Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan buruh yang lemah membutuhkan suatu wadah supaya menjadi kuat. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan hak berserikat dan berkumpul di dalam suatu Serikat Pekerja Serikat Buruh. Tujuan dibentuknya Serikat PekerjaSerikat Buruh adalah menyeimbangkan posisi buruh dengan majikan. Melalui keterwakilan buruh di dalam Serikat Pekerja Serikat Buruh, diharapkan aspirasi buruh dapat sampai kepada majikan. Selain itu, melalui wadah Serikat Pekerja Serikat Buruh, diharapkan akan terwujud peran serta buruh dalam proses produksi. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan industrial di tingkat perusahaan. 1 Di dalam proses produksi barang dan jasa sedikitnya terdapat 2 dua pihak yang terlibat yaitu pengusaha dan pekerja di perusahaan. 2 “Serikat Pekerja Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kewajiban Untuk menjamin kelancaran proses produksi tersebut diperlukan adanya pengaturan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja Serikat Buruh, semakin di dapat gambaran yang jauh lebih jelas dari kapasitas Serikat Pekerja Serikat Buruh dalam dunia ketenagakerjaan, yang mana dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa: 1 Asri Wijaya, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal. 77. 2 Pedoman Peraturan Perusahaan, Jakarta: Direktorat Persyaratan Kerja, Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial departeman Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2005, hal.1. Universitas Sumatera Utara 10 pekerja buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja buruh dan keluarganya. 3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh didasarkan pada Pasal 28 E perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi ILO Internasional Labour Organization Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956, tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar- Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding Bersama. Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Keberadaan Serikat PekerjaBuruh saat ini lebih terjamin dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat PekerjaBuruh Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor3898. Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, kedudukan Serikat pekerjaBuruh secara umum hanyalah dianggap sebagai kepanjangan tangan atau boneka dari majikan, yang kurang meneruskan aspirasi anggotanya. Hal ini karena pada masa Orde Baru, Serikat PekerjaBuruh hanya diperbolehkan satu, yaitu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia SPSI. Pada Masa Reformasi, setelah adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, dimungkinkan dibentuk Serikat PekerjaBuruh lebih dari satu di dalam satu perusahaan. 3 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekeja Serikat Buruh. Universitas Sumatera Utara 11 PekerjaSerikat Buruh, maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal. Yang dimaksud Radikal ialah amat keras menuntut perubahan, 4 Fungsi Serikat Pekerja Buruh selalu dikaitkan dengan hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah. yaitu berupaya keras menuntut perubahan bidang perburuhan kearah yang lebih baik. 5 1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial; Adapun fungsi dari serikat PekerjaBuruh seperti yang tertuang dalam Pasal 4 ayat 2 ialah: 2. Sebagai wakil pekerjaburuh dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya; 3. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya; 5. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan pekerjaburuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6. Sebagai wakil pekerjaburuh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan. 4 KH.Muhamad Najih, Radikal Antara Pro dan Kontra, Sarang 2009. 5 Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan Pekerja Bipartid dan Pemerintah Tripartid, 1999, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta, hal.2 Universitas Sumatera Utara 12 Dalam Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama, Serikat PekerjaBuruh melakukan negoisasi dengan pengusahaorganisasi pengusaha untuk memperjuangkan hak-hak Buruh, seperti: upah yang layak, jaminan sosial yang memadai, pemenuhan hak-hak cuti, pembayaran lembur yang sesuai serta hak-hak pekerja lainnya yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Sedangkan di dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama, Serikat PekerjaBuruh harus dapat memberikan informasi dan menjelaskan hak dan kewajiban anggota kepada anggotanya serta mewakilimendampingi anggota. Perjanjian Kerja Bersama sebagai salah satu Prasarana yang paling penting untuk peningkatan produksi dan produktivitas . Sering kali dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama tidak sesuai dengan apa yang tertulis dalam perjanjian, tidak terlaksananya PKB baik yang dilakukan oleh Pengusaha maupun Pekerja berdampak pada terjadinya perselisihan hubungan industrial, baik terjadi karena perbedaan penafsiran pasal-pasal yang ada dalam PKB maupun karena ketidakmampuan para pihak untuk melaksanakan isi PKB. Dampak itu dapat positif atau negatif . Berdampak positif apabila hubungan industrial itu berjalan dengan baik dan tercapai tujuannnya. Sebaliknya akan berdampak negatif apabila hubungan industrial itu gagal mencapai tujuannya. Tujuan dari hubungan industrial pada dasarnya terkait dengan subjek hukum dalam hubungan industrial, yaitu meningkatkan produktivitas, kesejahteraan dan stabilitas nasional yang mantap. Meningkatkan produktivitas adalah tujuan utama dari majikan dalam mendirikan suatu usaha. Produktifitas yang meningkatkan akan menghasilkan keuntungan. Adanya keuntungan dari hasil proses produksi diharapkan dapat dikembalikan kepada buruh guna Universitas Sumatera Utara 13 meningkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan merupakan tujuan utama semua buruh guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Apabila terjadi peningkatan kesejahteraan, secara otomatis penghasilan buruhpun mengalami peningkatan, sehingga akan tercipta ketenangan bekerja. Suasana yang tenang dalam proses produksi karena telah terjadi peningkatan produktifitas dan peningkatan kesejahteraan akan berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Adanya ketenangan usaha memperkecil terjadinya perselisihan perburuhan. Di sisi lain, akan menimbulkan stabilitas nasional yang baik, yang selalu diharapkan oleh pemerintah bagi suksesnya pembangunan ekonomi. 6 6 Asri Wijaya, op cit, hal.90. Melalui Latar Belakang di atas mengenai Serikat Pekerja Serikat Buruh dan peranannya dalam Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama diharapkan para pelaku proses produksi barang dan jasa memahami dan melaksanakan tata cara pembuatan dan pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama dengan baik dan benar agar terhindar dari berbagai kemungkinan kesewenang-wenangan dan tindakan merugikan dari pihak yang satu terhadap pihak yang lain dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban Pekerja buruh dan Pengusaha, serta tidak hanya merupakan Formalitas belaka tetapi merupakan jembatan yang menjadikan buruh pekerja dengan majikan pengusaha sebagai mitra kerja yang baik dan dapat mendukung produksi dan produktifitas kerja. Serta dapat mewujudkan hubungan industrial yang baik antara pengusaha, pekerja dan pemerintah guna mensukseskan Pembangunan Nasional. Universitas Sumatera Utara 14

B. Rumusan Masalah