Perkembangan Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah

2. Sebagai suatu sarana untuk pembinaan pendidikan dan pengajaran bagi para siswa yang ada di lingkungan Manba’ul Hikmah Renged. 3. Merealisasikan aspirasi masyarakat agar lembaga tersebut dapat memberikan pendidikan dan pengajaran kepada sebagian masyarakat yang kurang mampu untuk menuntut ilmu ditempat yang jauh. 4. Menampung, menyalurkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama Islam, khususnya daerah daerah Kresek dan umumnya di daerah Banten yang terhitung pesat kemajuannya, diberbagai sektor termasuk dibidang pendidikan agama dan Pondok Pesantren. 5. Mencetak insan yang agamis, yang dipersiapkan untuk tenaga pengajar dan untuk mempermudah melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi serta untuk menjadi pejabat pada instansi pemerintah didalam dan diluar ruang lingkup Departemen Agama, ABRI dan Swasta. 6. Melahirkan insan-insan yang Islami yang bukan saja ahli dibidang agama,, tetapi juga ahli dibidang ilmu pengetahuan umum yang ada. 28

C. Perkembangan Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah

Perluasan dan perkembangan pesantren selalu berarti penambahan pusat untuk mengembangkan ilmu agama dan cara hidup menurut Islam yang dipraktekan oleh kyai dan para santrinya. Memang kyailah yang menjadi tokoh sentral dalam Pondok Pesantren. kyai yang mendirikan Pondok Pesantren memberinya nama, memberikan pelajaran meminpin sembayang dan upacara- 28 Wawancara dengan KH. Kalyubi Nawawi di Kresek 18 Desember 2008. Lihat juga Tim LPI Manba’ul Hikmah, op.cit., hlm 20. upacara keagamaan dan menentukan segala-galanya dalam pesantren. Sekarang kekuasan kyai telah dibagi-bagi dengan saudara-saudaranya atau anak-anaknya dan akhir-akhir ini dalam bentuk yayasan, dibagi dengan orang lain. 29 Begitu juga dengan Pondok Pesantren Manba’ul Hikamah Renged, dalam perkembagannya selalu mencari jalan keluar untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Masalah itu dilihat dari sisi eksternal, yaitu serbuan budaya luar yang masuk bersamaan dengan arus globalisasi. Sedangkan disisi internal, yakni krisis ekonomi Indonesia yang selalu merongrong dalam perkembangan pesantren. Apalagi Pondok Pesantren ini atas nama lembaga pendidikan Islam yayasan yang perkembangannya tergantung dari kerjasama yang kuat antara anggota dalam yayasan tersebut. 30 Pada tahun 1971 diadakan musyawarah pengurus Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah untuk membuka Madrasah Ibtidaiyah pagi. Madrasah Ibtidaiyah Diniyah ini dilaksanakan sore hari tidak mencukupi kelasnya. Hasil musyarawah itu juga memutuskan juga bahwa harus ada Madrasah Ibtidaiyah yang dapat mengikuti ujian negeri. Adapun kepala Madrasah Ibtidaiyah yang diputuskan oleh rapat adalah KH. Zaeni Syarfi. Pada tahun 1972 H. Yasin mewakafkan tanah sawahnya disebelah timur madrasah. Tanah tersebut dibagun tiga lokal untuk asrama guru oleh Drs. H. Ahmad Syatibi, sedangkan untuk peletakan batu pertamanya adalah oleh Sekjen Depag Pusat yaitu Zaeni Miftah. 31 29 Muh Said dan Junimar Affan, op.cit., hlm.89. Bandingkan dengan M. Irsjad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta, Karsa Utama Mandiri, 1998, hlm 1. 30 Wawancara dengan H. Ubaidillah di Kresek, 15 Pebruari 2009. 31 Tim LPI Manba’ul Hikmah, op.cit, hlm. 17 Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah pada tahun 1973 membangun lokal kembali sebanyak tiga lokal. Hal ini sdetelah diwakafkannya tanah H. Ahmad Syatibi dan wakaf tanah dari H. Fuil di tahun 1972. Lokal ini untuk ruangan kelas dan satu lokal untuk ruangan kantor. Biaya untuk membangun lokal ini menghabiskan dana sebesar Rp. 1.500.000. Biaya inipun tidak ditanggung yayasan sendiri, tetapi setelah mendapatkan sumbangan dana dari Bapak Bupati Muhdi dari Tangerang sebesar Rp. 500.000,- ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah tahun 1973. 32 Pada tahun 1974 Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah membangun masjid. Masjid itu dibangun sebagai sarana ibadah para santrinya, yang diberi nama Masjid Jami Manba’ul Hikmah Renged. Selain itu masjid tersebut dijadikan sarana untuk kegiatan santri dalam mengembangakan potensinya, seperti kegiatan pengajian bersama, kegiatan bulan ramadhan, kegaiatn pembinaan pengembangan dakwah Islam. Pembangunan masjid ini setelah adanya tanah yang diwakafkan oleh Wasman Jamaun dari Kresek. 33 Pada tahun 1976, Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah mengadakan rehab ringan. Pendanaannya didapatkan dari bantuan pemerintah, sebesar Rp. 600.000,-. Dana tersebut dialokasikan untuk merehab madrasah yang awalnya ada delapan lokal, dijadikan dua lokal besar. Satu lokal diantaranya untuk asrama putri dan 32 Ibid., hlm 17. Wawancara juga dengan KH. Kalyubi Nawawi di Kresek 18 Desember 2008. 33 Adapun Panitia pembangunan Masjid Jami Manba’ul Hikmah yaitu: Penasehat: KH. Mahmud Nawawi, Ketua Umum: KH. Kalyubi Nawawi, Ketua Satu : H. Ali Akbar, Sekretaris: H. Rasyidin, Wakil Sekretaris: H. Bakri Syarfi, Tata Usaha: H. Zaeni Syarfi, Anggota: H. Sarnawi Amir, Anggota: H. Samhudi. satu lokal lagi untuk ruang pertemuan yang dapat digunakan untuk belajar murid Ibtidaiyah kelas pagi. 34 Sejalan dengan perkembagannya, pada tahun 1977 Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah membuka Madrasah Aliyah untuk menampung lulusan siswa dari Madrasah Tsanawiyah Manba’ul Hikmah. Pendirian Madrasah Aliyah oleh lembaga Pendidikan Islam Manba’ul Hikmah Renged setelah KH. Kalyubi Nawawi mengadakan musyawarah dengan ketua Yayasan Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah terlebih dahulu. Apalagi pada waktu itu melihat kondisi Kecamatan Kresek pada waktu itu belum ada sekolah tingkat menengah atas Hal ini sejalan dengan realisasi dari cita-cita pimpinan Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah Renged untuk mendirikannya. Kepengurusan Madrasah Aliyah Manba’ul Hikmah di pimpin oleh KH. Rasihun Fil’ilmi. Madrasah Aliyah Manba’ul Hikmah Renged setahun kemudian tahun 1978, dibuatkan gedung dua lantai guna dipakai untuk proses belajar mengajar. 35 Para alumni lulusan Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah sebagian mereka meneruskan kejenjang yang lebih tinggi perguruan tinggi, setelah lulus dari Madrasah Aliyah. Tetapi ada juga mereka yang mengabdikan diri di Yayasan Manba’ul Hikmah untuk membantu dalam proses kegiatan mengajar di sana. Selain itu ada juga mereka yang setelah lulus di Pondok Pesantren Manba’ul 34 Wawancara dengan KH. Kalyubi Nawawi di Kresek, 18 Desember 2008 35 Lihat Tim LPI Manba’ul Hikmah, op.cit., hlm. 19. Diperkuat dengan wawancara dengan H. Ubaidillah di Kresek, 18 Pebruari 2009. Hikmah mendirikan pesantren sendiri di desanya, tentunya dengan didukung keuangan yang lebih. 36 36 Para lulusan yang mendirikan pesantren sendiri adalah sebagai berikut: 1 Ahmad Dimyati dari Desa Benda mendirikan pesantren salafi, 2 Drs. Saefudin dari Desa Talok mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Futuhiyah, 3 H. Ubaidillah dari Desa Talok mendirikan Pondok Pesantren Al-Ijtihad, 4 H. Holiludin dari Desa Carenang mendirikan Pesantren Al- Muktariyah, 5 H. Uding dari Desa Ranca Ilat mendirikan Pensantren Al-Arobi. Wawancara dengan H. Ubaidillah di Kresek, 15 Pebruari 2009. BAB IV UPAYA PONDOK PESANTREN MANBA’UL HIKMAH KRESEK DALAM MENINGKATKAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TAHUN 1969-1996

A. Pengembangan Aktifitas Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah