekonomian.

Menurut Halim (2004), hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah:

1. Tingkat inflasi dan suku bunga 2. Kebijakan keuangan dan fiskal 3. Situasi perekonomian

4. Situasi bisnis internasional

Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebablkan fluktuasi harga saham adalah:


(42)

1. Pendapatan perusahaan 2. Dividen yang dibagikan 3. Arus kas perusahaan

4. Perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan 5. Perubahan dalam perilaku investasi

2.1.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas

Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba. Unsur pendapatan bank tergantung pada jasa yang ditawarkan oleh bank. Bank memberikan pinjaman, melakukan investasi portofolio, melakukan pengiriman uang dan jasa lainnya. Dari jasa itu, bank memperoleh pendapatan yang terdiri dari bunga pinjaman, fees, atau kompensasi atas jasa yang diberikan bank, dan keuntungan atas investasi portofolio.

Menurut Muljono (1999), kegiatan bisnis umum dapat dikatakan berhasil apabila dapat mencapai sasaran bisnis yang telah mereka tentukan sebanyak-banyaknya walaupun sasaran masing-masing bank berbeda, ada satu sasaran yang sama yang harus dicapai oleh bank umum manapun yaitu mendapatkan keuntungan yang layak. Bank dapat dikatakan sehat apabila dapat menjaga keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, dapat berkembang dengan baik, serta mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi nasional.


(43)

Kemampuan bank menghasilkan keuntungan, secara kuantitatif dapat dinilai dengan berbagai rasio profitabilitas. Menurut Molyneux (1992), untuk mengukur efisiensi: ROE = Equity Taxes) (After Net Income (a)

PM = After Tax – Profit Margin

= venue (OR) Re l Operationa Net Income (b)

AU = Asset Utilization

= Assets Average venue Re l Operationa (c)

EM = Equity Multiplier/Leverage

= Equity Average Assets Average (d) ROE = E NI = OR NI x A OR x E A

= PM x AU x EM (e)

ROA = A NI = OR NI x A OR

= PM x AU (f)

ROA = ROE x EM = A NI x E A = E NI (g) ROE = A / D 1 A / NI

− (h)

Dimana:


(44)

Kemampuan bank menghasilkan keuntungan menurut Sutojo (1997) dengan mempergunakan enam macam tolak ukur, yaitu: Interest Margin, Net Margin, Assets Utilization, Return, Return Equity, dan Earning Per Share.

2.1.11.1. Capital adequacy ratio (CAR)

CAR merupakan proksi modal bank. Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004: 47).

2.1.11.2. Loan to deposit ratio (LDR)

LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauhmana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid).


(45)

Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumaerissa, 1999:23).

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2003:118). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

Rasio ini merupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Siamat, 2004:147). Ukuran likuiditas ini sangat luas digunakan bank, mengingat kegiatan utama bank adalah penyaluran kredit sementara pendanaannya berasal dari dana masyarakat atau pihak ketiga lainnya. Rasio ini merupakan indikator kerawanan maupun kemampuan suatu bank (Siamat, 2004: 269).


(46)

2.1.11.3. Non performing loan (NPL)

Menurut Siamat (2004:358), “Non Performing Loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur”. Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss).

Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.

2.1.11.4. Net interest margin (NIM)

Net Interest Margin NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Rosy, 2003:37-38). Pendapatan bunga bersih merupakan selisih antara pendapatan bunga


(47)

dengan beban bunga, sedangkan aktiva produktif atau disebut earning assets adalah penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan (pembiayaan) atau aktiva produktif yang digunakan adalah aktiva produktif yang menghasilkan pendapatan bunga.

Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan bank dalam memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat produktif untuk melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih yang diperoleh.

Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik, sehingga kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

2.1.11.5. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)

BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya”. (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.


(48)

2.1.11.6. Efficiency ratio (EFF)

Efficiency Ratio (EFF) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan laba/rugi kotor operasi dalam jangka waktu tertentu. Semakin efisien operasional bank akan berdampak terhadap tingkat profitabilitas perusahaan (Kasmir, 2004: 345).

2.1.11.7. Cost of income ratio (CIR)

Cost of Income Ratio (CIR) adalah rasio untuk mengukur bagaimana biaya per assets berubah dibandingkan dengan margin pendapatan. (Kasmir, 2004: 285) Hal ini disebabkan biaya berubah dibandingkan dengan pendapatan, jika pendapatan bunga bank meningkat tetapi biaya meningkat pada tingkat yang lebih tinggi, maka akan terlihat perubahan bahwa bank-bank akan berusaha lebih efisien untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

2.1.12. Hipotesis Pasar Efisien

Menurut Fama (1970), Teori pasar modal menjelaskan bagaimana investor membuat keputusan investasi. Harga sekuritas dalam kondisi wajar atau pasar dalam kondisi seimbang (equilibrium). Pasar efisien merupakan pasar sekuritas, di mana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi yang relevan. Pasar efisien dibedakan menjadi dua jenis:

1. Pasar efisien secara eksternal merupakan keputusan investor didasarkan pada informasi yang tersedia sehingga pelaku pasar tidak dapat memperoleh keuntungan di atas rata-rata (abnormal return).

Pasar efisien secara eksternal, di mana informasi disebarkan secara cepat dan luas sehingga memungkinkan harga sekuritas untuk menyesuaikan diri secara cepat


(49)

dan tidak bias terhadap informasi baru sehingga mampu merefleksikan nilai investasi yang wajar.

2. Pasar efisien secara internal merupakan pasar yang menyediakan berbagai jasa dengan biaya yang rendah (murah).

Pasar efisien secara internal, di mana pelaku pasar (pialang dan broker) bersaing secara wajar sehingga biaya transaksi murah dan likuiditas meningkat. Kegiatan ini dikendalikan oleh Otoritas Pasar.

Adapun pengelompokan lain pasar efisien terdiri dari:

1. Pasar efisien secara informasi (Informationally Efficient Market = IEM).

Pasar efisien secara informasi menceritakan bagaimana respon pelaku pasar terhadap informasi baru yang relevan masuk pasar.

2. Pasar efisien secara keputusan (Decisionally Efficient Market = DEM).

Pasar efisien secara keputusan yaitu sejauhmana kemampuan pelaku pasar untuk memperoleh kandungan informasi baru yang relevan masuk pasar.

Informasi yang dipublikasikan memiliki tujuan dan maksud tertentu, sehingga perlu dilakukan analisis dan evaluasi untuk memperoleh kandungan informasi yang sebenarnya.

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Penulis dalam hal ini mereplikasi dari judul-judul tesis sebelumnya, yang mengupas hubungan CAR, LDR, NPL, NIM, BOPO dan EFF terhadap ROA Bank Umum yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan yang nyata, yang penulis lakukan dalam tesis ini, adalah penulis mengambil variabel independen berupa CAR,


(50)

LDR, NIM, NPL, BOPO dan EFF dan variabel dependen ROA Bank Umum periode 2005-2009 secara bersama-sama untuk meneliti hubungan antara variabel independen dan dependen, berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk matriks sebagai berikut:

Tabel 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 1988 Bourke, Philip

Some Internasional Evidence on The Determinants of Bank Profitability in Europe, North Amerika, Australia, Institute of Europe Finance.

Rasio modal (capital ratio), rasio likuiditas (liquidity ratios) dan tingkat suku bunga (interest rates) mempunyai hubungan positif dengan profitabilitas.

2 1999 Guru, Balachandh er, Staunton, John and Balashanm ugam

Determinan of Commercial Bank Profitabilities in Malaysia, Working Paper, School of Banking and Finance and The Asia Pasific Finance Centre, University of New South Sydney, Australia

Mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu profitabilitas suatu bank komersial itu terdiri dari internal determinan yang merupakan faktor-faktor yang masih dapat dikendalikan manajemen diantaranya Likuiditas, Kecukupan Modal, Manajemen Portofolio Aset dan Kewajiban dan Manajemen Biaya. Eksternal determinan merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen size, kepemilikan, dan faktor lingkungan yang berhubungan yang terdiri dari struktur pasar, regulasi.

3 2002 Werdaningt yas, Hesti

Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pra Merger di Indonesia

Menunjukkan bahwa pangsa pasar yang diukur dengan pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas secara parsial, sementara CAR (Capital Adequacy Ratio) mempunyai hubungan positif dan LDR mempunyai hubungan negatif terhadap profitabilitas.

4 2008 Putri, Vicky Rahma

Pengukuran Kinerja Bank Komersial dengan Pendekatan Efisiensi: Studi terhadap Perbankan Go-Public di Indonesia

Dengan uji multikoloniaritas menunjukkan terdapat korelasi yang erat (coefficient of correlation) lebih tinggi terhadap ROA dari pada ROE.

5 2009 Rosy Mustika, Maharani, dan Lukviarma n, Niki

Analisis Hubungan CAR, LDR, NPL, NIM dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Umum yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode (2003-2007)

-Variabel CAR tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kenaikan atau penurunan variabel ROA dan ROE,

-Variabel LDR dan NPL memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROE tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROA, karena terdapat komponen nilai asset yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi perusahaan, -NIM memiliki hubungan yang signifikan yang

positif terhadap ROA dan hubungan signifikan yang negatif terhadap ROE,


(51)

-BOPO memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap ROA dan ROE.


(52)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka dibangun kerangka pemikiran dalam gambar berikut ini.

Gambar 3.1: Kerangka Konseptual

Capital Adequacy Ratio (CAR)/X1

Loan to Deposit Ratio

(LDR)/X2

Non Performing Loan

(NPL)/X3

Net Interest Margin

(NIM)/X4 Beban Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO)/X5

Efficiency Ratio

(EFF)/X6

Cost of Income Ratio

(CIR)/X7

Return On Assets

(ROA)/(Y)

Harga Saham (Z)


(53)

Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal. Beberapa variasi faktor-faktor yang digunakan adalah kombinasi dari variabel-variabel yang termasuk dalam Bank Characteristic dan Macro Indicators yaitu rasio

Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan

(NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) bank umum di Bursa Efek Indonesia.

CAR (Capital Adequacy Ratio), rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Dengan tingkat rasio CAR 8% sesuai dengan aturan BIS (Bank Internasional Settlement) bank dapat beroperasi dengan aman, namun jika tingkat CAR melebihi 8% dapat diindikasikan manajemen bank kurang professional dalam mengelola bank karena modal iddle terlalu besar, hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi profitabilitas bank sehingga berpengaruh terhadap harga saham. (Ihsanulkhair, 2009).

Hal ini apabila dikaitkan dengan agency theory, dimana pihak manajemen adalah agen (agents) pemilik, sedangkan pemilik perusahaan merupakan principal. Pemilik dapat meyakinkan diri mereka bahwa agen akan membuat keputusan yang optimal bila terdapat insentif yang memadai dan mendapatkan pengawasan dari pemilik. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham akan


(54)

mengakibatkan biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut. Kebijakan yang terkait dengan CAR dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen. Pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tetap menjaga CAR yang optimal yang banyak akan menstimulus pihak manajemen.

LDR (Loan to Deposit Ratio), perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, jika rasionya terlalu rendah banyak dana pihak ketiga yang tidak disalurkan dalam bentuk kredit, jika rasionya semakin besar, bank melakukan ekspansi kredit dibanding sumber dana yang tersedia. Semakin rendah rasio LDR maka semakin meningkat harga saham suatu bank. (Ihsanuilkahir, 2009).

NPL (Non Performing Loan) sebagai rasio kredit bermasalah, semakin besar rasio NPL akan mengindikasikan bank dapat mengalami masalah profitabilitas, karena yang seharusnya bank memperoleh profit dari kegiatan pemberian kredit karena banyaknya kredit bermasalah menimbulkan potensi loss bagi bank. Sebaiknya rendahnya NPL membantu bank memperbaiki profitabilitas. Selain itu, semakin rendah rasio NPL maka semakin meningkat harga saham suatu bank. (Siamat, 2004)

NIM (Net Interest Margin), perbandingan pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Angka NIM yang semakin tinggi menunjukkan bahwa profitabilitas bank umum akan semakin baik, karena selisih antara pendapatan bunga dengan biaya bunga semakin besar, namun angka NIM yang terlalu tinggi akan memberi petunjuk adanya inefisiensi perbankan, sebab selisih antara tingkat bunga


(55)

kredit dengan tingkat bunga deposito semakin besar. Semakin tinggi rasio NIM maka semakin meningkat harga saham suatu bank. (Rosy, 2003).

BOPO merupakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin besar rasionya akan memperlihatkan kondisi ketidakefesienan bank dalam pengelolaan kegiatan operasional yang membawa pengaruh pada profitabilitas bank. Menurut Dendawijaya (2005), semakin rendah rasio BOPO maka semakin efisien bank bekerja dan semakin meningkat harga saham suatu bank.

EFF (Efficiency Ratio) merupakan rasio biaya operasional terhadap laba/rugi kotor operasi, semakin kecil indeks EFF suatu bank, maka lembaga tersebut akan semakin efisien, karena persentase dari keuntungan yang dimiliki bank mampu menutupi biayanya. Kasmir (2004). Semakin rendah rasio EFF maka semakin meningkat harga saham suatu bank. Hal ini menunjukkan semakin efisien bank tersebut berkerja.

Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan biaya berubah dibandingkan dengan pendapatan, jika pendapatan bunga bank meningkat tetapi biaya meningkat pada tingkat yang lebih tinggi maka akan terlihat perubahan bahwa bank akan lebih efisien untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Menurut Kasmir (2004), semakin rendah rasio CIR maka semakin meningkat harga saham suatu bank yang menunjukkan semakin tinggi profitabilitas suatu bank.

Variabel profitabilitas yang diproksikan oleh Return on Assets (ROA) sebagai moderating berdasarkan asumsi variabel lain berpengaruh terhadap harga


(56)

saham apabila didukung oleh ROA yang tinggi sehingga ROA turut memperkuat hubungan antar variabel terhadap harga saham. Apabila ROA rendah maka hubungan antar variabel memiliki pengaruh yang kecil.

ROA merupakan gambaran kemampuan bank untuk memperoleh laba (pengembalian aset) yang digunakan dalam operasional perusahaan dengan menggunakan aset yang tersedia. Karenanya rasio ini tidak kalah penting digunakan dalam memprediksi harga saham. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva. Nilai ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Menurut Arisanti (2004:21), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Jadi semakin tinggi rasio ini maka akan semakin tinggi pula harga saham, sebaliknya jika rasio ini mengalami penurunan maka akan menurun pula harga saham.

Pada ekonomi konvensional motif utama investor dalam menanamkan dananya adalah untuk pencapaian laba atau keuntungan maksimal. Jadi apabila suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi pula, dengan laba yang tinggi, akan semakin tinggi pula besarnya deviden yang akan dibagikan kepada investor. Kondisi seperti inilah yang menjadi daya tarik masyarakat untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Karena apabila perusahaan dianggap kurang mampu dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki maka, akan berdampak pada persepsi negatif investor yang akan berimbas pada menurunnya harga saham.


(57)

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konsep di atas, maka dapat dibangun hipotesis penelitian sebagai berikut: ”Capital Adequacy Ratio

(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel”.


(58)

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect). Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan-keterangan secara factual yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi (Sekaran, 2003; 124).

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sekaran, 2007:13). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari 19 bank go publik di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai 2005-2009. Data yang digunakan adalah jenis pooled cross section time series, yaitu gabungan data antara perusahaan/cross section dan antar waktu/time series (Indriantoro, 2002:95). Sumber data penelitian adalah sebagai Data Kinerja Keuangan Perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Bank Indonesia (www.bi.go.id).

4.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian direncanakan dimulai pada bulan Oktober 2010.


(59)

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian 4.4.1. Populasi Penelitian

Menurut Indonesia Stocks Exchange (ISX) Statistic, emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai tahun 2009 sebanyak 30 emiten perbankan.

4.4.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Karena penelitian ini tidak memungkinkan populasi diambil secara keseluruhan, maka dilakukan pengambilan sampel yang menggambarkan karakteristik yang akan diteliti dengan menggunakan metode purpose sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu Kriteria dalam pengambilan sampel tersebut adalah:

1. Perusahaan perbankan yang go public dan terdaftar di BEJ tahun 2005-2009. 2. Tidak dilikuidasi atau delisting pada tahun penelitian.

Berdasarkan kriteria purposive sampling tersebut maka terdapat 19 emiten perbankan dari 30 emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu: teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu/judgement sampling

(Sekaran, 2003:97). Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan ditampilkan dalam Tabel 4.1.


(60)

Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Perusahaan perbankan yang go public dan listing di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2005 sampai dengan 2009.

30 30

2 Mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik secara kontinu dari tahun 2005 sampai dengan 2009.

(0) 0

3 Tidak dilikuidasi atau emiten baru atau di delisting pada tahun penelitian.

(11) 13

Jumlah sampel total selama periode pengamatan

19 X 5 95 pengamatan

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 19 emiten (masing-masing lima tahun). Sedangkan sisanya sebanyak 11 perusahaan tidak memenuhi kriteria pengambilan sampel yang ditentukan. Karena jumlah sampel tidak memenuhi jumlah sampel minimal (n=30), dalam pengolahan data digunakan metode polling dimana yang digunakan perkalian antara jumlah bank (19 bank) dengan periode pengamatan (5 tahun) sehingga jumlah pengamatan yang digunakan menjadi 95 pengamatan. Untuk pengolahan data menggunakan software SPSS 17. Data perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:


(1)

Excluded Variablesd

Model

Collinearity Statistics Beta In t Sig.

Partial

Correlation Tolerance VIF

Minimum Tolerance

1 CAR_X1 .017a .200 .842 .021 1.000 1.000 1.000

LDR_X2 -.005a -.061 .952 -.006 .930 1.076 .930

NIM_X3 .a . . . .000 . .000

NPL_X4 .352a 4.484 .000 .424 .999 1.001 .999

BOPO_X5 .113a 1.260 .211 .130 .910 1.098 .910

EFF_X6 -.063a -.727 .469 -.076 .996 1.004 .996

CIF_X7 .154a 1.809 .074 .185 .997 1.003 .997

ROA_Y -.058a -.675 .502 -.070 .996 1.004 .996

Zscore(CAR_X1) .017a .200 .842 .021 1.000 1.000 1.000 Zscore(LDR_X2) -.005a -.061 .952 -.006 .930 1.076 .930

Zscore(NPL_X4) .352a 4.484 .000 .424 .999 1.001 .999

Zscore(BOPO_X5) .113a 1.260 .211 .130 .910 1.098 .910 Zscore(EFF_X6) -.063a -.727 .469 -.076 .996 1.004 .996

Zscore(CIF_X7) .154a 1.809 .074 .185 .997 1.003 .997

Zscore(ROA_Y) -.058a -.675 .502 -.070 .996 1.004 .996

Moderator1 -.023a -.261 .795 -.027 .987 1.014 .987

Moderator2 -.148a -1.726 .088 -.177 .986 1.014 .986

Moderator3 .137a 1.034 .304 .107 .423 2.367 .423

Moderator4 .256a 3.104 .003 .308 .996 1.004 .996

Moderator5 .134a 1.569 .120 .161 .998 1.002 .998

Moderator6 -.044a -.513 .609 -.053 1.000 1.000 1.000

Moderator7 .143a 1.674 .098 .172 .998 1.002 .998

2 CAR_X1 .062b .787 .434 .082 .984 1.016 .983

LDR_X2 -.038b -.470 .640 -.049 .922 1.084 .922

NIM_X3 .b . . . .000 . .000

NPL_X4 .b . . . .000 . .000

BOPO_X5 -.091b -.963 .338 -.100 .688 1.453 .688

EFF_X6 -.058b -.741 .461 -.077 .996 1.004 .995

CIF_X7 .053b .645 .521 .067 .907 1.103 .907

ROA_Y .043b .521 .603 .055 .919 1.088 .919

Zscore(CAR_X1) .062b .787 .434 .082 .984 1.016 .983

Zscore(LDR_X2) -.038b -.470 .640 -.049 .922 1.084 .922 Zscore(BOPO_X5) -.091b -.963 .338 -.100 .688 1.453 .688 Zscore(EFF_X6) -.058b -.741 .461 -.077 .996 1.004 .995


(2)

Zscore(ROA_Y) .043b .521 .603 .055 .919 1.088 .919

Moderator1 .029b .366 .715 .038 .966 1.035 .966

Moderator2 -.107b -1.353 .179 -.140 .972 1.029 .972

Moderator3 .251b 2.082 .040 .213 .407 2.459 .407

Moderator4 .068b .687 .494 .072 .632 1.582 .632

Moderator5 .079b 1.001 .320 .104 .972 1.028 .972

Moderator6 -.031b -.389 .698 -.041 .998 1.002 .997

Moderator7 .128b 1.643 .104 .170 .996 1.004 .996

3 CAR_X1 .031c .389 .699 .041 .944 1.059 .390

LDR_X2 .031c .359 .720 .038 .782 1.279 .345

NIM_X3 .c . . . .000 . .000

NPL_X4 .c . . . .000 . .000

BOPO_X5 -.079c -.852 .397 -.089 .685 1.459 .404

EFF_X6 -.044c -.568 .571 -.060 .988 1.012 .403

CIF_X7 .067c .830 .409 .087 .901 1.110 .404

ROA_Y -.056c -.596 .553 -.063 .686 1.458 .303

Zscore(CAR_X1) .031c .389 .699 .041 .944 1.059 .390

Zscore(LDR_X2) .031c .359 .720 .038 .782 1.279 .345

Zscore(BOPO_X5) -.079c -.852 .397 -.089 .685 1.459 .404 Zscore(EFF_X6) -.044c -.568 .571 -.060 .988 1.012 .403

Zscore(CIF_X7) .067c .830 .409 .087 .901 1.110 .404

Zscore(ROA_Y) -.056c -.596 .553 -.063 .686 1.458 .303

Moderator1 .003c .032 .974 .003 .940 1.064 .396

Moderator2 -.156c -1.970 .052 -.203 .914 1.094 .382

Moderator4 -.023c -.215 .830 -.023 .515 1.942 .331

Moderator5 .042c .524 .602 .055 .914 1.094 .382

Moderator6 -.074c -.937 .352 -.098 .938 1.066 .382

Moderator7 .115c 1.498 .138 .156 .989 1.011 .404

a. Predictors in the Model: (Constant), Zscore(NIM_X3)

b. Predictors in the Model: (Constant), Zscore(NIM_X3), Zscore(NPL_X4)

c. Predictors in the Model: (Constant), Zscore(NIM_X3), Zscore(NPL_X4), Moderator3 d. Dependent Variable: HS_Z

Casewise Diagnosticsa Case

Number Std. Residual HS_Z Predicted Value Residual 64 3.351 7600.00 1414.4468 6185.55324 83 3.073 8340.00 2667.6174 5672.38262 94 4.127 9200.00 1582.3542 7617.64578 a. Dependent Variable: HS_Z


(3)

Uji Multikolinieritas dengan Metode Enter

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 CAR_X1 .674 1.483

LDR_X2 .735 1.360

NIM_X3 .799 1.251

NPL_X4 .721 1.388

BOPO_X5 .572 1.749

EFF_X6 .935 1.069

CIF_X7 .601 1.663

ROA_Y .710 1.408

a. Dependent Variable: HS_Z


(4)

(5)

Uji Glesjer

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3678.420 9443.381 .390 .698

ln_CAR_X1 -3737.205 2011.888 -.953 -1.858 .068

ln_LDR_X2 2275.937 7555.756 .438 .301 .764

ln_NIM_X3 236.776 392.743 .173 .603 .549

ln_NPL_X4 663.041 409.312 .431 1.620 .110

ln_BOPO_X5 14544.811 17946.281 1.351 .810 .421

ln_EFF_X6 597.745 881.516 .220 .678 .500

ln_CIF_X7 -2608.102 3261.843 -.606 -.800 .427

ln_ROA_Y 38.585 254.302 .048 .152 .880

Zscore(CAR_X1) 1692.657 768.442 1.225 .203 .331 Zscore(LDR_X2) -974.899 1970.236 -.722 -.495 .622 Zscore(NIM_X3) -83.925 446.215 -.063 -.188 .851 Zscore(NPL_X4) -840.197 726.119 -.601 -1.157 .251 Zscore(BOPO_X5) -2244.520 2815.648 -1.275 -.797 .428

Zscore(EFF_X6) 29.911 800.051 .014 .037 .970

Zscore(CIF_X7) 968.418 1161.777 .675 .834 .408 Zscore(ROA_Y) -949.040 799.507 -.699 -1.187 .239

Moderator1 -280.843 362.864 -.181 -.774 .442

Moderator2 251.729 359.570 .167 .700 .486

Moderator3 153.301 325.089 .113 .472 .639

Moderator4 326.628 597.845 .264 .546 .587

Moderator5 15.521 463.750 .772 .449 .517

Moderator6 -395.932 427.783 -.223 -.926 .358

Moderator7 -66.461 376.233 -.047 -.177 .860


(6)

Descriptives

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

HS_Z 95 120.00 9200.00 2209.0737 2473.58857

CAR_X1 95 .09 .54 .1900 .07615

LDR_X2 95 .40 1.08 .7201 .17473

NIM_X3 95 .01 1.00 .1696 .26789

NPL_X4 95 .00 .24 .0357 .03848

BOPO_X5 95 .64 1.63 .8904 .14203

EFF_X6 95 -44.09 34.69 10.6285 8.03907

CIF_X7 95 3.75 20.15 10.4537 3.27335

ROA_Y 95 -.52 5.05 .8659 1.16112

Valid N (listwise) 95

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .00000000

Most Extreme Differences Absolute .053

Positive .053

Negative -.034

Kolmogorov-Smirnov Z .507

Asymp. Sig. (2-tailed) .959

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.