pembacaan dakwaan di depan pengadilan, akan menimbulkan hak-hak pekerja anak yang dilindungi oleh hukum sebagai berikut:
1. Hak untuk mendapat keringanan dari masa penahanan kajaksaan.
2. Hak untuk mengganti status penahanan dari penahanan Rumah Tahanan
Negara menjadi berada dalam tahanan rumah atau tahanan kota. 3.
Hak untuk mendapat perlindungan dari ancaman, penganiayaan, pemerasan dari pihak yang beracara.
4. Hak untuk mendapat fasilitas dalam rangka waktu pemeriksaan dan
penuntutan. 5.
Hak untuk didampingi oleh penasihat hukum.
D. Perlindungan pekerja anak dalam proses peradilan
Untuk meletakan proses advokasi dan hukum perlindungan pekerja anak sebagai institusi hukum perlu terlebih dahulu dipahami perspektif dari hukum pidan
dan hukum acara pidana yang khusus mengatur tentang masalah anak. Permasalahan peradilan anak te;lah dan sudah memiliki karakter tersendiri dalam linkup peradilan
umum yaitu dengan diadajan atau diundangkanya Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tetang Peradilan Anak. Undang-undang ini berfungsi sebagai Hukum Acara Pidana
yang khusus untuk disediakan menangani masalah tindak pidana dalam kejahatan dan atau pelanggaran.
Keistimewaan dalam undang-undang Peradilan Anak dapat terlihat pada ketentuan yang dimuat dalam pasal 1 butir 1 dan 2 yang mengklasifikasikan anak
sebagai berikut:
1. anak adalah anak yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umumr 8
delapan tahun, tetapi belum mencapai 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin.
2. anak nakal adalah
a. anak yang melakukan tindak pidana; atau
b. anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak,
baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum yang lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan. Kekhususan untuk menggolongkan anak dimaksud untuk membedakan
eksisten Peradilan Anak dengan peradilan yang berada dalam pengawasan Peradilan Umum. Sebagimana ketentuan yang diletakan dalam KUHAP bahwa system
pemeriksaan dalam peradilan terdapat pengklasifikasian yang prinsip. System ini dapat diklsifikasikan oleh DR. Andi Hamzah, S.H., sebagai berikut: pemeriksaan
perkara biasa, system pemeriksaan perkara singkat, dan system pemeriksaan perkara cepat. System pemeriksaan perkara cepat dibagi dua, yaitu pemeriksaan tindak pidana
ringan dan pemeriksaan tindak pidana lalu lintas. System pembagian lain yang mengklasifikasikan peradilan adalah peradilan
anak yang dapat ditemukan pada Undang-undang No. 3Tahun 1997 tetang Peradilan Anak. Demikian juga dengan system pemeriksaan masalah Peradilan Anak, menurut
ketentuan pasal 2 undang-undang peradilan anak, peradilan anak adalah pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang berada di lingkunga peradilan umum. Dalam hal
pelaksanaan proses dan dan penamaan peradilan untuk dapat disebut sebagai proses atau sidang peradilan anak menurut ketentuan pasal 3 undang-undang peradilan anak
menyebutkan bahwa Sidang Pengdilan Anak yang selanjutnya disebut sidang anak,
bertugas dan berwenang memerisa, memutus, dan menyelesaikan perkara anak sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini. Kebijaksanaan ini akhirnya
mengelompokkan bahwa peradilan anak adalah sebuah badan peradilan yang khusus disediakan untuk menagani masalah anak yang melakukan tindak pidana kejahatan
dan atau pelanggaran. Meskipun demikian, sebelum dipraktekkan Undang-undang Peradilan Anak,
di Indonesia telah juga dipraktekkan Peradilan Anak berdasarkan ketentuan-ketentuan secara sistematis yang diatur dalam:
1. system pemeriksaan peradilan menurut KUHAP sebagai pedoman umum dari
peradilan; 2.
system pemeriksaan peradilan menurut ketentuan Lembaga Prayuwana, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri KehakimanRepulik Indinesia;
3. system pemeriksaan yang ditentukan berdasarka Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 3 Tahun 1959; 4.
system pemeriksaan peradilan menurut Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak.
Peradilan anak masih menjadi perdebatan praktisi-praktisi hukum yang menunjukan adanya perbedaan-perbedaan dari peradilan anak baik secara struktur
hukum kedudukan sebagai lembaga peradilan yang berada dalam pengawasan peradilan umum. Peradilan anak yang dikehendaki adalah peradilan yang berlangsung
dari Peradilan Tingkat Pertama, Peradilan Tinigkat Banding dan Peradilan Mahkamah Agung sebagimana layaknya fungsi peradilan yang ditentukan oleh hukum dan
perundang-undang di Negara Indonesia. Pada hakikatnya, system pemeriksaan peradilan anak yang dimuat dari ketentuan-ketentuan Undang-undang Peradilan Anak
dengan meletakkan hak-hak pekerja anak Indonesia ke dalam sistem kodifikasi
hukum untuk dan unifikasi hukum yang dapat meliputu masa depan pekerja anak itu sendiri.
Perlindungan hak-hak pekerja anak dalam proses persidangan dimulai dari penentuan hakim yang ditetapkan untuk menangani peradilan dimaksud. Menurut
ketentuan pasal 9 Undang-undang Peradilan anak menyebutkan bahwa hakim ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul ketua
Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui ketua Pengadilan Tinggi. Keutamaan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, yaitu dalam hal perkara
pekerja anak, sebelum sidang dibuka atau dimulai, hakim memerintah agar pembimbing kemasyarakatan untuk menyampaikan laporan hasil penelitian
kemasyarakatan mengenai pekerja anak yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan pembimbing kemayarakatan adalah petugas pemasyarakatan pada balai
pemasyarakatan yang melakukan bimbingan warga binaan pemasyarakatan. Petugas pemimbing kemasyarakatan ditentukan oleh Departemen Kehakiman yang bertugas
mulai dari awal penyidikan sampai pada penuntutan, persidangan dan pemasyarakatan anak atau berdampingan dengan penyidik, penuntut umum, tingkatan pembimbing
kemasyarakatan harus memberikan hasil penelitiannya terhadap pekerja anak yang melakukan tindak pidana kejahatan atau pelanggaran. Dari hasil penelitian ini maka
pada tiap-tiap tingkatan pemeriksaan tindak pidana dan pelanggaran yang dilakukan pekerja anak dapat dihentikan atau sebaliknya dapat diteruskan pemeriksaannya.
Masa penahanan oleh hakim terhadap pekerja anak yang melakukan tindak pidana kejahatan atau pelanggaran dibatasi 15 haridan kemudian dapat diperpanjang
menjadi 30 hari. Apabila jangka waktu 45 hari pemeriksaan perkara pekerja anak belum selesai maka pekerja anak tersebut harus dikeluarkan dari tahanan.tindakan
pembatasan waktu pemeriksaan terebut mengingat bahwa pekerja anak memiliki hak-
hak yang dilindungi oleh hukum pada saat pemeriksaan di persidangan. Hak-hak pekerja anak yang dimaksud adalah sebagi berikut:
1. Sebagai pelaku kejahatan, terdiri dari: a. Hak untuk mendapat penjelasasn mengenai tata cara pelaksanaan persidangan
pada kasusnya; b. Hak intuk mendapat penasihat hukum;
c. Hak untuk mendapatkan fasilitas yang memperlancar persidangan; d. Hak untuk didampingi oleh kedua orang tuanya dan seorang probation, social
worker; e. Hak untuk memohon ganti kerugian perlakuan yang menimbulkan penderitaan
atau kesalahan penangkapanpenahananpenuntutanpemeriksaan tanpa putusan perkara praperadilan;
f. Hak untuk dapat menyatakan pendapat dan keberatan-keberatan terhadap kasus yang melibatkan dirinya;
g. Hak untuk mendapat proses persidangan tertutup. 2. Sebagai korban kejahatan, terdiri dari:
a. Hak untuk mendapat penjelasan mengenai kejahatan yang dilakukan terhadap diri pekerja anak;
b. Hak untuk mendapat perlindungan terhadap tindakan-tindakan yang mengancam, menganiaya dan memeras yang menimbulkan kerugian material dan spiritual;
c. Hak untuk memohon ganti kerugian atas penderitaan yang dialami oleh pekerja anak;
d. Hak untuk memohon persidangan tertutup; e. Hak untuk didampingi oleh pengacarapenasihat hukum;
f. Hak untuk mendapat fasilitas-fasilitas persidangan.
3. Sebagai saksi, terdiri dari: a. Hak pekerja anak untuk mendapatkan fasilitas untuk menghadiri persidangan;
b. Hak untuk mendapat penjelasan mengenai tata cara persidangan; c. Hak untuk mendapatkan perlindungan keamanan;
d. Hak untuk mendapat izin dari lembaga-lembaga pendidikan dan pembinaan yang menjadi tempat belajar.
Reposisi hak-hak pekerja anak dalam proses peradilan, menjadi kedudukan peradilan anak harus dilihat secara cermat dan dapat menimbulkan nuansa yang
kondusif. Faktor hukum harus dapat memerikan jaminan terhadap kedudukan hak-hak pekerja anak yang menjadi pelaku kejahatan, Korban kejahatan maupun pekerja anak
sebagai saksi dari kejahatan-kejahatan untuk dilindungi dengan pertimbangan hukum positif.
E. Perlindungan pekerja anak pada Lembaga Pemasyarakatan