41
Reaksi terhadap kebijaksanaan pemerintah dalam mempersulit terbentuknya organisasi buruh tersebut tidak hanya mendapat tanggapan dari
dalam negeri, tetapi juga luar negeri yang menyatakan bahwa buruh Indonesia tidak diberikan kemerdekaan untuk berserikatberorganisasi. Statement ini
didukung pula oleh hasil penelitian ILO yang menyimpulkan bahwa “Union Right” buruh di Indonesia sangat dibatasi tanpa diberikan kelonggaran untuk
berorganisasi.
D. Serikat Pekerja di masa Reformasi 1998-sekarang
Sejalan dengan babak baru pemerintah Indonesia yakni era Reformasi yang menuntut pembaharuan di segala bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara, karena itu pemerintah melalui Kepres No. 83 Tahun 1998 telah mengesahkan Konvensi ILO No. 87 tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak untuk Berorganisasi Convention Concorning Freedom of Association and Protection of The Right to Organise. Tahun 1998 Serikat Buruh
Sejahtera Indonesia SBSI diakui oleh pemerintah. Mochtar Pakpahan, dibebaskan pada bulan Mei setelah beberapa tahun mendekam di penjara. Tahun
2000 Undang-Undang Nomor 21 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh disahkan di Jakarta pada 4 Agustus oleh Presiden Abdurahman Wahid.Tahun 2003 Kongres
Serikat Pekerja Indonesia KSPI yang merupakan gabungan dari 12 organisasi serikat pekerja melaksanakan kongres pendirian pada bulan Januari di Jakarta.
Serikat Buruh Migran Indonesia SBMI yang bertujan untuk memperjuangkan aspirasi Buruh Migran Indonesia di tingkat nasional maupun
internasional dideklarasikan di Semarang pada 10 Juli 2004. Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia SBSI Sumatera Utara mendapat kehormatan menjadi
Universitas Sumatera Utara
42
tuan rumah kongres World Federation of Clerical Workers WFCW pada 1-4 November 2004. WFCW beranggotakan 70 negara Asia, Afrika, Eropa dan
Amerika merupakan federasi dari World Confederation of Labour WCL, organisasi buruh yang terkuat.
18
Keberadaan Serikat Pekerja Buruh pada masa Orde Baru belum memenuhi prinsip dasar serikat buruh. Prinsip dasar serikat buruh ada tiga, yaitu
kesatuan, mandiri dan demokratis. Prinsip kesatuan, yaitu adanya solidaritas di kalangan buruh bahwa mereka merupakan satu bagian tak terpisahkan dalam
organisasi. Prinsip kemandirian maksudnya organisasi buruh harus bebas dari dominasi kekuatan dari luar buruh, baik itu pemerintah, majikan, partai politik,
organisasi agama atau tokoh-tokoh individual. Prinsip demokratis, artinya mendapat dukungan dan partisipasi penuh para anggotanya.
19
Tiga prinsip dasar Serikat PekerjaBuruh itu belum dapat dilaksanakan dengan penuh pada masa Orde Baru karena serikat buruh yang diakui saat itu
hanya ada satu, yaitu Serikat Buruh Seluruh Indonesia SPSI. Upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kebebasan berserikat dan berkumpul bagi buruh
selanjutnya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaBuruh. Hak berserikat dan berkumpul mendapat perhatian yang
besar dari pemerintah. Terdapat norma perlindungan hak berserikat yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000.
20
18
http :rumahkiri.net di-up date tanggal 14 Oktober, 2007.
19
International Union of Food and Allied Worker’s Associations, Buku pegangan untuk serikat buruh, hal. 17-24.
20
Asri Wijayanti, op. cit, hal. 85-86.
Universitas Sumatera Utara
43
Pengertian serikat pekerjaburuh menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerjaburuh, baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerjaburuh serta meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya.
Sifat dari serikat pekerjaburuh adalah sebagai berikut: 1.
Bebas, yaitu bahwa sebagai organisasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, serikat pekerjaburuh, federasi dan konfederasi serikat
pekerjaburuh tidak di bawah pengaruh atau tekanan dari pihak lain. 2.
Terbuka, yaitu bahwa serikat pekerjaburuh, federasi dan konfederasi serikat pekerjaburuh dalam menerima anggota dan atau memperjuangkan
kepentingan pekerjaburuh tidak membedakan aliran politik, agama, suku bangsa dan jenis kelamin.
3. Mandiri, yaitu bahwa dalam mendirikan, menjalankan, dan
mengembangkan organisasi ditentukan oleh ketentuan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi.
4. Demokratis, yaitu bahwa dalam pembentukan organisasi, pemilihan
pengurus, memperjuangkan, dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi.
5. Bertanggung jawab, yaitu bahwa dalam mencapai tujuan dan
melaksanakan hak dan kewajibannya, serikat pekerjaburuh, federasi dan konfederasi serikat pekerjaburuh bertanggung jawab kepada anggota,
masyarakat, dan Negara.
Universitas Sumatera Utara
44
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, Serikat Pekerja bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerjaburuh dan keluarganya.
Fungsi Serikat PekerjaBuruh selalu dikaitkan dengan keadaan hubungan industrial. Hubungan industrial diartikan sebagai suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi dan jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah.
21
1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industrial; Adapun fungsi dari serikat PekerjaBuruh
seperti yang tertuang dalam Pasal 4 ayat 2 ialah:
2. Sebagai wakil pekerjaburuh dalam lembaga kerja sama dibidang
ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya; 3.
Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; 4.
Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;
5. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan
pekerjaburuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6.
Sebagai wakil pekerjaburuh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.
21
Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan Pekerja Bipartid dan Pemerintah Tripartid, 1999, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta,
hal.2.
Universitas Sumatera Utara
45
Di dalam Penerimaan Anggota Serikat Pekerja, Serikat Pekerjaburuh, federasi dan konfederasi Serikat PekerjaBuruh harus terbuka untuk menerima
anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin Pasal 12 UU No.21 Tahun 2000. Seorang PekerjaBuruh tidak boleh menjadi
anggota lebih dari satu serikat pekerjaburuh di satu perusahaan. Dalam hal seorang pekerjaburuh dalam satu perusahaan ternyata tercatat pada lebih dari satu
serikat pekerjaburuh yang bersangkutan harus menyatakan satu pilihan secara tertulis mana serikat pekerjaburuh yang dipilihnya.
22
Menurut Payaman Simanjuntak, Pengamat ketenagakerjaan, dengan pengalaman di berbagai Negara dan dengan mempertimbangkan kondisi sosial,
perjuangan serikat pekerja akan lebih efektif jika mereka sepakat hanya memiliki dua sampai maksimal federasi. Selain itu, serikat pekerja disusun menurut sektor
atau subsektor industri dan di setiap perusahaan didirikan hanya ada satu serikat pekerjaburuh.
23
Federasi adalah perkumpulan serikat pekerjaburuh, sedangkan konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah federasi yang ada di Indonesia.
Saat ini, ada tiga konfederasi Serikat PekerjaBuruh di Indonesia, yakni: KSPSI Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia yang mencakup 16 Federasi
dengan anggotanya sekitar 1.601.378 orang, KSPI Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia dengan 7 Federasi dan 458.345 orang anggotanya, serta KSBSI
Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dengan 12 Federasi dan 337.670
22
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004, hal. 148
23
R. Fitriana, Pengusaha pekerja belum saling memahami, 2010.
Universitas Sumatera Utara
46
orang anggotanya. Sampai akhir 2008 tercatat ada 10.786 serikat pekerjaburuh dengan anggota sebanyak 3.405.615 orang pekerja.
24
“Saling pengertian dalam hal ini maksudnya di antara serikat pekerjaburuh dan para pengusaha mengerti tugas dan kewajibannya
selama proses produksi berlangsung,” tegasnya. Ketua Umum KSPSI Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia,
Syukur Sarto mengatakan hubungan industrial di masa mendatang diharapkan dapat lebih kondusif dengan adanya saling pengertian di antara serikat
pekerjaburuh dan para pengusaha.
25
1. Orde Baru
Adapun perbedaan signifikan antara Serikat PekerjaSerikat Buruh di era Orde Baru khususnya dengan era Reformasi adalah sebagai berikut:
a. Pada masa Orde Baru, perbaikan nasib tenaga kerja terutama
mengenai demokratisasi upah dan jaminan sosial yang memenuhi syarat-syarat minimal, layak, wajar, dilihat dari segi prestasi kerja,
jumlah jam kerja dan norma hidup. b.
Adanya perundingan kolektif, serta untuk memperbaiki keadaan- keadaan penghidupan mereka dan untuk memiliki alat guna
menyatakan pendapat kaum buruh mengenai masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.
c. Pada masa Orde Baru belum memenuhi prinsip dasar serikat buruh,
yaitu kesatuan, mandiri dan demokratis.
24
http:bataviase.co.idnode104891
25
R. Fitriana, loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
47
d. Pada masa Orde Baru serikat buruh yang diakui saat itu hanya ada
satu, yaitu Serikat Buruh Seluruh Indonesia SPSI. 2.
Reformasi a.
Di era Reformasi ini, Pemerintah memberikan jaminan kebebasan berserikat dan berkumpul bagi buruh yang selanjutnya dituangkan
dalam Undang-Undang Nomor21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaBuruh.
b. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000,
Serikat Pekerja bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak
bagi pekerjaburuh dan keluarganya. c.
Pada masa Reformasi, Serikat PekerjaBuruh selalu dikaitkan dengan keadaan hubungan industrial yang diartikan sebagai suatu sistem
hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi dan jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah.
d. Di era Reformasi, Serikat Pekerja disusun menurut sektor atau
subsektor industri dan di setiap perusahaan didirikan hanya ada satu serikat pekerjaburuh.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB III PERAN SERIKAT PEKERJA DALAM PEMBUATAN DAN