Skema atau Bagan Sistem Klasifikasi NTIS

64 dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian dibidang tersebut maka dapat menimbulkan kerancuan yang berkepanjangan dan sering kali salah dalam mengambil kebijakan terkait dengan manajemen perpustakaan. Dalam hal ini menurut penulis solusi terbaiknya adalah perpustakaan BPPT menyediakan tenaga ahli di bidang perpustakaan yang berasal dari pendidikan formal yang memiliki kualifikasi yang diakui. Sehingga mudah- mudahan permasalahan tersebut dapat diatasi karena diserahkan kepada ahlinya.

B. Skema atau Bagan Sistem Klasifikasi NTIS

Bagan atau skema pada sistem klasifikasi NTIS terdiri dari serangkaian Notasi bilangan dan huruf yang disebut nomor kelas yang disusun menurut prinsip-prinsip dasar NTIS. Skema klasifikasi NTIS terdiri dari dua ringkasan, yang pertama adalah tiga puluh delapan kelas utama yang dimulai dari angka 41 dan diakhiri dengan angka 99 akan tetapi ada beberapa nomor kelas yang tidak digunkan dalam urutan angka tersebut seperti nomor kelas 42,52,53,56,58,59,60,61,64,65,66,67,69, 73,75,78,80,83,86,87,93. Penulis tidak mengetahui secara pasti mengapa nomor kelas NTIS dimulai dari angka 41 bukan dari 00 dan mengapa terdapat banyak nomor kelas yang tidak digunakan seperti nomor-nomor kelas diatas,sedangkan dari praktisi NTIS mengatakan bahwa memang ketentuan tersebut sudah baku dari lembaga NTIS. Sedangkan untuk ringkasan yang kedua terdiri dari notasi angka dan 65 huruf dimana angka-angka pada kelas utama dibagi lagi untuk divisi kelasnya dengan cara menambahkan huruf abjad kapital dari A-Z pada setiap nomor kelas utama. Tetapi pembagian divisi kelas ini tidak dilakukan secara konsisten didalam bagan klasifikasi NTIS maksudnya adalah tidak semua kelas utama dibagi lagi kedalam divisi abjad A-Z, misalnya pada kelas utama 41 divisi kelasnya hanya dibagi kedalam beberapa abjad dari A-P sedangkan divisi kelas pada kelas utama 82 hanya dibagi kedalam tiga abjad yaitu A-C hal inilah yang penulis maksud didalam pembagian divisi kelasnya tidak konsisten tetapi hal tersebut sudah baku ada didalam bagan NTIS. Bagian lain dari skema klasifikasi adalah indeks, yang merupakan kumpulan kata atau istilah kata yang disusun secara alfabetis dan biasanya disertai dengan nomor kelas guna mempermudah proses pencarian nomor kelas. Indeks klasifikasi NTIS terdiri dari serangkaian istilah kata dari abjad A-Z yang disertai dengan notasi angka dan huruf. Untuk lebih memperjelas tentang indeks diatas penulis akan menguraikannya berdasarkan pengamatan penulis yang mengacu pada indeks NTIS dan hasil wawancara yang mengatakan indeks klasifikasi NTIS kurang lengkap. Menurut penulis yang membuat indeks klasifikasi NTIS kurang lengkap disebabkan karena subjek-subjek dari bagan klasifikasi NTIS memang jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan subjek-subjek yang ada pada bagan DDC baik kelas utama maupun divisi kelasnya. Jadi menurut penulis pembuatan indeks itu dilakukan disesuaikan dengan istilah kata yang 66 ada didalam bagan dan istilah kata yang masih memiliki keterkaitan dengan istilah tersebut. Didalam indeks klasifikasi NTIS tidak ada penjabaran istilah kata sebagaimana lazimnya ditemukan didalam indeks klasifikasi DDC satu istilah dapat dijabarkan dengan istilah-istilah lain yang masih ada saling keterkaitan misalnya pada kata Absorpsi: Cair, Fisika, Gas , Gizi. Sedangkan pada indeks klasifikasi NTIS hal tersebut tidak ditemukan, hanya ada satu istilah kata dan tanpa penjabaran. Sehingga praktisi NTIS seringkali menambahkan indeks sendiri, agar pada waktu yang lain jika istilah tersebut muncul kembali dapat mudah ditentukan nomor kelasnya. Berdasarkan uraian diatas menurut penulis indeks klasifikasi DDC bersifat relatif dimana penempatan aspek-aspek subjeknya bersifat tidak tetap atau aspek dari suatu subjek terpisah-pisah letaknya, dalam berbagai disiplin. Menurut penulis indeks NTIS sudah cukup lengkap kalau dilihat dari daftar istilah kata yang disesuaikan dengan bagan NTIS.

C. Penggunaan Sistem Klasifikasi NTIS di Perpustakaan BPPT