dan gedung-gedung sekolah, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi sebagai sarana untuk mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali di Desa Renged Kecamatan
Kresek Tangerang dibangun Pondok Pesantren dan Lembaga Pendidikan Islam Manba’ul Hikmah atau Yayasan LPI Manba’ul Hikmah dengan Akte Notaris
Nomor : 5029-8-1980.
E. Metodologi Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut: 1.
Menentukan jenis data Untuk memperoleh interpretasi data yang benar, maka data perlu
dianalisis. Analisis data dilakukan dengan dua pendekatan, untuk data kualitatif dianalisis dengan logika, sedangkan data yang bersifat kuantitatif dianalisis
dengan statistik contohnya tabel. 2.
Menentukan sumber data a. Lokasi penelitian
Sesuai dengan judul di atas, lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh penulis yaitu Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah Kresek Kabupaten Tangerang.
b. Populasi Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan, dan peristiwa sejarah sebagai sumber data yang dinilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah peristiwa sejarah yakni Peran Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah dalam pendidikan masyarakat Kresek Tangerang 1969-1996.
3. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan memaparkan
atau menggambarkan apa adanya tentang hasil penelitian. 4.
Teknik pengumpulan data Heuristik Sebagai langkah awal dari penulisan skripsi ini, menemukan masalah
mengenai keberadaan Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah dilihat dari perkembangannya, kemudian merumuskannya. Setelah masalah terumuskan,
selanjutnya dilakukan penelitian, yakni penelitian lapangan observasi, adalah mengadakan penyelidikan dan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-
fenomena obyek yang diteliti. Melakukan wawancara Interview terhadap pelaku sejarah sebagai sumber lisan.
10
Tahapan heuristik adalah tahapan pengumpulan objek berasal dari literatur di perpustakaan-perpustakaan terhadap buku-buku atau sumber-sumber tertulis
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Juga dilakukan penelitian dari bahan-bahan tercetak, tertulis, atau lisan yang relevan. Dalam tahapan
pengumpulan objek berasal dari bahan tercetak ini berupa buku-buku, artikel yang menunjang masalah yang diteliti, dihimpun dan dikumpulkan untuk diadakan
klasifikasi sumber data primer dan sumber data skunder berdasarkan kualitasnya,
10
Hugiono dan PK Poerwantara, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta, Bina Aksara, 1987, hlm.36
mana yang termasuk sumber data primer dan mana yang termasuk sumber data skunder.
11
Sumber data primer adalah sumber yang keterangannya diperoleh secara langsung dari orang yang menyaksikan peristiwanya secara langsung dengan mata
kepalanya sendiri. Dengan kata lain sumber primer adalah sumber yang diperoleh dari aktor pelaku sejarah dan orang-orang yang menyaksikan langsung
terjadinya peristiwa sejarah. Sedangkan sumber skunder adalah sumber yang keterangannya diperoleh dari orang yang tidak menyaksikan peristiwanya secara
langsung. Dengan kata lain, sumber skunder adalah bukan sumber pertama, keterangannya bukan diperoleh dari orang yang terlibat langsung.
Dalam penelitian ini, untuk data sumber primer digunakan 1 Buku Kenang-Kenangan 27 tahun Berdirinya LPI Manba’ul Hikmah Kresek Tangerang.
Buku ditulis dari catatan pengalaman KH. Kalyubi Nawawi, sebagai pelaku sejarah. 2 Proyek proposal Program Pengembangan Yayasan Pondok Pesantren
Manba’ul Hikmah yang ditulis oleh Drs. KH. Ubaidillah anak Keduan KH. Kalyubi Nawawi. 3 Data Laporan Bulanan Kecamatan Kresek. 4 Selain data
tertulis, digunakan juga dengan mengadakan dan mengumpulkan data-data dari sumber lisan dengan melakukan wawancara dengan pelaku sejarah, baik berupa
responden pelaku sejarah pertama yaitu KH. Kalyubi Nawawi, maupun imforman pelaku sejarah kedua yaitu Drs. KH. Ubaidillah. Setelah data melalui
data terkumpul, kemudian data ini ditranskrip, selanjutnya diedit kemudian dianalisis dengan tujuan dalam rangka menemukan sumber data yang kredibel.
11
Ibid., hlm.26
Untuk sumber data skunder, digunakan buku-buku : 1 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta, 1983, LP3ES, 2
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarikat-Tarikat, Bandung, Mizan, 1999. 3 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3ES, 1994, 4 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, terbitan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan
Masyarakat, 1986, dan buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan. 5. Teknik kritik data
Tahapan kritik adalah tahapan atau kegiatan meneliti sumber atau menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik. Sumber yang telah ditemukan dan
dihimpun melalui tahapan heuristik itu, harus diuji dulu. Pengujian ini dilakukan melalui kritik.
12
Tahapan sumber itu mempunyai dua aspek, yaitu aspek ekstern dan intern. Karena itu kritikpun terbagi dua, yaitu kritik ekstern kritik eksternal dan kritik
intern kritik internal. Kritik eksternal atau masalah otentitas, bertugas untuk menjawab
pertanyaan: apakah sumber itu adalah sumber yang dikehendaki? Apakah sumber itu asli atau turunan? Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah, dengan
menjawab pertanyaan tersebut dapat ditemukan sumber data yang otentik. Kritik internal atau masalah kredibilitas, bertugas menjawab pertanyaan
apakah kesaksian diberikan sumber itu dapat dipercaya. Dengan menjawab pertanyaan tersebut dapat ditemukan sumber data yang kredibel. Masalah
12
Ibid., hlm. 26
kredibilitas adalah masalah yang menyangkut kompetensi dan kejujuran dari saksi sejarah. Dengan kata lain, kalau kritik ekstern ditujukan terhadap sumber-
sumber yang berupa buku atau naskah, sedangkan kritik intern ditujukan terhadap aktor atau saksi sejarah.
13
Dengan demikian, setelah melakukan kritik, baik kritik ekstern maupun kritik intern dapat ditemukan sumber yang dapat benar-benar otentik dan kredibel.
6. Tahapan analisis data interpretasi
Tahapan interpretasi adalah tahapan atau kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menetapkan makna saling berhubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh,
atau berdasarkan informasi yang diberikan oleh jejak-jejak itu, dan berusaha membayangkan bagaimana rupanya masa lalu.
14
Dalam tahapan ini, dilakukan penafsirananalisis terhadap sumber, sehingga diperoleh rumusan fakta yang jelas dan kredibel. Dengan interpretasi
tersebut fakta-fakta dirangkaikan menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal logis. Suatu fakta yang berdiri sendiri dan dibiarkan mandiri ataupun
sejumlah fakta disusun berurutan sekalipun secara kronologis, belumlah ada tahapan yang harus ditempuh, yaitu tahapan interpretasi.
15
Dengan kata lain, setelah tahapan heuristik dan kritik, kemudian dilakukan usaha untuk menginterpretasikan sehingga dapat ditemukan bahwa data itu
menjadi sumber sejarah yang benar.
13
E. Kosim, Metode Sejarah, Asas dan Proses, Bandung, Universitas Padjajaran, 1984, hlm. 34
14
Hugiono dan PK. Poerwantara, Op.Cit., hlm. 37
15
Ibid., hlm. 35
7. Penulisan historiografi
Tahapan historiografi atau tahapan kegiatan penulisan ini merupakan tahapan akhir dari metode penelitian sejarah. Pada tahap ini, hasil
penafsirananalisis atas fakta-fakta itu ditulis menjadi suatu kisah sejarah yang selaras. Dengan kata lain, dalam tahapan historiografi dilakukan usaha untuk
menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dengan cara menuangkan dalam bentuk tulisan.
16
F. Sistematika Penulisan