Sumber Daya Manusia SDM Bagian Pengolahan Perpustakaan BPPT

61

BAB IV PEMBAHASAN

A. Sumber Daya Manusia SDM Bagian Pengolahan Perpustakaan BPPT

Sumber daya manusia SDM merupakan hal terpenting dari sebuah organisasi apapun bentuk dan tujuan organisasinya karena SDM bukanlah benda mati yang digerakkan oleh benda akan tetapi sumber daya manusialah yang akan menggerakkan benda-benda mati menjadi lebih bermanfaat lagi bagi organisasi tersebut. Bukan hanya itu sumber daya manusia juga akan mengatur segala sesuatu yang terkait dengan tujuan, kegiatan dan memikirkan bagaimana meraih goal sasaran yang dituju untuk kepentingan organisasi. Oleh karena itu sumber daya manusia sudah seharusnya memiliki kemampuan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar dapat bekerja secara profesional sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing sehingga organisasi tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai dengan visi dan misinya. Dalam hal ini sumber daya manusia SDM pada bagian pengolahan perpustakaan BPPT terdiri dari Kepala sub. Bidang Akuisisi dan Pengolahan Bahan Pustaka yang diketuai oleh Ramatun Anggraeni Kiemas, MSc membawahi kegiatan-kegiatan pengadaan, klasifikasi bahan pustaka, pemberian nomor induk, perawatan dan pemeliharaan bahan pustaka. Berikut ini contoh tabel pembagian tugas dan jabatan dari sub. Bidang Akuisisi dan Pengolahan: 62 Tabel 4 Sumberdaya Manusia Bagian Pengolahan Perpustakaan BPPT Nama Jabatan Latar Belakang Pendidikan Ramatun Anggraeni Kiemas, MSc Kepala sub. Bidang Akuisisi dan Pengolahan Bahan Pustaka Bukan pustakawan Dra.Lies Suliestyowati, Msi. Koordinator klasifikasi Bukan pustakawan Suci Wulandari, S.Sos, dan Anggota klasifikasi Bukan pustakawan Sri Hendro Suryono, BA. Koordinator pemberian nomor induk Bukan pustakawan Sugito Anggota Bukan pustakawan Berdasarkan tabel diatas penulis akan mengkritisi petugas klasifikasinya saja agar pembhasannya lebih fokus yang disesuaikan dengan judul skripsi ini. Jika melihat tabel diatas sumberdaya manusia SDM yang melakukan kegiatan klasifikasi di perpustakaan BPPT bukanlah orang yang memiliki latar belakang keilmuan dibidang perpustakaan Berdasarkan fakta dan data diatas dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan klasifikasi di perpustakaan BPPT bukanlah tenaga ahli dibidang perpustakaan. Menurut penulis hal tersebut dapat menyebabkan kinerja yang kurang maksimal karena pengetahuan yang kurang terkait dengan manajemen maupun kegiatan teknis di perpustakaan BPPT. Hal tersebut selaras dengan pendapat Sulistyo Basuki yang mengatakan bahwa seorang pustakawan haruslah seorang yang terdidik dan terlatih dan memiliki pengalaman dibidang 63 perpustakaan selama beberapa tahun. Bahkan pada zaman Babylonia dan Assyiria seorang yang bekerja diperpustakaan haruslah tamatan sekolah ahli menulis dan diwajibkan belajar bahasa asing serta diharuskan untuk magang diperpustakaan selama beberapa tahun. Bahkan di Amerika ada sebuah organisasi bernama American Library Association ALA yang memiliki otoritas untuk menentukan standar dan kualifikasi pendidikan formal bagi penyelenggara pendidikan dibidang perpustakaan baik terkait dengan akreditasi maupun isi intelektual perkuliahan yang harus dissesuaikan dengan standar ALA. Bagi institusi pendidikan yang tidak mendapatkan akreditasi ALA maka lulusannya akan mendapat kesulitan dalam mencari kerja, karena menjadi hal yang wajib bagi pustakawan Amerika untuk mendapat pengakuan dari ALA. Melihat standar diatas yang intinya mengatakan bahwa pustakawan haruslah orang yang terdidik dan terlatih secara formal dengan kualifikikasi yang diakui yang telah disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan. Jika hal tersebut dihadapkan pada sumberdaya manusia pengolahan di perpustakaan BPPT yang umumnya tidak berlatar belakang dari pendidikan perpustakaan yang hanya mendapatkan pendidikan informal saja dengan waktu yang cukup singkat. Hal tersebut dapat menyebabkan kebuntuan kinerja karena kurangnya pengetahuan di bidang perpustakaan dan kurang adanya penjiwaan karena mereka bekerja bukan pada bidang keahliannya. Sedangkan masalah klasifikasi di perpustakaan merupakan hal yang sangat penting yang menjadi bagian paling pokok dari kegiatan teknis di perpustakaan jika hal tersebut 64 dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian dibidang tersebut maka dapat menimbulkan kerancuan yang berkepanjangan dan sering kali salah dalam mengambil kebijakan terkait dengan manajemen perpustakaan. Dalam hal ini menurut penulis solusi terbaiknya adalah perpustakaan BPPT menyediakan tenaga ahli di bidang perpustakaan yang berasal dari pendidikan formal yang memiliki kualifikasi yang diakui. Sehingga mudah- mudahan permasalahan tersebut dapat diatasi karena diserahkan kepada ahlinya.

B. Skema atau Bagan Sistem Klasifikasi NTIS