Jalan….”, disusul “Soeharto dan Politik Islam Indonesia”, “10 Menit Itu….”, “Skenario Pemakaman Soeharto”, “Astana Giribangun, Rumah Terakhir Pak
Harto”, “Tutut Terus Menangis”, “Bendera Setengah Tiang”, “Tiket Pesawat Menuju Yogya dan Solo Habis”, “Bunga Terakhir Untuk Sang Jenderal”, “Hidup
Normal Di Masa Orde Baru”, “Aja Kagetan, Aja Gumunan, Aja Dumeh”, “Saya Hanya Bertekad…”, “Presiden Yang di Besarkan Nestapa”, “Akhir Kekuasaan
Yang Porak-Poranda”, “Sang Politisi Ulung”, “Salam Terima Kasih Untuk Pak Nas”, “Era Baru, Ekonomi Menjadi Panglima”, “Macan Asia, Sebuah Masa
Keemasan”, Fondasi Rapuh, Ekonomi Runtuh”, “Dari Importir ke Swasembada Beras”, “Tak Ada Lagi Keajaiban di Kamar 536” dan disusul pada rubrik Tajuk
Rencana “Selamat Jalan Soeharto”.
a. Define Problem
Frame yang dikembangkan pada tanggal 28 ini, berita meninggalnya Soeharto adalah sebagai bentuk panggilan Allah SWT. Segala hal yang
berhubungan dengan meninggalnya Soeharto disoroti dari aspek sebuah panggilan Allah. Ada beberapa alasan kenapa berita ini bisa dikatakan sebagai bingkai yang
dominan dalam pemberitaan tanggal 28. Pertama, semua masalah ditarik kedalam suatu panggilan. Kedua, masalah meninggalnya Soeharto ditempatkan sebagai
cover story dan berita ini ditempatkan dalam beberapa rubrik harian Republika. Dengan demikian secara langsung sudah melihat dan memandang berita
meninggalnya Soeharto ini, sebagai bentuk panggilan, bisa dilihat dari bagaimana berita ditulis, nara sumber, dan pertanyaan yang diajukan, seperti terlihat dalam
tabel:
Tabel 6 Isi berita tanggal 28 Januari 2008
Judul Isi Berita
Sumber Wawancara
“Selamat Jalan…” Hanya memberikan gambaran
Soeharto adalah seorang tokoh yang berjasa besar terlepas dari
banyak masalah. Dan masalah- masalah yang dia lakukan
ketika menjabat dan kemudian dampaknya dirasakan saat ini
tapi
walau bagaimanapun
itulah Soeharto terlepas dari plus
minusnya sebagai
pemimpin bangsa. M.Irwan Arifyanto
selaku Redaktur
Hukum Republika
“Soeharto dan Politik Islam Indonesia”
Menggambarkan Hubungan
Soeharto Dengan
Kaum Muslim Yang Sangat Dinamis,
Ada Pasang
Surut Dalam
Hubungan Orang Islam dengan Soeharto yang dimulai ketika
pertama kali ia berkuasa “10 Menit Itu…”
Menceritakan kondisi Soeharto sebelum meninggal, dan juga
menceritakan usaha seorang Dokter
yang berusaha
menyembuhkan beliau. “Skenario Pemakaman
Soeharto” Menceritakan
proses pemakaman
Soeharto yang
sangat begitu rumit, birokratif. sehingga pemakamannya pun
tidak seperti
orang yang
meninggal biasa
sehingga negarapun ikut campur dan
mengagung-agungkan. “Astana
Giribangun, Rumah Terakhir Pak
Harto” Memperlihatkan
bagaimana Soeharto tetap hidup menjadi
seorang raja diakhir hayatnya hingga
meninggalpun ia
membangun makam para raja. Soeharto
memperlihatkan bahwa ia membangun sebuah
istana di tempat dimana ia meninggal,
bagaimana ia
mengumpulkan keluarganya
dalam suatu istana yang disebut
Astana Giribangun. “Tutut
Terus Menangis”
Pemaparan fakta
dan menceritakan
human interestnya
artinya lebih
memaparkan kondisi
keluarganya seperti apa. Kita prihatin
bagaimana anak-
anaknya begitu terpukul ketika bapak
yang selama
ini melindungi
tidak lagi
melindungi, tidak lagi menjadi seorang tokoh keluarga.
“Tiket Pesawat Menuju Yogya dan Solo Habis”
Mencerminkan bagaimana
disaat banyak orang menghujat ternyata ternyata banyak orang
yang mengagumi pak Harto sebagai
seorang pemimpin
bangsa. Dengan berita ini seolah-olah menyadarkan kita
bahwa penggemar Soeharto tidak sedikit.
“Bendera Setengah
Tiang Mulai Berkibar” Artikel
itu seolah-olah
menyarankan supaya pak Harto dimaafkan
makanya disini
Cuma menyampaikan fakta dan apa adanya. Kita mencoba
merujuk kepada publik disaat orang meninggal, kita harus
memaafkan
orang tersebut
apakah ia punya masalah atau tidak.
“Bunga Terakhir Untuk Sang Jenderal”
artikel ini
menggambarkan bagaimana
penghargaan seorang
Soeharto sebagai
jenderal besar, jenderal bintang lima.
“Hidup Normal
di Masa Orde Baru”
Menggambarkan kondisi
sekarang dengan
jaman Soeharto yang sangat bertolak
jauh, banyak orang merindukan masa-masa tidak ada bom,
masa-masa tidak ada antrean- antrean, masa-masa orang tidak
ada kesulitan, terus BBM lebih murah, keamanan yang relatif
stabil, tak ada kerusuhan antar
warga ataupun
kejahatan- kejahatan
kriminal yang
meresahkan masyarakat,
gampang nyari kerja dan duit, serta kebijakan Soeharto yang
mensubsidi rakyat. “Aja
Kagetan, Aja
Gumunan, Aja Dumeh” Sebuah filosofi jawa yang
selalu diucapkan Soeharto baik kepada
anak buah-anak
buahnya maupun
kepada keluarganya.
Supaya bagi
seorang pejabat tidak usah kaget, tidak usah neka neko,
sebagai pemimpin
memperhatikan kesejahteraan
rakyat, harus hidup sederhana. “Saya Hanya Bertekad” Artikel ini menceritakan saat-
saat Soeharto
mengucap sumpah dan menyampaikan
pidato pelantikan
untuk menjadi
pemimpin bangsa
Indonesia. “Presiden
Yang di
Besarkan Nestapa” menceritakan bahwa masa lalu
Soeharto, dari
masa kecil
sangat menderita. Dia lahir dan besar bukan dari keluarga yang
utuhbapaknya meninggal, ia diasuh
oleh pamannya,
kemudian diasuh lagi oleh ayah tirinya, dia tidak hidup seperti
anak-anak yang
menikmati kebahagiaan dari kedua orang
tuanya, dia hidup mandiri, dia penuh banyak manderita. dan
menggambarkan bagaimana
sejarah Soeharto di waktu kecil, ada
pengalaman-pengalaman buruk yang pernah dialami
kemudian berbekas
dalam benaknya.
“Akhir Kekuasaan
Yang Porak-Poranda” Menceritakan akar sejarah atau
masa lalu Soeharto sebagai seorang pimpinan, bagaimana
ia tidak terlepas dari pesoalan, dan kemudian menjadi aktor
dibelakang
G30SPKI, dia
menjadi seorang
pimpinan, menjadi seorang presiden yang
tangannya bersimbah darah dan untungnya
darah yang
ia kucurkan tidak terlalu besar.
Saat berhenti dari kekuasaan, darah yang ia kucurkan tidak
terlalu besar tapi sangat fatal, walaupun orang bilang dia
terhormat tapi disaat akhir hayat dia berhenti menjadi
presiden, dia dikecam banyak orang.
“Sang Politisi Ulung” Disini Soeharto menimba ilmu
dari berbagai orang termasuk dua
ajudan atau
asisten Soeharto yakni yang dikenal
sebagaiorang pembaharu politik di Indonesia. ia memberikan
dan menggambarkan Soeharto sebagai politisi ulung, dia
ternyata
tentara berarti
ia sebagai politikus juga.
“Salam Terima Kasih Untuk Pak Nas”
Lebih ke
tokoh-tokoh, bagaimana banyak musuhnya
ternyata diakhir
hayatnya musuh-musuhnya
malah memaafkan dia.
“kebangkitan dan
kejatuhan Soehartonomic:
Era Baru,
Ekonomi Menjadi Panglima”
Menceritakan bahwa
para pendiri
bangsa kita
menciptakan suatu
sistem ekonomi
yang berbasis
kerakyatan dan
itu dimanipulasikan oleh Soeharto
dengan konsep pembangunan dan
mengundang banyak
investor dari
luar dan
menciptakan kapitalisme baru dengan
membawa banyak
orang-orang dari
Amerika, menteri-menteri dari Amerika,
lulusan Amerika
sehingga paradigma
bahwa ekonomi
Indonesia berbasis kerakyatan. dan ternyata pada akhirnya
konsep tersebut gagal total
ketika Soeharto dijatuhkan oleh Mahasiswa
karena pembangunan ekonomi yang
sudah dilakukan gagal total akibat sistem yang dibuatnya.
“Macan Asia, Sebuah Masa Keemasan”
Cerita bagaimana
masa keemasan
Indonesia antara
tahun 80-90an saat Soeharto dikagumi oleh tokoh-tokoh luar
negeri karena dia berhasil membawa sebuah negara yang
hancur babak belur menjadi luar biasa dari negara terunggul
di bidang pertanian, dibidang pangan dan di bidang teknologi.
“Fondasi Rapuh,
Ekonomi Runtuh” Menggambarkan
saat-saat Indonesia
dilanda krisis
ekonomi, dimana
perekonomian kita
runtuh akibat fundamental ekonomi
kita keropos, rapuh. Saat itu kelemahan juga terjadi karena
pilihan kebijakan yang kurang tepat. Dari awal kebijakan
industri yang dikembangkan oleh substitusi impor, tapi
karena terlena oleh kemudahan, mereka tidak mengembangkan
riset.
untuk kemajuan
industrinya, tak ada kreatifitas, tak ada lagi inovasi serta
campur tangan anak-anak cucu pejabat.
“Dari Importir
ke Swasembada Beras”
Menceritakan bahwa
dulu Indonesia hancur, babak belur.
Dulu Indonesia, negara importir menjadi Swasembada beras
“Tak Ada
Lagi Keajaiban di Kamar
536” Cuma berita fakta yang terjadi,
banyak orang yang berharap Soeharto bisa sembuh dan
kembali seperti semula tapi pada faktanya tidak bisa karena
tidak
ada yang
bisa mengalahkan
kuasa Allah,
Allah yang menghendaki ia meninggal.
“Selamat Jalan
Pak Harto”
Artikel ini
merupakan rangkuman dari semuanya.
b. Diagnose Causes