29
B. Serikat Pekerja Setelah Kemerdekaan 1945-1966
Dengan lenyapnya belenggu kekuasaan penjajahan di Indonesia, timbullah organisasi buruh di segala lapangan perusahaan, baik partikulir maupun
perusahaan pemerintah atau kantor jawatan. Organisasi-organisasi buruh yang ada masih dalam tingkatan pertumbuhan dengan segala kelemahan-kelemahannya,
hal ini dapat dimaklumi karena masih muda dan baru tumbuh. Perkembangan pertumbuhan masih sejalan dengan jalannya perkembangan
politik perjuangan Negara. Seperti diketahui bahwa walaupun telah diproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, namun bangsa dan Negara
Indonesia masih menghadapi tantangan. Kaum buruh sebagai warga Negara pada waktu itu telah merasa insaf untuk ikut mempertahankan kemerdekaan. Jadi
perjuangan atau kegiatan serikat buruh masih juga sejalan dengan kegiatan perkumpulan politik.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama 19 September 1945 dibentuk BBI Barisan Buruh Indonesia yang bertujuan ikut mempertahankan kemerdekaan.
BBI juga sepakat untuk menuntaskan revolusi nasional. Untuk mempertahankan tanah air dari serangan musuh, BBI membentuk Laskar Buruh Bersenjata di
pabrik-pabrik. Untuk kaum perempuan dibentuk Barisan Buruh Wanita BBW.
14
14
Asri Wijaya, op. cit, hal. 83.
Kemudian dalam waktu beberapa bulan saja BBI ini pecah menjadi dua, yaitu : P.B.I Partai Buruh Indonesia yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan
serta bergabung dengan perkumpulan politik. Dipihak lain yang tidak menghendaki adanya campur tangan dibidang politik, hanya ingin bergerak di
bidang sosial ekonomi adalah GASBI Gabungan Serikat Buruh Indonesia yang
Universitas Sumatera Utara
30
pada tahun 1946 menjadi luas dan menyebut dirinya SOBSI Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia.
Gerakan Serikat Buruh pada zaman kemerdekaan ini masih diwarnai oleh gerakan pada zaman penjajahan yaitu yang bersifat politik dan non politik.
Perjuangan nasional sangat banyak mendapat dukungan dari perjuangan kaum buruh. Penderitaan kaum buruh sebenarnya merupakan pendorong utama bagi
perjuangan mencapai kemerdekaan bangsa. Karena kaum buruh yang paling merasa tindakan kaum penjajah baik melalui Koeli Ordonansi ataupun Poenale
Sanctie. Kesadaran Nasional kaum buruh bangkit karena ada tekanan dari kaum majikan.
Oleh karena itu gerakan dari kaum buruh adalah untuk menghapuskan sisa-sisa kolonialisme Belanda. Teknis organisasi SerikatOrganisasi Buruh masih
belum jelas. Kaum buruh bersatu dalam suatu ikatan organisasi hanya keinsafan dan kesadaran atas harga diri dan mendorongnya untuk melepaskan diri dari
tekanan penjajahan. Sesudah kemerdekaan, kaum buruh mulai menyadari untuk memperbaiki
nasib yaitu perbaikan upah dan jaminan-jaminan sosial serta lebih jauh menghendaki ikut campur tangan dalam perusahaan. Hal ini di beberapa daerah
masih menimbulkan pemogokan-pemogokan. Pemerintah Republik Indonesia memberi penghargaan terhadap Buruh yang dinyatakan dengan mengajak kaum
buruh turut serta dalam memecahkan persoalan Negara baik sosial, ekonomi maupun politik. Ini terlihat dengan adanya menteri Perburuhan dalam susunan
Kabinet Kabinet Amir Syarifuddin I, 1947, sedang pada empat kabinet sebelumnya tidak terlihat adanya Menteri Perburuhan, tetapi kaum buruh sudah
Universitas Sumatera Utara
31
ikut berunding dengan pemerintah tentang masalah politik, ekonomi dan sosial yang langsung mengenai kepentingan buruh. Ini terlihat dengan duduknya wakil-
wakil golongan Buruh di KNIP Komite Nasional Indonesia Pusat. Perjuangan buruh mendapat simpati dari kaum buruh di luar negeri. Dan
kemudian GABSI menggabungkan diri dengan badan internasional yaitu WFTU Worle Federation of Trade Union. Kontak kaum buruh Indonesia dengan kaum
buruh di luar negeri di pakai untuk memperkokoh perjuangan Negara dan berhasil dengan tercapainya solidaritas dan simpati kaum buruh Internasional terhadap
perjuangan Bangsa Indonesia. Perhatian pemerintah kepada buruh telah ditunjukkan selain dengan di ikut
sertakan kaum buruh dalam membicarakan masalah-masalah Negara juga dengan diundangkannya beberapa undang-undang dan peraturan mengenai buruh atau
tenaga kerja, antara lain Undang-Undang kecelakan Nomor 33 tahun 1947, Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1948 tentang kecelakaan, Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1948 tentang Peraturan Perburuhan, Undang-Undang kerja Nomor 12 tahun 1948.
Peraturan atau Undang-Undang dari zaman kemerdekaan ini lain dengan peraturan atau undang-undang dari zaman penjajahan. Karena Undang-Undang
dan peraturan pada zaman kemerdekaan itu perhatian pada buruh, sedang pada zaman penjajah peraturan atau undang-undang melindungi pemilik modal.
Perubahan situasi politik di Indonesia membawa perubahan juga pada gerakan perburuhan. Dengan tumbuhnya organisasi politik di Indonesia maka
tiap-tiap organsasi politik juga mempunyai anak. Sehingga serikat-serikat buruh
Universitas Sumatera Utara
32
telah diwarnai oleh corak dan gambaran idiologi politik dari masing-masing partai politik.
Pergolakan perjuangan kaum buruh masih berlangsung terus terutama pemogokan masih juga terjadi. Untuk mengatasi kesulitan sebagai akibat
pemogokan yang banyak terjadi di tahun 1950-1951 dengan peraturan kekuasaan Militer tanggal 13 Februari 1951 Nomor 1 diadakan Panitia Penyelesaisan
Pertikaian Perburuhan di Pusat dan di daerah dibentuk Instansi Penyelesaian Pertikaian Perburuhan, yang pada tahun 1957 dengan Undang-Undang Panitia dan
Instansi itu dirobah menjadi Panitia Pertikaian Perburuhan Pusat dan Daerah Undang-Undang Nomor 22 tahun 1957.
Seperti telah diuraikan di atas bahwa situasi politik menyebabkan tumbuhnya partai-partai politik dan diiringi dengan lahirnya Serikat-Serikat
Buruh. Serikat-Serikat Buruh ini kebanyakan adalah Onderbouw dari partai politik. Keadaan politik yang tidak stabil sebagai akibat banyaknya partai politik
menuntut penyederhanaan kepartaian. Juga di lingkungan Serikat Buruh tuntutan penyederhanaan itu mengakibatkan lahirnya BKS-BUMIL Badan Kerja Sama
Buruh Militer pada tahun 1956. Kemudian Pada Tahun 1959 Pemerintah mengajukan dibentuknya
persatuan yang disebut OPPI Organisasi Persatuan Pekerja Indonesia,namun usaha ini gagal karena tantangan pihak SOBSI. Tetapi terbentuk Sekertaris
Bersama Perjuangan Buruh Pelaksana Trikora Sekber Buruh pada tahun 1961.
15
15
T. Moestafa, op. cit, Hal. 20-25.
Sejak Proklamasi hingga 1965 telah banyak peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
33
undangan yang dilahirkan untuk kepentingan buruh, antara lain, selain yang telah disebut di atas, adalah:
1. Mengenai waktu kerja dan waktu istirahat Peraturan Menteri Perburuhan
Nomor10 tahun 1951 2.
Mengenai hari libur buruh Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 55 tahun 1952
3. Mengenai Peraturan Istirahat Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 1954 4.
Mengenai Perjanjian Perburuhan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1954 5.
Mengenai Labilun kerja bagi kaum buruh Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 tahun 1955
6. Mengenai bantuan untuk usaha-usaha Penyelenggaraan kesejahteraan
buruh Peraturan Menteri Perburuhan Nomor tahun 1956 7.
Mengenai Dasar-Dasar daripada Hak untuk Berorganisasi dan untuk berunding bersama Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956
8. Mengenai Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1957 9.
Mengenai Penempatan Tenaga Asing Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958.
10. Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta Undang-
Undang Nomor 12 tahun 1964 11.
Mengenai Pembentukan Lembaga Keselamatan dan kesehatan buruh Peraturan Menteri Perburuhan Nomor tahun 1965
Universitas Sumatera Utara
34
Dari Peraturan atau Undang-Undang tersebut di atas,terlihat adanya perhatian terhadap nasib buruh. Dengan demikian berarti gerakan atau aksi buruh
untuk mendapat kedudukan dan perbaikan nasib telah mendapat tanggapan pemerintah.
Juga mengingat pentingnya akan kelangsungan tujuan nasional dan tujuan pembangunan dengan Keputusan Presiden Nomor7 tahun 1963 telah dikeluarkan:
Pencegahan Pemogokan danatau Penutupan di Perusahaan-Perusahaan, jawatan dan Badan-Badan vital.
C. Serikat Pekerja di Masa Orde Baru 1966-1998