Perlindungan pekerja anak pada Lembaga Pemasyarakatan

3. Sebagai saksi, terdiri dari: a. Hak pekerja anak untuk mendapatkan fasilitas untuk menghadiri persidangan; b. Hak untuk mendapat penjelasan mengenai tata cara persidangan; c. Hak untuk mendapatkan perlindungan keamanan; d. Hak untuk mendapat izin dari lembaga-lembaga pendidikan dan pembinaan yang menjadi tempat belajar. Reposisi hak-hak pekerja anak dalam proses peradilan, menjadi kedudukan peradilan anak harus dilihat secara cermat dan dapat menimbulkan nuansa yang kondusif. Faktor hukum harus dapat memerikan jaminan terhadap kedudukan hak-hak pekerja anak yang menjadi pelaku kejahatan, Korban kejahatan maupun pekerja anak sebagai saksi dari kejahatan-kejahatan untuk dilindungi dengan pertimbangan hukum positif.

E. Perlindungan pekerja anak pada Lembaga Pemasyarakatan

Tugas perlindungan pekerja anak pada Lembaga Pemasyarakatan Anak dalam prosedur hukum dibebankan pada ketentuan Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Sebagaimana ditelaah pada Undang-undang Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan pada umumnya berfungsi sebagai berikut: 1. Perlindungan hukum; 2. Mendapat hukuman; 3. Memperaiki; 4. Rehabilitas. Sasaran akhir dari kehadiran Lembaga Pemasyarakatan Anak, yaitu pembinaan. Untuk mengenal fenomena lembaga Pemasyarakatan yang menjadi esensial adalah pengenalan terhadap pengelompokan anak yang diletakkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak. Dalam pemaknaan Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, mengelompokkan anak ke dalam tiga kategori sebagai berikut: 1. Anak pidana, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan paling lama sampai umur 18 tahun. 2. Anak Negara, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada Negara untuk dididik dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama sampai berusia 18 tahun. 3. Anak sipil, yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperol;eh penetapan pengadilan untuk dididik di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling kama sampai 18 tahun. Dalam advokasi dan perlindungan pekerja anak, yang menyoroti tentang hak- hak pekerja anak dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, akan memiliki perbedaan yang diakibatkan dari pengklasifikasian yang timbul dari Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Meskipun demikian, perbedaan itu tetap berpatokan pada ketentuan-ketentuan yang menjadi sendi dasardari peraturan perundang-undangan. Dalam hal jaksa penuntut umum, sebagai institusi yang bertugas untuk menjalani eksekusi amar keputusan pengadilan, sebagaimana disinyalir oleh M. Utrecht sebagai berikut: Menyelenggarakan keputusan Hakim atau hukuman. Ketentuan ini telah diperluas oleh ketentuan pasal 24 Undang-undang Peradilan Anak yang menentukan beberapa alternatif sistem eksekusi terhadap anak yang melakukan delinkuensi, yaitu terhadap anak dapat dijatuhkan pidana atau tindakan. Atas dasar ketentuan dimaksud, hak pekerja anak yang timbul dalam Lembaga Pemasyarakatan sebagai berikut: 1. Pekerja anak sebagai nara pidana: a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan; b. Mendapat perawatan baik jasmani maupun rohani; c. Mendapatkan kesempatan untuk sekolah; d. Menerima kunjungan keluarga; e. Mendapat pengurangan masa menjalani pidana 2. Pekerja anak sebagai anak Negara dan anak sipil: a. Mendapat kewajiban mengikuti program pembinaan; b. Mendapatkan jaminan keselamatan dan ketertiban; c.Mendapatkan kesempatan sekolah. Penanggulangan terhadap kejahatan delinkuensi pekerja anak yang demikian banyak ini menimbulkan perbedaan pemikiran di antara lembaga-lembaga penegak hukum, masyrakat, dan instansi-instansi swasta lain yang ada dalam negara Indonesia. Karena keputusan yang dimaksud, apakah pekerja anak telah diproses terlebih dahulu dari tindak pidana yang dilakukannya ataukah dengan tanpa diproses melalui ketentuan hukum, pekerja anak tersebut dapat dijatuhkan hukuman di tingkat pertama pemeriksaan, tingkat penuntutan dan tingkat pemerisaan persidangan. Berbagai kemungkinan dapat terjadi dari diktum penjelasan ketentuan pasal 24 Undang-undang Peradilan Anak, mengisyaratkan agar proses pemeriksaan terhadap pekerja anak tetap dilakukan untuk sampai pada keputusan hakim yang mengadili pekerja anak tersebut dan atau dapat diikuti dengan ketentuan hukum acara pemeriksaan sebagaimana mestinya. Dewasa ini peraturan-peraturan mengenai hukum anak semakin luas dan trasparan. Untuk mewujudkan tujuan hukum pidana, pemerintah Indonesia mendirikan beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang diklsifikasikan khusus untuk golongan pria dewasa, golongan wanita dan golongan anak. Masing-masing Lembaga Pemasyarakatan dimaksud ditentukan untuk membedakan kedudukan hukum dan perlindungan terhadap hak-hak dari masing-masing golongan terhukum, yang termasuk untuk menegakkan hak-hak pekerja anak yang melakukan tindak pidana atau kejahatan-kejahatan pidana lain. Adanya Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan salah satu bentuk dari perlindungan hukum terhadap hak-hak anak khususnya pekerja anak. Hal ini ditujukan sebagai upaya agar pekerja anak yang dipidana tetap dapat melakukan aktivitasnya sebagaimana mestinya anak yang berada di luar Lembaga Pemasyarakatan.

BAB IV KENDALA YANG DIHADAPI PUSAKA INDONESIA DALAM