Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian

sebasar 10.63, dengan standar deviasi sebesar 8.039 dari nilai rata-rata. Variabel CIF_X7 dari jumlah observasi sebanyak 95 pengamatan yang memiliki nilai minimum 3.75 dan nilai maksimum sebesar 20.15 dan mean sebesar 10.453, dengan standar deviasi sebesar 3.273 dari nilai rata-rata. Variabel ROA_Y dari jumlah observasi sebanyak 95 pengamatan yang memiliki nilai minimum -0.52 dan nilai maksimum sebesar 5.05 dan mean sebasar 0.86, dengan standar deviasi sebesar 1.161 dari nilai rata-rata.

5.1.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi – asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum pengujian hipotesis meliputi: 5.1.2.1. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui analisis statistik uji One sample Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test Unstandardized Residual N 90 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .00000000 Most Extreme Differences Absolute .053 Positive .053 Negative -.034 Kolmogorov-Smirnov Z .507 Asymp. Sig. 2-tailed .959 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS Lampiran 6 Dari hasil pengujian tersebut terlihat pada Tabel 5.2 besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah 0.507 dan signifikansinya pada 0.959. Hal ini berarti H 5.1.2.2. Uji multikolinieritas ditolak yang berarti data residual terdistribusi normal. Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF. Menurut Santoso 2002, pada umumnya jika VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Hal tersebut tergambar pada Tabel 5.3 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Pengujian Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 NIM_X3 1.000 1.000 2 NIM_X3 .999 1.001 NPL_X4 .999 1.001 a. Dependent Variable: HS_Z Dependent Variabel: HS _Y Sumber: Output SPSS Lampiran 6 Sedangkan variabel yang dikeluarkan dari model karena menggunakan metode stepwise regression dalam pengujian problem multikolinieritas sebagai berikut: Tabel 5.4. Pengujian Multikolinieritas Excluded Variables c Model Collinearity Statistics Tolerance VIF Minimum Tolerance 1 CAR_X1 1.000 1.000 1.000 LDR_X2 .930 1.076 .930 NPL_X4 .999 1.001 .999 BOPO_X5 .910 1.098 .910 EFF_X6 .996 1.004 .996 CIF_X7 .997 1.003 .997 ROA_Y .996 1.004 .996 2 CAR_X1 .984 1.016 .983 LDR_X2 .922 1.084 .922 BOPO_X5 .688 1.453 .688 EFF_X6 .996 1.004 .995 CIF_X7 .907 1.103 .907 ROA_Y .919 1.088 .919 a. Dependent Variable: HS_Z Sumber: Output SPSS Lampiran 6. Hasil tersebut menunjukkan masing–masing variabel nilai VIF dibawah 10, hal ini menunjukkan tidak terjadi problem multikolinieritas. Sedangkan hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang Universitas Sumatera Utara nilainya kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95. Hal ini berarti tidak terjadi multikolinieritas. 5.1.2.3 Uji heteroskedastisitas Pengujian asumsi Heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari pengamatan satu kasus ke kasus pengamatan yang lain. Berdasarkan Scatterplot model dapat diambil kesimpulan dimana penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan model ini tidak mengandung adanya heteroskedastisitas Adapun hasil pengujian terdapat pada Gambar 5.1 berikut: Sumber: Output SPSS Lampiran 8 Gambar 5.1. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot Model Universitas Sumatera Utara Uji Glesjer Untuk melihat apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dapat dilakukan dengan Uji Glesjer yang terdapat pada Tabel 5.5 berikut: Tabel 5.5. Uji Glesjer Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 3,678.420 9,443.381 .390 .698 ln_CAR_X1 -3,737.205 2,011.888 -.953 -1.858 .068 ln_LDR_X2 2,275.937 7,555.756 .438 .301 .764 ln_NIM_X3 236.776 392.743 .173 .603 .549 ln_NPL_X4 663.041 409.312 .431 1.620 .110 ln_BOPO_X5 14,544.811 17,946.281 1.351 .810 .421 ln_EFF_X6 597.745 881.516 .220 .678 .500 ln_CIF_X7 -2,608.102 3,261.843 -.606 -.800 .427 ln_ROA_Y 38.585 254.302 .048 .152 .880 ZscoreCAR_X1 1,692.657 768.442 1.225 .203 .331 ZscoreLDR_X2 -974.899 1,970.236 -.722 -.495 .622 ZscoreNIM_X3 -83.925 446.215 -.063 -.188 .851 ZscoreNPL_X4 -840.197 726.119 -.601 -1.157 .251 ZscoreBOPO_X5 -2,244.520 2,815.648 -1.275 -.797 .428 ZscoreEFF_X6 29.911 800.051 .014 .037 .970 ZscoreCIF_X7 968.418 1,161.777 .675 .834 .408 ZscoreROA_Y -949.040 799.507 -.699 -1.187 .239 Moderator1 -280.843 362.864 -.181 -.774 .442 Moderator2 251.729 359.570 .167 .700 .486 Moderator3 153.301 325.089 .113 .472 .639 Moderator4 326.628 597.845 .264 .546 .587 Moderator5 15.521 463.750 .772 .449 .517 Moderator6 -395.932 427.783 -.223 -.926 .358 Moderator7 -66.461 376.233 -.047 -.177 .860 a. Dependent Variable: Abs1 Sumber: Output SPSS Lampiran 6 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel diatas tingkat signifikansi variabel independen terhadap Absolut Residualnya untuk keseluruhan variabel lebih besar dari alpha 5. Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas varians dari residual Homoskedastisitas. 5.1.2.4. Uji autokorelasi Gejala Autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson DW. Menurut Ghozali, 2001, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson DW. Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dw t dengan nilai dw h Tabel 5.6. Nilai Durbin-Watson dengan tingkat signifikansi 5 dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,872, berarti data tidak terkena autokorelasi. Model Summary d Model Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson 1 .312 42.153 1 93 .000 2 .123 20.108 1 92 .000 3 .026 4.335 1 91 .040 1.872 a. Dependent Variable: HS_Z Sumber: Output SPSS Lampiran 6. Berdasarkan Tabel 5.6 diatas, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari Tabel Durbin-Watson terlihat Nilai DW sebesar 1.872 dimana dari tabel DW nilai d L = 1.693 dan d U =1.774 dan nilai 4-d L dan 4-d U 2.307 dan 2.226. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Universitas Sumatera Utara nilai d U DW 4-d U

5.1.3. Uji Hipotesis