Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli dan men
ambahkan tingkat keuntungan sebagai tambahan”.
5
Kebutuhan barang konsumsi, perumahan atau properti apa saja secara umum dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola jual beli dengan akad
murabahah. Dengan akad ini Bank Syariah memenuhi kebutuhan nasabah dengan membelikan aset yang dibutuhkan nasabah dari supplier kemudian menjual
kembali kepada nasabah dengan mengambil margin keuntungan yang diinginkan. Selain mendapatkan keuntungan margin, Bank Syariah juga hanya menanggung
risiko yang minimal. Sementara itu nasabah mendapatkan kebutuhan asetnya dengan harrga yang tetap.
6
Bagi dunia perbankan syariah mitra yang baik sangat sulit didapatkan karena perlu kajian komprehensif dan analisa yang matang terhadap calon mitra
tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa calon mitra itu layak diberikan pembiayaan. Analisa kelayakan usaha calon mitra menjadi ujung tombak dalam
menilai perkembangan dan keberlangsungan usaha nasabah agar tidak menjadi pembiayaan yang bermasalah. Pada prinsipnya, setiap pemberian dana oleh bank
kepada mitra merupakan amanah yang diemban oleh keduanya bank dan mitra dalam mengelola dana masyarakat yang disimpan di bank tersebut. Apabila mitra
tidak bisa menjalankan amanah yang diembannya maka akan berimplikasi juga
5
M, Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta, Tazkia Institute,
1999, Cet. Ke1, h. 145.
6
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.
126-127
terhadap kinerja bank tersebut yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah tersebut.
Pada praktek yang ada dilapangan, bentuk-bentuk akad jual beli terbilang sangat banyak sekali, jumlahnya bias mencapai belasan jika tidak puluhan.
Sungguhpun demikian dari sekian banyak itu ada 3 tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal
kerja dan investasi diantaranya adalah murabahah, salam dan istisna. Dari ketiga pembiyaan tersebut, banyak lembaga keuangan syariah
termasuk BMT mengeluarkan produk murabahah. Dari sekian produk yang ada di BMT yang banyak berkembang dan diminati masyarakat adalah murabahah.
Berdasarkan pada fenomena diatas, maka diperlukan suatu kajian yang mendalam untuk mengetahui seberapa besar penanganan yang dilakukan
lembaga keuangan syariah dalam pembiayaan bermasalah khususnya pada produk murabahah. Merasa tertarik dengan permasalahan diatas, maka penulis
mencoba untuk menelitinya dalam sebuah skripsi yang berjudul,
“Strategi Penanggulangan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di
BMT Ta’awun Cipulir
”. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
a. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya pembicaraan mengenai pembiayaan bermasalah, maka penulis hanya membicarakan mengenai strategi penanggulangan
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Ta’awun.
b. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah
secara teoritis? 2.
Bagaimana peta pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Ta’awun?
3. Bagaimana keberhasilan BMT Ta’awun dalam menanggulangi
pembiayaan murabahah bermasalah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian