sebelum keadaan yang lebih buruk terjadi. Penjajagan dan pengembangan jaringan kerja sama baik nasional, regional, maupun internasional merupakan alternatif
penting. Jaringan kerjasama ini diharapkan dapat membantu membe-rikan pemecahan terhadap permasalahan mendasar yang dihadapi oleh pekerja anak di Indonesia, yaitu:
kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah.
B. Kehadiran Yayasan Pusaka Indonesia Sebagai Lembaga Swadaya
Masyarakat yang Proaktif Dalam Memberikan Advokasi Hukum Terhadap Pekerja Aanak
Yayasan Pusaka Indonesia sebagai Lembaga Advokasi penegakan hak-hak asasi manusia HAM khususnya advokasi perlindungan dan penanganan anak-anak yang
membutuhkan perlindungan khusus di Sumatera Utara. Lembaga yang berbadan hukum yayasan ini didirikan pada tanggal 10 Desember 2000 yang bertepatan pada
hari Hak Asasi Manusia sedunia. Pendirian lembaga ini dipicu oleh komitmen dari beberapa aktivis hak asasi anak untuk mengambil peran dalam menjawab tantangan
keprihatinan yang sangat mendalam tentang nasib anak-anak Indonesia dan generasi Sumatera Utara khususnya yang diterjang berbagai persoalan.
15
Nama Pusaka Indonesia ditetapkan dan dipilih secara demokratis dan dibungkus dengan sebuah makna bahwa aktivis-aktivis sosial ingin terus memelihara komitmen
untuk secara bersama-sama berjuang dan bahu membahu untuk mengurangi beban persoalan bangsa sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam isuue
strategis yang selama ini menjadi pilihan mereka, yakni bagaimana memperjuangkan dan melahirkan kebijakan isi, struktur dan kultur yang lebih baik bagi perlindungan
dan penegakan terhadap hak-hak anak dan masyarakat pencari keadilan justiabelen. Menggeluti issue strategis dalam memperjuangkan perlindungan terbaik bagi
anak bangsa ini merupakan pilihan pergumulan yang utama hari ini, taktala Negara
15
Pusaka Indonesia, Pusaka Indonesia Foundation Profile, Medan, 2000, hal. 1.
masih menjadikannya sebagai persoalan yang dinomor duakan. Isu-isu sentral seputar kebijakan perlindungan pekerja anak di Indonesia masih sering diselipkan kedalam
pengorganisasian bidang-bidang lain tanpa adanya prioritas yang diuatamakan. Sehingga masyarakat masih kurang memahami rencana aksi pemerintah untuk
menyelesaikan persoalan pekerja anak ini. Kemunculan lembaga ini juga didasarkan pada tingkat struktural, kita masih melihat lemahnya apresiasi dan keberpihakan para
pejabat, aparat pemerintah untuk mengedepankan kepentingan terbaik untuk pekerja anak dan masyarakat pencari keadilan. Sehingga berdampak pada koneskuensi
anggaran untuk perlindungan yang rendah dan tidak jelas indikatornya. Catatan lain adalah betapa lemahnya pemahaman para aparatur negara tentang hak-hak anak.
Disamping itu, rendahnya partisipasi dan apresiasi dari segi nilai budaya hukum masyarakat dalam merespon kebutuhan dasar anak dalam upaya kelanjutan generasi
juga menjadi persoalan. Lemahnya peran institusi budaya lokal sebagai salah satu transformasi budaya kota adalah merupakan salah satu penyebab dominan yang
berpengaruh pada implementasi perlindungan anak di Indonesia seperti yang kita lihat dewasa ini.
Sejalan dengan kenyataan di atas, kita melihat bahwa perubahan konfigursi politik yang begitu cepat di tanah air utamanya dalam wacana demokratisasi dan
otonomi telah memberi peluang dan juga tantangan dalam mempercepat perubahan kebijakan publik yang berkaitan dengan pekerja anak.
Satu persoalan lainnya yang juga menjadi konsentrasi lembaga ini adalah dalam isu seputar lemahnya penegakan hukum, terutama dalam bidang peradilan anak di
Indonesia. Walaupun beberapa peraturan hukum nasional telah dilahirkan dalam penaganan dan perlindungan anak di Indonesia, namun dalam kenyataan
impelementasinya masih terjadi kesalahan-kesalahan dan kecurangan dari aparatur
pelaksana hukum yang ada. Masyarakat umum telah sering menilai betapa amburadulnya peradilan Indonesia, Korupsi, kolusi dan nepotisme, maia peradilan,
pembusukan hukum, jual beli kasus, moralitas aparat penegak hukum yang tidak baik adalah sesuatu yang tidak terbantahkan lagi dalam penegakan hukum di Indonesia.
Meskipun demikian merupakan sebuah kemajuan dan kebanggaan anak bangsa, ketika pemerintah melahirkan beberapa produk hukum nasional maupun lokal tentang
perlindungan dan penegakan anak seperti halnya Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak walaupun masih terdapat kelemahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Diperlukan ribuan halaman kertas untuk menuliskan segi-segi persoalan anak
yang berkonflik dengan hukum di Indonesia. Belum lagi bila kita lihat dalam bagimana anak-anak kita yang diperjualbelikan untuk tujuan pelacuran trafficking,
anak di bawah umur yang di pekerjakan di tempat berbahaya, kesejahteraan anak, pendidikan anak dan berbagai persoalan anak baik pada tingkat keluarga, masyarakat
maupun dengan pemerintah. Kita tidak bisa dengan hanya menyalahkan kemiskinan, tetapi munculnya berbagai persoalan anak di Indonesia tidak terlepas dari lemahnya
penegakan hukum dan minimnya perhatian pemerintah. Melihat dari segi kebijakan hukum, sebelum lahirnya Undang-undang Pengadilan Anak dan instrument hukum
internasional yang telah diadopsi dan diratifikasi oleh Indonesia. Namun sejauh dan sebanyak itu pula muncul persoalan dan pelanggaran hak-hak anak di Indonesia.
Fenomena demikian hanya menggambarkan sedikit dari banyak persoalan yang ada, yang sering sekali justru menjadi penyebab terampasnya hak-hak anak dan
kaburnya posisi anak dalam mendapatkan perlindungan hukum dari Negara dan jaminan pemenuhan kepentingan terbaik bagi anak sebagai generasi muda.
Meskipun demikian, kita tetap harus optimis dan menyakini bahwa undang- undang dan peraturan hukum merupakan patokan dan sandaran utama yang dapat
dijadikan alas perjuangan advokasi penegakan hak-hak anak ke depan. Walaupun dengan harapan yang sempurna dalam perlindungan anak masih membutuhkan
perjalanan advokasi yang panjang, tetapi kita mengakui bahwa perjuangan bagi sebuah perubahan adalah sebuah proses yang harus dirangkai, digelutik, dicermati dan
dirancang secara terarah dan terencana. Paling tidak perjuangan advokasi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan perlindungan dan penegakan hak-hak untuk
kepentingan terbaik bagi anak khususnya anak yang berkonflik dengan hukum. Kita akan tetap melakukan advokasi pada tataran penguatan dan pendampingan hukum,
advoksi pada tataran kebijakan lokal maupun nasional dalam konteks perlindungan terhadap anak.
Harapan baru juga sudah mulai muncul dalam sistem pemerintahan yang baru saat ini, termasuk dalam hal penegakan hukum di seluruh Indonesia. Perubahan-
perubahan dan kemajuan saat ini, sangat membuka ruang gerak publik untuk ikut berperan serta membantu, saling membahu dalam mengatasi setiap persoalan bangsa
ini termasuk dalam hal penaganan dan perlindungan anak sebagai generasi penerus bangsa.
C. Program-program yang dilakuan Lembaga Swadaya Masyarakat